MG ~ 51

7.3K 589 53
                                    

"Kamu ga apa-apa,ra?", tanya Tio saat mereka sudah sampai di apartemen. Hara menunjukan reaksi dari permen yang sudah Tio kasih tapi reaksinya berbeda dari yang dia harapkan.

"Tau nih, Mas. Mual banget, terus pusing, gerah juga rasanya. Apa gara-gara susu tadi kadaluarsa ya?", Hara memijat pelipisnya yang pusing, dia sama sekali tidak melihat efek perkataanya pada Tio.

"Kamu tadi minum susu?"

"Hmmm, tadi pas di minimarket", ujar Hara masih menutup mata karena rasa pusing itu belum hilang.

Sedang Tio mengumpat dalam hati. Pantas saja reaksi dari permen itu belum kelihatan, rupanya Hara minum susu. Semua orang juga tahu kalau susu bisa mengurangi khasiat obat makanya dokter tidak menganjurkan minum susu setelah atau sebelum minum obat.

Bukannya membantu meringankan rasa pusing Hara, Tio malah mondar mandir di depan gadis itu sambil sesekali menjambak rambutnya. Dia frustrasi dan bingung, apa yang harus dilakukannya sekarang. Tio yakin Hara akan menolak jika dirinya mengajak Hara begituan secara terang-terangan. Tapi kalau tidak sekarang, kapan lagi. Nafsunya sudah diubun-ubun dan rasanya tidak bisa ditunda lagi. Semenjak Tio putus dari Shella, dia tidak pernah lagi tidur dengan perempuan.

"Kayaknya aku mau tidur aja deh, Mas. Pusing banget, sekalian mau ganti baju juga. Apa mau hujan ya? Dari tadi rasanya gerah banget", ujar Hara seraya membuka mata. Dilihatnya Tio menatapnya dengan tatapan yang tak biasa.

"Mas kenapa?"

"Kamu gerah?"

"Iya, emangnya Mas ga gerah?"

"Mmm, iya gerah. Gerah banget", jawab Tio kikuk. Setidaknya ucapan Hara meyakinkan Tio kalau efek susu yang Hara minum tidak sepenuhnya menghilangkan pengaruh permen tadi.

Setelah berkata begitu, Tio duduk di sebelah Hara sambil menatap Hara salah tingkah. Hara jelas heran dibuatnya.

"Mas kenapa?", tanya Hara yang entah kenapa mulai merasa risih dengan tatapan Tio.

"Mmm.. Maaf banget, ra..., tapi aku udah ga tahan lagi"

Belum sempat Hara menjawab keanehan Tio, laki-laki itu tiba-tiba saja menyerang dirinya.

Refleks, Hara bangkit dari duduknya dan menjauhi Tio.

"Apa-apaan kamu, Mas?!"

Hara marah, ingin memaki Tio, namun dia masih penasaran kenapa Tio tiba-tiba bertingkah seperti itu.

"Please, kamu jangan nolak aku, ra. Dengan begini, papa pasti terima kamu jika kamu jadi menantu papa. Lagian kamu daritadi godain aku, ra. Aku ga tahan lagi", jawab Tio terang-terangan. Dia kembali mendekati Hara, tapi Hara sudah berlari ke belakang sofa yang tadi mereka duduki.

"Menantu papa? Maksutnya? Mas jangan gila ya! Dari tadi aku ga ada godain Mas!!!", teriak Hara kesal. Perkataan Tio membuat kepalanya semakin pusing. Dia sama sekali tidak mengerti apa yang dibicarakan laki-laki itu.

"Kamu sengaja kan mandi di pantai tadi! Basah-basahan depan aku. Itu justru bagus sih, aku jadi terpancing. Dengan begitu kita bisa menikmati malam ini. Kamu tenang aja, aku pasti tanggung jawab, ra. Lagipula, kalau kita menikah, semua pasti senang. Papa bisa nerima kamu dan kakek bisa nerima aku", Tio tersenyum tanpa dosa. Sedang Hara mengernyit jijik. Bagaimana bisa Tio berpikiran seperti itu.

"Kayaknya otak kamu sudah konslet, Mas. Saya ga mau nikah dengan laki-laki mesum kayak kamu! Saya udah ga peduli lagi, mau si Harya itu terima saya apa ga, terserah dia! Mas ga usah sok bantu saya, apalagi pake cara menjijikan kayak gini!!", tolak Hara sambil bergidik jijik.

Miss Gendut (2# Teacher Series) - (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang