Sebuah senyum lebar penuh kepuasan tercetak di bibir Karina. Wanita itu kini merasa bangga dengan dirinya sendiri saat memandang salah satu hasil karyanya terpasang dengan begitu apiknya di tubuh Rama.
"Ini karena kamu yang bagus mengenakan pakaian apa saja atau karena desainku yang bagus ya ?" Karina memundurkan tubuhnya dua langkah untuk memperhatikan keseluruhan penampilan Rama.
"Tentu saja karena aku yang mengenakan, Karina."
Karina langsung menatap Rama dengan pandangan tidak terima. "Tidak. Itu pasti karena desainku yang bagus."
"Karena aku, Karina."
"Tidak, Ram, itu karena-"
Karina tidak sempat menyelesaikan sanggahannya lagi karena Rama yang tergelak.
"Astaga, kenapa kita selalu mendebatkan hal yang tidak penting seperti ini ? Ingat tidak, dulu kita pernah berdebat tentang-"
"Kopi hitam dan air lemon." Karina langsung memotong ucapan Rama. Masih dengan wajah gelinya, Rama mengangguk. Setelah rasa gelinya mereda, pria itu kemudian menatap teduh wanita di depannya.
"Kenapa ?" tanya Karina penasaran. Rama tidak menjawab dengan kata-kata melainkan dengan tindakannya yang kini langsung menarik wanita itu ke dalam dekapannya.
"Bagaimana bisa aku berpikiran untuk menikahimu hanya satu tahun ? Seratus tahun saja rasanya tidak akan cukup untuk memiliki kamu."
=====
Rama dan Karina menjadi sorotan kamera ketika baru saja tiba di tempat acara premiere film Rama. Keduanya kini sama-sama menampilkan senyum terbaiknya kepada para wartawan di depan sana.
"Mbak Karina, gimana rasanya datang ke acara premiere dengan status istrinya Mas Rama ?"
Karina mengulum senyum sebelum menjawab, "Well, bangga tentu saja. Kalau boleh jujur, dari dulu itu saya fansnya Rama. Dan sekarang ketika saya dengan beruntungnya berdiri di samping Rama sebagai istrinya, kebanggaan itu bertambah berkali-kali lipat."
Karina kemudian menoleh ke samping dan menemukan mata Rama yang sedang menatapnya dalam.
"Saya juga bangga, bisa berdiri di samping wanita yang sangat luar biasa seperti Karina. Saya bangga menjadi suami wanita di samping saya ini."
Sorakan dari para wartawan akhirnya membuat pandangan Rama dan Karina terputus. Mereka kembali menghadap ke depan bersamaan dan memberikan senyum sebelum memasuki theater.
=====
"So, kamu sudah menjadi fans aku sejak kapan ?" Rama menggoda Karina dengan pertanyaannya ketika pria itu tengah melepas ikatan dasi. Karina yang sedang menghapus make upnya mendengus. Ia kemudian menatap Rama lewat cermin. "That was something to entertain, Rama."
"Jadi, tadi itu kamu berbohong ?" Rama berkacak pinggang dan berdiam diri menunggu jawaban dari Karina.
"Tentu saja." bohong Karina. Rama menyipitkan matanya curiga. Ia lalu berjalan perlahan mendekati Karina.
"Sepertinya, kata-kata barusan yang terdengar seperti sebuah kebohongan di telingaku."
"Telinga kamu bermasalah berarti."
Rama tersenyum miring dan kembali melangkah sampai akhirnya berada di belakang Karina. Pria itu sengaja menempelkan dadanya pada punggung Karina. "Kalau begitu, mari kita lakukan tes deteksi kebohongan."
"Dengan apa ?" pertanyaan terbata dari Karina membuat seringaian Rama semakin lebar. Pria itu dengan sengaja mendaratkan kecupan ringan di leher belakang Karina. "Dengan melakukan tes ala Rama." Rama membisikkan namanya dengan perlahan di telinga Karina, membuat bulu kuduknya serentak berdiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
As Right As Rain - END
Romance"Kamu akan menikah, Karina ?" "Ya, Pa." Jordan mengerutkan dahinya tak mengerti sambil terdiam memandang anak pertamanya itu. Ia kemudian kembali memajukan tubuhnya dan berkata, "Seingat Papa, menikah tidak ada di list kamu dalam waktu dekat ini. Ya...