MG ~ 12

10.1K 622 0
                                    

Hara hanya bisa terkekeh, kekehan yang dipaksakan.

"I-iyalah, saya gak mungkin merebut pacar teman saya sendiri. Ka-kalian pasangan serasi. Semoga langgeng ya, Mas. Maaf, saya gak bisa lama-lama, takutnya tante saya nyariin", Hara berdiri dan mengeluarkan uang dari dompetnya, lalu meletakannya dimeja.

Sedang Tio terpaku, terlalu terkejut dengan pergerakan Hara yang tiba-tiba.

"Tolong sampaikan maaf saya sama Shella ya, Mas. Saya permisi", Hara menundukan badannya layaknya orang-orang Jepang, padahal dia hanya tidak ingin menatap Tio lama-lama. Karena air matanya sudah tidak bisa dia tahan lagi. Rasanya menyedihkan, ditolak secara terang-terangan oleh si pujaan hati.

Bahkan si pujaan hati juga tidak menahannya saat Hara berbalik dan pergi. Ah, kenapa semua masalah jadi datang bertubi-tubi seperti ini, pikirnya.

Bermusuhan dengan sahabat, orang tua yang palsu sedang yang asli sudah tiada, di tolak pujaan hati, tante yang sakit keras, entah setelah ini apalagi.

Hara menghela nafas, berusaha menegarkan hati. Setidaknya, antara dirinya, Shella dan Tio sudah selesai sehingga masalahnya juga berkurang satu.

Hara berharap tidak bertemu kedua orang itu lagi. Saat ini dia harus fokus dengan tantenya, dan juga mencari pekerjaan. Tentang orang tuanya, Hara tidak bisa memaksa tantenya bicara. Walaupun rasanya benar-benar ingin tahu alasan mengapa tantenya berbohong, tapi melihat kondisi tantenya, dia jadi tidak tega.

Saat sampai di kamar tantenya, Hara terkejut karena tantenya sedang menangis histeris, ada dua orang perawat wanita yang menahan kedua tangan tantenya yang tengah meraung-raung.

"Tante, tante kenapa?", Hara bergegas menghampiri tantenya.

Sedang tantenya langsung memeluk Hara, sambil terisak.

"Dewo, antarkan tante menemui Dewo", gumam tantenya, Aura.

"Ada apa dengan Om Dewo, tan?", tanya Hara bingung. Bukankah kekasih tantenya itu baru saja dari sini?, pikirnya.

"Dia kecelakaan, mereka bilang mobilnya terbalik dijalan ke arah bandara", Aura menangis lagi.

Hara tanpa sadar menutup mulutnya dengan tangan. Berita itu benar-benar membuatnya shock hingga tidak bisa berkata apa-apa.

"Anterin tante kesana ya, Ra. Tante mohon", minta Aura sambil menatap keponakannya itu dengan air mata yang berlinang deras.

"Hara tanya dokter dulu ya, tante. Boleh gak tante keluar dari rumah sakit. Fisik tante masih lemah", Hara menjawab dengan sendu. Mengingat kondisi tantenya, rasanya Hara ingin menolak permintaan tantenya mentah-mentah. Tapi dia tidak tega.

"Harus boleh, ra. Tante kuat, tante bakal cepet sembuh", janji tante nya sambil menggenggam tangan Hara, mencoba meyakinkan Hara.

Tapi siapa yang akan percaya? Aura sadar benar, kalau tubuhnya semakin kurus karena penyakitnya. Seandainya waktu bisa diputar kembali, ingin rasanya Aura memperbaiki semuanya hingga kejadian yang dia alami saat ini tidak terjadi.

"Kalau gitu Hara tanya dokter dulu, sementara tante istirahat dulu disini ya. Jangan nangis lagi, nanti tante nambah drop. Tante bisa janji yang satu itu sama Hara kan?", pinta Hara sambil menghapus airmata tantenya.

"Iya, tante janji gak nangis lagi, ra", Aura menghapus air matanya dengan cepat dan memberikan senyum lebar untuk Hara. Dia juga segera membaringkan tubuhnya diranjang. Dia akan berusaha setenang dan sesehat mungkin agar bisa melihat kondisi Dewo, kekasih sekaligus suaminya.

Hara tersenyum, dan beranjak pergi meninggalkan tantenya setelah membelai rambut tantenya dengan penuh sayang.

Setelah bertemu dengan dokter, Hara jadi semakin bingung bagaimana menolak keinginan tantenya. Karena dokter tidak mengijinkan, namun bila tantenya memaksa, maka tantenya wajib memberi surat pernyataan bahwa meminta keluar rumah sakit dengan keinginan sendiri, sehingga apapun yang terjadi nanti bukan lagi tanggung jawab rumah sakit tersebut.

Miss Gendut (2# Teacher Series) - (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang