"Gue ga nyangka kalau selama ini sahabat gue, punya kerjaan jadi pelakor!", teriakan Shella membahana ke seantero kampus.
Sontak saja teriakan itu membuat Hara menjadi pusat perhatian orang-orang.
"Shel, jangan kayak gini!", Tio yang berada di belakang Shella, berusaha menarik tangan Shella, meminta agar Shella berhenti.
"Mas, diem! Jangan ikut campur!", Shella menepis tangan Tio kasar.
"Dan lo, gue peringatkan untuk yang pertama dan yang terakhir, jangan jadi pelakor!",
"Mmak, maksutnya gimana Shel? Aku bukan pelakor!", jawab Hara bingung dan kaget. Suaranya sedikit bergetar, karena baru kali ini dia menghadapi Shella yang menakutkan seperti sekarang.
"Lo pura-pura ga liat itu apa?! Pura-pura ga ngerti itu apa?! Stop pasang muka polos lo itu, ga cocok sama badan lo yang kayak gorila itu!", lagi-lagi Shella menancapkan paku tak kasat mata dihatinya. Kali ini begitu dalam dan dilihat banyak orang.
Hara merasa matanya mulai basah, namun ditahannya sekuat mungkin. Sedang tangannya mengambil kertas karton berwarna hijau bergambar panda yang sangat dia kenali, karena memang dia sendiri yang membuatnya.
"Apa maksut lo ngirim-ngirim begituan ke pacar gue, pelakor?!", Shella menaikan nada suaranya, sedang Tio sedari tadi tidak berhenti menarik tangan Shella agar meninggalkan tempat itu.
"I-ini..", tenggorokan Hara terkecat. Dia tidak menyangka kalau pembatas buku buatannya tidak dibuang, bahkan masih sangat baik.
Hara menaikan pandangannya untuk menatap Tio, namun hal itu semakin membuat Shella berang.
"Lo ngerasa ga salah dan sekarang lo malah natap lakik gue terang-terangan? Lo nantangin gue?!", Shella maju, hendak memberi Hara pelajaran, namun untungnya Tio cepat menahan kedua tangan Shella.
"Aku, aku bukan pelakor, Shel. Dan aku ga ada niat merebut Mas Tio dari kamu!", jawab Hara sedih. Mendengar tuduhan seperti itu dari sahabat sendiri, rasanya menyakitkan bukan?
"Halah, pelakor itu maling, mana ada maling ngaku. Gitu juga pelakor, mana ada yang ngaku!",
"Shella, udah!!",
"Apa sih, Mas! Kok jadi Shella yang dimarahin! Mas lebih milih pelakor ini daripada Shella? Mas ga liat badannya? Cewek kayak dia mana bisa nyaingin Shella!", teriak Shella kalap.
"Terserah, kalau kamu mau bikin malu disini, terserah. Mas mau pulang!", balas Tio tak kalah jengkel, lalu berlalu meninggalkan Shella yang kini kebingungan. Ingin menyusul Tio tapi dia masih ingin memberi pelajaran pada Hara.
"Mas..Mas..Arrggghhhh!!", Shella berteriak memanggil Tio dengan frustrasi tapi Tio tetap tidak menggubrisnya. Shella mendengus dan mengabaikan kepergian Tio. Kini pandangannya menatap Hara nyalang.
Shella mendekat dan menyambar rambut Hara dengan cepat. Dengan tinggi badan yang sama, jelas tidak sulit baginya. Walaupun badan Hara lebih besar dua kali lipat dibanding dirinya, namun Shella tidak gentar. Dia yakin Hara tidak akan membalasnya. Teman-teman Hara yang kesemuanya wanita juga tidak berani menolong karena Shella telah lebih dulu melotot ke orang-orang yang mendekatinya.
"Ini tulisan lo kan! Buat apa lo kegatelan sama Mas Tio sampe ngirim-ngirim ini segala!",
"Lepas, Shell. Rambut aku sakit! Ini ga seperti yang kamu tuduhin! Kartu pembatas ini memang aku buat untuk Mas Tio tapi tiga tahun yang lalu, sebelum kalian pacaran", jelas Hara, sambil berusaha melepaskan cengkraman Shella dirambutnya.
"Bohong!!", teriak Shella tidak percaya.
"Ini ada tanggalnya kalau kamu ga percaya!", Hara menyodorkan kembali kartu pembatas buku itu lagi, sambil menunjukan tulisan kecil bertuliskan tanggal, bulan dan tahun saat itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Miss Gendut (2# Teacher Series) - (END)
RomanceApa jadinya jika kamu terpaksa dinikahkan dengan pria yang tidak kamu kenal sama sekali, hanya karena kesalahpahaman? Itulah yang dialami Hara, si wanita gendut yang tragisnya sedang menjalankan program pengalaman lapangan terpadu alias KKN dengan...