Dua Puluh Tujuh

12.9K 690 7
                                    

Rama dan Edbert tersenyum puas saat menyaksikan Daniel Prayoga digiring kepolisian menuju penjara. Tentu saja, keduanya sudah memberikan beberapa hantaman kepada pria brengsek itu sebelum memanggil pihak yang berwajib. Mereka harus menuntaskan luapan kemarahan kepada pria itu dulu sebelum pergi.

Dua orang itu sudah mengalami beberapa kegagalan sebelum akhirnya berhasil. Seperti yang Edbert katakan sebelumnya, Daniel Prayoga adalah orang yang sulit untuk ditangkap. Benteng perlindungan pria gila itu sangatlah kuat. Ditambah dengan lokasi Daniel yang sering berubah-ubah. Ternyata, seperti Rama, Daniel juga sedang mencari keberadaan Karina. Untung saja, Edbert benar-benar berhasil menghilangkan jejak kembarannya. Kalau tidak, bagaimana kalau pria brengsek itu sampai menemukan Karina ?

Akhirnya, Edbert berhasil menjebak pria yang sudah merusak kehidupan Karina dengan memancing Daniel menggunakan seseorang yang perawakannya mirip dengan Karina. Edbert memasangkan semua ciri khas sang saudara kembar kepada wanita itu, sampai dengan aromanya pun Edbert tak melewatkannya. Dan berhasil, Daniel pun akhirnya terkecoh.

Belajar dari pengalaman, kali ini Edbert sudah memberikan banyak tuduhan untuk memenjarakan seorang Daniel Prayoga. Ia benar-benar memastikan jika pria gila keturunan konglomerat itu kali ini tidak bisa bebas dari jeruji besi dan terus mendekam di sana sampai mati. Jangan sampai kehidupan Karina diganggu lagi oleh Daniel.

Setelah mobil kepolisan tidak nampak lagi, Edbert mengajak Rama masuk ke dalam ruangannya. Edbert melemparkan sekaleng coca-cola kepada Rama dan mengajak pria itu bertos minuman untuk merayakan keberhasilan mereka.

"Congrats to us!"

Keduanya kemudian terdiam, sampai akhirnya Edbert membuka suara. "She loves you."

Sebelah alis Rama terangkat. "Siapa ?" tanyanya tidak mengerti. Edbert berdecak sambil menegakkan tubuhnya. "Tentu saja saudara kembarku itu. Istrimu, Rama."

Tenggorokan Rama serasa tercekat saat mengetahui fakta itu. "Benarkah ?"

"Dia pergi untuk melindungimu dari Daniel, Ram. Itu semua demi kamu." Edbert akhirnya membeberkan sesuatu yang seharusnya tidak ia katakan. Hening sejenak sebelum kekehan Rama terdengar. "Astaga, betapa bodohnya istriku itu. Apa dia menganggapku selemah itu ?"

Edbert menyenggol lengan saudara iparnya. "Jangan mengatai kembaranku bodoh, Ram."

Rama kembali terkekeh. "Habisnya, aku sama sekali tidak mengerti dengan jalan pemikiran Karina yang begitu sempit. Aku dan dia tidak perlu berpisah seperti ini, jika Karina memberitahuku tentang apa yang sebenarnya terjadi."

"Dia wanita, Ram. Perasaan dan emosi adalah dua hal yang begitu dominan di dalam dirinya. Dia terlalu takut saat membayangkan dirimu yang sedang diincar oleh Daniel."

Rama menarik napas keras sembari menyugar rambutnya. "Apa dia baik-baik saja, Ed ?"

"Aku tidak tahu. Dari luar dia terlihat baik-baik saja, tapi di dalamnya, aku tidak tahu, Ram." jawab Edbert setelah beberapa saat terdiam. Ia kemudian bangkit berdiri menuju meja kerjanya untuk menuliskan sesuatu.

Selesai menulis, Edbert kembali berjalan menuju sofa dan memberikan selembar kertas itu kepada Rama. "Jemputlah. Dia pasti juga sama sakitnya dengan dirimu."

=====

Seperti biasa, Karina menghabiskan waktu paginya dengan berkeliling bersama dengan Tris. Karina menemani tetangganya berbelanja bahan masakan dan sesekali mereka akan mampir sebentar di kafe pinggir jalan.

Setelah pulang, Karina biasanya meminta Tris untuk mengajarinya merajut. Rasa semangatnya membumbung tinggi saat mengingat calon anaknya yang beberapa bulan lagi akan lahir ke dunia ini.

As Right As Rain - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang