MG ~ 50

7.7K 706 83
                                    

Curhat dikit ya say, maap ini mah kalau author emang baperan soalnya emang parah banget sih para silent readers ini.. Tiap part cerita ini yang baca nembus seribuan lebih, bahkan pernah nembus dua ribu tapi yang like pasti cuma dua ratusan.. Apalagi yang komen, duh bikin sedih lah..

Kalau ga suka cerita ini ya ga usah dibaca, tapi kalau ngikutin cerita ini terus-terusan ya mbok di like.. Jangan pelit2 lah kasih like sama cerita yang kalian ikutin, apalagi cerita ini gratis. Kalian ga harus bayar. Cuma minta like aja susah bener 🤣

Ah tapi udinlah ya, ngarepin pembaca goib malah bikin merana pembaca yang nyata2 ngikutin dan ngasih semangat..

So ini dia lanjutan yang kalian tunggu-tunggu.. Doakan saja semoga saya bersemangat ngasih double update.. Semuanya tergantung anda 😁😁😁

***

"Ra, kita pulang yuk. Udah jam sembilan ini", ajak Tio yang entah sudah ke berapa kali tapi lagi-lagi Hara masih diam sambil memandangi hamparan air yang ada didepannya.

Kalau begini, Tio jadi menyesal membawa Hara ke Ancol. Rencananya bisa batal kalau Hara kekeuh ga mau pulang. Tadinya sih Tio seneng liat Hara ketawa-tawa bahagia liat laut tapi setelahnya, Tio jadi gelisah. Itu semua gara-gara Hara yang tiba-tiba masuk ke air gitu aja. Wajahnya kayak bocah yang udah lama ga ketemu air, yang teriak-teriak kesenengan lah, yang tiba-tiba nenggelemin badan ke air lah. Tio sampe panik dibuatnya, tapi untungnya Hara cuma bercanda.

Duh, pokoknya Tio jadi nyesel bawa Hara ke pantai. Apalagi pas keluar dari air, baju Hara yang basah bikin aset gadis montok itu tercetak jelas. Gimana Tio ga horny coba? Mau ga mau terpaksa Tio coba menahan gairahnya.

Setelah Hara berganti pakaian dan makan, keduanya duduk di pinggir jembatan cinta yang letaknya ditengah pantai Ancol. Tak banyak yang mereka bicarakan karena Hara asyik melamun sendiri. Hal itulah yang membuat Tio semakin gelisah. Dia takut Hara punya pikiran untuk menceburkan dirinya ke pantai. Makanya sedari tadi Tio mengajak Hara pulang.

"Entar lagi, Mas. Disini enak, tenang", tolak Hara sendu.

"Kamu, ga punya pikiran mau bunuh diri kan, Ra?", Tio meringis, entah kenapa pertanyaan itu keluar begitu saja dari mulutnya.

Hara terkekeh lalu menatap Tio, "Punya, makanya aku mau ikut ke apartemen Mas Tio, soalnya kalau malam, pikiranku suka aneh-aneh", jawaban Hara membuat Tio melotot kaget.

"Hahahahaha, aku bercanda Mas. Duh mukanya sampe melotot gitu", Hara tertawa lebih tepatnya menertawakan dirinya yang mulai kembali bodoh. Bunuh diri memang untuk orang bodoh, bukan? Akal mereka pendek ditambah keinginan untuk menyerah membuat bunuh diri jadi satu-satunya solusi.

"Semua orang sedih ra pas lihat kamu bunuh diri. Please, kamu jangan lakuin itu lagi", pinta Tio sungguh-sungguh. Tidak tega rasanya melihat Hara jadi korban keegoisan papanya. Apalagi sahabat dari mantan pacarnya itu sampai bunuh diri. Tio jadi semakin merasa kasihan.

"Semua orang? Apa papa dan mama Mas juga sedih?", Hara terkekeh, menyangkal perkataan Tio karena dia tahu tidak semua orang merasa sedih jika dia mati.

Tio membatu, tidak berani menjawab perkataan Hara. Kalau dia bohongpun, dia yakin Hara tidak akan percaya tapi jika dia berkata jujur, hal itu akan semakin menyakiti Hara.

"Sudahlah, jangan mikirin mereka malam ini. Kamu ga kabarin dokter itu? Dia pasti khawatir kalau tahu kamu pergi", Tio mengalihkan perhatian Hara dan berhasil.

Hara mendengus dan perasaannya jadi semakin kesal saat mengingat Lingga. Padahal daritadi dia sudah berhasil melupakan si pengobral cinta itu tapi kenapa sekarang di ingatkan lagi.

Miss Gendut (2# Teacher Series) - (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang