Yang dilakukan oleh Karina sedari mereka sampai di Jogja adalah menunggui Rama. Tentu saja wanita itu selalu mengajukan protes karena merasa bosan. Dari pada menunggui Rama yang proses syutingnya memakan waktu lama, Karina ingin sekali mengelilingi Jogja seorang diri.
Tapi apa daya, Rama selalu saja melarang Karina untuk berjauhan dengan dirinya. Apalagi sampai pergi seorang diri.
"Bosen ya, Kar ?" tanya Evan yang tentu saja memiliki kegiatan yang sama dengan Karina, menunggui Rama. Karina langsung menoleh ke arah Evan dan mengangguk dengan lesu.
Evan terkekeh lalu berkata, "Sama. Tapi gue bisa apa, udah kerjaan gue nungguin si Rama."
"Mas Evan nggak pernah kepikiran ganti kerjaan gitu ?"
"Pernah dulu, waktu awal-awal. Gue sering ngeluh, kok capek banget ya, kok bosen banget ya, dan lain sebagainya." Evan nampak menerawang, mengingat kilasan memori ketika ia baru saja menjadi manajer Rama. "Tapi gue bersyukur sih, dapet artis kayak Rama. Nggak rewel dan orangnya itu menghargai banget orang lain. Nggak pernah namanya ngerendahin orang. Dan yang paling gue seneng itu, dia jarang bikin gosip."
"Jadi, kalo gue sempet punya pemikiran berhenti, gue selalu nginget kebaikan yang udah dilakuin Rama buat gue. Dan juga, kalo gue berhenti, belum tentu dapet kerjaan yang lebih enak."
Karina mengangguk-angguk pelan menanggapi. "Pernah jadi manajer artis lain nggak sih, Mas ?" tanyanya kemudian.
"Dulu pernah, waktu Rama belum seterkenal sekarang. Gue double job, jadi manajernya artis yang satu manajemen sama Rama. Tapi ampun deh, padahal ya waktu itu dia masih artis baru, songongnya udah kebangetan. Makanya, waktu suruh milih jadi manajernya siapa, gue langsung milih Rama."
Karina tersenyum geli ketika melihat ekspresi Evan yang kelihatan ngeri saat mengingat mantan artisnya itu. "Siapa sih, Mas ? Kok jadi penasaran."
"Udah berhenti jadi artis dia. Gara-gara sutradara nggak ada yang mau jadiin dia jadi bintangnya. Ya iyalah, sikapnya aja begono." jawab Evan dengan wajah kesal.
"Ngomongin gue nih pasti." itu Rama yang berucap. Ia baru saja menyelesaikan proses pengambilan gambar. Dan dirinya langsung berjalan menuju ruangan khusus yang disediakan untuknya.
"Kepedean banget sih lo." sungut Evan yang tengah menyodorkan sebotol air mineral kepada Rama. Rama langsung meraih botol itu dan menenggak separuh isinya.
"Makanannya udah gue siapin di meja. Gue yang tahu diri ini udah makan, jadi kalian bisa bebas makan siang berduaan." kata Evan yang dibalas dengan acungan jempol Rama dan pelototan tidak percaya dari Karina.
"Udah ya, gue mau rokok di luar."
"Thankyou, Van."
"Yoi."
Setelah Evan menutup pintu, Rama langsung mengarahkan kedua matanya pada Karina. Senyum gelinya langsung mengembang saat menemukan wajah Karina yang nampak kesal.
"Kenapa ?" tanyanya sambil melangkah mendekati Karina. Karina mendelik dan membalas, "Masih tanya kenapa ? Aku bosan, Rama."
Rama menepuk puncak kepala Karina lalu tersenyum memandang wanita itu. "Hari ini aku sudah selesai syuting. Jadi, besok kita bisa jalan-jalan."
Mata Karina langsung berbinar senang. "Really ?"
Rama mengangguk lalu menarik wanita itu menuju meja. "Let's eat first."
=====
Setelah menyelesaikan satu desain gaun, Karina akhirnya memutuskan untuk keluar dari ruangan. Wanita itu penasaran ingin melihat bagaimana Rama saat sedang berakting. Ia lalu melangkah menuju set dan mencari Evan.
KAMU SEDANG MEMBACA
As Right As Rain - END
Romance"Kamu akan menikah, Karina ?" "Ya, Pa." Jordan mengerutkan dahinya tak mengerti sambil terdiam memandang anak pertamanya itu. Ia kemudian kembali memajukan tubuhnya dan berkata, "Seingat Papa, menikah tidak ada di list kamu dalam waktu dekat ini. Ya...