Karina memutuskan untuk membuat jarak diantara dirinya dengan Rama. Setelah ibu Rama pulang dari rumah sakit dan keadaannya semakin membaik, Karina benar-benar membuat dirinya sesibuk mungkin. Tentu saja untuk menghindari Rama. Wanita itu sedang membuat alasan sebagus mungkin agar permintaannya untuk bercerai dengan Rama dikabulkan.
"Lo nggak salah mau bikin fashion show lagi, Kar ?" Gadis yang baru saja mendengar rencana sahabatnya langsung mengajukan protes.
"Apa yang salah ? Fashion show gue yang kemarin ditanggapi dengan baik kok sama orang-orang."
Gadis menghela napas seraya berkacak pinggang. Ia memandang lurus Karina yang sedang menggambar sebuah sketsa. "Bukan masalah itu, oneng. Lo inget nggak, secapek apa waktu bikin fashin show ? Fashion show pertama lo baru dua bulan yang lalu. Dan sekarang, kalo lo mau bikin lagi, emangnya sketsa-sketsa lo udah cukup ?"
"Ya makanya sekarang gue ngelembur."
Gadis berdecak seraya menyugar rambut sebahunya. "Lo kenapa sih, Kar ? Lo aneh banget tahu nggak."
Karina meletakkan pensilnya ke atas meja dan mendongak untuk menatap Gadis. "Apanya sih yang aneh ? Lo kan tahu gue lagi ngejar kesuksesan gue."
"Lo terlalu terburu-buru, Karina. Itu bukan gaya Karina sama sekali." Gadis memicingkan matanya, memberikan sedikit tekanan kepada Karina yang sedang menyembunyikan alasan sesungguhnya kepada Gadis.
Karina memutuskan untuk tidak menyahuti ucapan Gadis tadi dan kembali melanjutkan kegiatan menggambarnya.
"Kar, kenapa ? Lo jadi aneh sehabis mertua lo balik dari rumah sakit."
Karina menghela napasnya dan tanpa memandang Gadis, ia menyahut, "Gue nggak kenapa napa. Cuma lagi ambis aja pengen ngemajuin brand gue."
"Lo tahu kan kalo lo sama sekali nggak pinter bohong ? Gue nggak maksa lo cerita, tapi please jangan nyiksa diri lo sendiri dengan ngelembur nggak jelas gini."
=====
Tubuh Karina terasa terayun-ayun dan membuat wanita yang sedang tertidur itu mulai terbangun. Matanya terbuka perlahan dan ia merasa sedikit terkejut ketika mendapati wajah Rama yang berjarak begitu dekat. Karina semakin terkejut ketika menyadari jika pria itu sedang menggendongnya.
"Rama ?"
"Kamu ketiduran dan aku membawamu pulang." Rama seolah bisa membaca rasa penasaran dari wanita yang sedang digendongnya. Pria itu terus berjalan menaiki tangga menuju kamar mereka tanpa membalas pandangan Karina yang kini sedang menatapnya.
"Kenapa kamu membawaku pulang ?"
Kedua alis Rama saling tertaut, namun ia tetap bungkam. Pria itu akhirnya baru menjawab pertanyaan tadi ketika sudah menurunkan Karina di atas kasur.
"Karena disinilah seharusnya kamu beristirahat, rumah kita. Dimana selalu ada aku dan kamu, bersama." ucap Rama yang kini sedang berjongkok di sebelah Karina. Pria itu memandang lurus mata Karina yang tengah berbaring miring menghadapnya.
Karina menelan ludah gugup. "Bagaimana kalau aku menginginkan rumah yang tidak ada kamu di dalamnya ?"
Rama terdiam sesaat masih dengan tatapan mata yang sanggup menenggelamkan manik hazel di depannya. "Maka, keinginan kamu itu tidak akan pernah terwujud, Karina. Tidak akan pernah."
"Bagaimana kalau aku bilang aku akan berusaha sekeras mungkin untuk mewujudkan keinginanku itu ?"
"Aku tidak mengizinkannya, Karina. Kamu istri aku dan sebagai istri yang baik, kamu harus menuruti suami kamu."
KAMU SEDANG MEMBACA
As Right As Rain - END
Romance"Kamu akan menikah, Karina ?" "Ya, Pa." Jordan mengerutkan dahinya tak mengerti sambil terdiam memandang anak pertamanya itu. Ia kemudian kembali memajukan tubuhnya dan berkata, "Seingat Papa, menikah tidak ada di list kamu dalam waktu dekat ini. Ya...