Dua Puluh Lima

10.4K 609 9
                                    

Karina menatap nanar benda kecil pipih yang sedang ia pegang. Padahal, benda tersebut membawa sebuah kabar yang seharusnya membahagiakan. Namun, kabar itu malah membuat seorang Karina gamang luar biasa.

Benda itu adalah test pack yang dengan dua garis merah sebagai hasilnya. Menandakan bahwa perkataan Rama kemarin benar, benih yang ditanamkan di rahim Karina sudah mulai berkembang.

Tidak, Rama tidak boleh tahu.

Karina langsung beranjak keluar dari kamar mandi dan memasukkan benda itu ke dalam tasnya. Ia kemudian berganti pakaian dan bersiap untuk pergi dari rumah.

"Mau kemana ?" tanya Rama yang tiba-tiba saja muncul di dalam kamar. Karina terhenyak sesaat lalu kembali menormalkan wajahnya. "Aku mau bertemu dengan Edbert."

"Aku antar."

"Tidak usah, Ram. Aku bisa pergi sendiri." tanpa menunggu balasan dari Rama, Karina langsung melenggang cepat keluar dari kamar.

Karina sudah hendak menutup pintu mobil ketika sebuah tangan muncul dan menahannya. Kepala Karina mendongak dan napasnya tertahan untuk sepersekian detik saat menemukan wajah tampan Rama yang begitu dekat. "Ad-ada apa, Ram ?" tanya Karina tergagap. Dengan senyum kecilnya Rama menggeleng. "Hanya ingin bilang, hati-hati."

"Dan jangan lupa, besok kita ada jadwal ke dokter kandungan." setelah mengatakannya Rama menegakkan tubuhnya dan menutup pintu mobil Karina dengan pelan.

Sepeninggal Rama, senyum miris Karina langsung muncul. Sepertinya, dia harus pergi lebih cepat.

=====

Edbert yang sedang bersantai di apartment pribadi miliknya terkejut saat mendapati kedatangan Karina.

"Sepertinya, akhir-akhir ini kamu sering sekali mengunjungiku ya. Apa kau merindukanku sampai sebegitunya ?" Edbert bertanya dengan wajah sengitnya. Suasana hati Karina yang sedang tidak baik, membuat wanita itu tidak menggubris sindiran dari Edbert. Dia langsung menghempaskan diri di single sofa yang berada di sebelah Edbert.

"Ada apa lagi ?" tanya Edbert kemudian. Pria itu kini sudah menegakkan tubuhnya, bersiap menerima segala informasi dari Karina yang ia tebak pasti mengejutkan.

Karina tidak langsung menjawab, ia malah menarik napas panjang sebelum beralih mengambil sesuatu di dalam tasnya. Setelah mendapatkan apa yang ia cari, Karina kemudian menyodorkan benda tersebut kepada Edbert. Kening Edbert langsung mengerut dalam saat menerima benda itu.

"Apa ada seorang wanita mengaku jadi kekasihku lalu datang menemuimu membawa ini ?" tebak Edbert. Karina langsung mendengus. "Kalau seperti itu, aku sudah menghabisimu begitu masuk ke apartment ini."

"Lalu, siapa yang hamil ? Jangan bilang kalau kita berdua akan punya adik ?" Karina kali ini menepuk jidatnya lelah. Astaga, kenapa dia bisa memiliki saudara kembar yang seperti ini ?

Karina memutuskan untuk mendiami Edbert saja, biarkan pria itu menyadari siapa sebenarnya pemilik benda itu. Karina lalu bangkit dari duduknya dan berjalan menuju dapur untuk mengambil minuman.

Setelah beberapa saat terlewat, Edbert akhirnya menyadari apa arti dari benda yang baru saja ia dapatkan. Edbert langsung berlari menghampiri Karina dan menatap saudara kembarnya dengan mata terbuka lebar. "Apa aku akan punya keponakan dari...mu ?"

Karina menghabiskan isi dari gelasnya sebelum menatap saudara kembarnya dengan serius. Dan dengan perlahan, kepalanya mengangguk. Suara ketersiapan dari Edbert terdengar memenuhi apartment. Matanya berpindah-pindah menatap Karina dan testpack yang sedang ia pegang.

"Apa Rama sudah tahu ?" Edbert akhirnya bertanya ketika kesadarannya sudah kembali.

"Belum. Dan jangan sampai dia tahu."

As Right As Rain - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang