Lima

10.3K 735 5
                                    

"Karina, menikahlah denganku."

Seketika itu juga, suara disekitar mereka berdua bagaikan memudar hilang. Keheningan malam melingkupi dua manusia yang sedang saling melempar pandang di bawah langit gelap kota Paris.

Lalu, keheningan itu akhirnya pecah ketika suara tawa Karina menyebar di udara.

"Rama, April mop sudah lewat. Terlambat kalau kamu mau mengerjaiku."

Untuk sesaat, Rama terdiam karena tidak percaya dengan reaksi yang tak terduga dari Karina. Pria itu lalu menggeram kesal.

"Aku serius, Karina. Aku benar-benar sedang mengajakmu untuk menikah."

Masih dengan tawanya yang tersisa, Karina menggeleng tidak percaya. "Rama, meskipun kamu sedang serius. Kenapa kamu menanyakan hal sepenting itu kepada aku ?"

"Aku siapa, Rama ? Aku hanya partner pemotretan kamu. Dan yang lebih penting, kita baru kenal dalam hitungan hari."

Rama menundukkan kepalanya sambil memasukkan kedua tangannya pada saku mantel. Ia terdiam sejenak, memikirkan kata-kata apa yang hendak diucapkannya.

"Beberapa waktu ini, hanya ada kamu. Kamu adalah wanita yang sedang dekat denganku sekarang. Jadi, kamu satu-satunya wanita yang mampu aku pikirkan untuk aku tanyai ini."

Karina yang masih belum mengerti dengan pertanyaan gila Rama barusan memilih diam. Wanita itu masih menatap pria dihadapannya dengan pandangan bingung sekaligus tidak percaya.

Dan untuk kesekian kalinya, Rama kembali mendesah. Ide yang lebih gila kembali muncul di otaknya. "Well, lebih tepatnya, aku mengajak kamu menikah di atas kontrak."

Kali ini, Karina membelalakkan matanya kaget.

"You must be insane, Rama."

"Yes, I am. You are right, Karina. Tapi kegilaan yang sedang aku lakukan ini, semua demi memenuhi permintaan ibuku. Aku sangat menyayanginya, Kar. Dan aku ingin mewujudkan permintaannya untuk melihatku menikah. So please, help me, Karina." ujar Rama serius.

Karina kembali menggeleng tidak percaya. Pandangannya kini ia alihkan menuju menara Eiffel yang masih setia berdiri dengan begitu kokohnya.

"Sorry, Ram. I can't. Menikah menjadi nomor sekian di dalam list aku. Dan yang terpenting adalah ide kamu yang terlalu gila. Aku tidak bisa menerimanya."

Wanita itu kini menatap Rama dengan pandangan serius. "Rama, jika memang kamu ingin memenuhi permintaan ibu kamu, jangan buat dia kecewa karena menikah kontrak sama saja dengan kamu yang berbohong."

"Carilah seseorang yang benar-benar akan bersama kamu sampai tua nanti."

=====

Tim Nino sudah berada di bandara pagi buta karena mengejar penerbangan pertama, sama seperti disaat mereka berangkat.

Karina yang semalam tidak bisa tidur karena memikirkan penawaran gila dari Rama kini nampak memejamkan mata sambil bersender di sandaran bangku. Ia sama sekali tidak menyadari jika pria yang membuatnya begadang itu kini sudah menduduki kursi di sebelahnya.

"Karina." panggil Rama sambil menepuk pelan lengan kiri wanita itu. Karina yang belum sampai terlelap langsung membuka matanya dan menoleh sedikit. Ia menaikkan sebelah alisnya ketika mendapati Rama lah yang membangunkan dirinya.

"Ada apa, Ram ?" tanyanya sambil menegakkan kembali tubuhnya. Rama menjawabnya dengan menyodorkan sebuah sandwich kepada Karina. "Breakfast. Kita tidak sempat makan tadi. Kamu punya maag bukan ?"

As Right As Rain - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang