MG ~ 53

8.7K 757 119
                                    

Rasanya sulit dipercaya kalau laki-laki yang selama ini Lingga abaikan keberadaannya berhasil membuat Hara terluka, terbukti dari lebam-lebam yang ada diwajah Hara.

Dan berani-beraninya laki-laki itu menindih Hara sambil terus berusaha menciumi wajah Hara padahal Hara sudah mendorong wajah laki-laki itu jauh-jauh. Lingga jelas naik pitam, begitu juga Arsen dan juga Reza.

"BAJINGAN!!!!!!!"

Lingga menghambur ke arah Tio dan merenggut laki-laki itu berdiri lalu meluncurkan bogem mentah ke wajah Tio.

Pisau yang sedari tadi dipegang Tio sontak terlepas dan ringisan keluar dari mulutnya. Nampaknya Tio harus mengakui kalau alam ternyata tidak berpihak padanya. Kali ini dia harus menghadapi kemurkaan Raden Mas Lingga Aryasetya juga Reza Wijaya serta tidak lupa Arsenio Pradana.

"Berani-beraninya lo ngelecehin Hara!", Lingga terus memukul Tio, tidak peduli jika darah Tio sudah melumuri tangannya, namun Lingga masih belum merasa puas. Apalagi Reza juga ikut membantunya memegangi laki-laki kurang ajar itu.

Sedang Arsen, Dewo dan juga Maya mendekati Hara yang merintih dan mendesah. Nampaknya pengaruh permen yang diberikan Tio mulai kelihatan efeknya.

Arsen merasa sangat bersalah dan sedih melihat kondisi Hara. Dia marah dan juga ingin ikut menghajar Tio namun kondisinya jelas tidak akan memberikan efek sedasyat dengan apa yang diberikan Lingga dan Reza, jadi dia memilih untuk mendekati Hara untuk mengecek kondisi gadis itu.

"Ra, kamu ga apa-apa?", Maya yang juga cemas dan juga merasa kasihan pada Hara segera mengangkat kepala Hara dan meletakannya ke pahanya. Tak lupa dia menyeka darah yang keluar dari sudut bibir Hara dengan tisu yang selalu siap sedia di tasnya.

Bukannya menjawab pertanyaan Maya, Hara justru mendesah dan tiba-tiba saja Hara berusaha membuka paksa kemejanya.

"Panas..", Hara merintih seraya memejamkan mata. Kepalanya terasa sakit dan juga pusing, namun tubuhnya menginginkan sesuatu yang tidak dia pahami.

Arsen, Dewo dan Maya jelas syok begitu juga dengan Widya yang hanya bisa berdiri agak jauh dari Hara. Tapi dia segera mendekat tatkala Hara berhasil membuka satu kancing kemejanya. Segera saja Widya menahan tangan Hara yang hendak membuka kancing kedua.

"Heh, apa-apaan kamu ini! Kamu mau menggoda semua laki-laki yang ada disini!", sentak Widya kesal. Padahal tadi dia sudah hampir menaruh rasa kasihan pada Hara. Tapi karena sikap Hara yang barusan, Widya jadi kesal kembali.

"Kayaknya Hara ga sadar dengan apa yang dilakuin! Jadi tante ga usah asal bicara", Maya yang sedari awal kesal dengan Widya akhirnya berhasil meluapkannya langsung ke orangnya.

Bagaimana tidak, sepanjang perjalanan dari Rumah Sakit menuju rumah kakek Hara, lalu ke apartemen Tio, Ibu kandung Lingga tersebut terus saja mengeluh dan membujuk Lingga agar tidak perlu turun tangan mencari Hara. Hah, rasanya Maya jadi ingin sekali menggetok kepala Widya saat ingat hal itu.

"Heh, yang sopan ya kalau bicara sama yang tua! Lagipula saya ga asal bicara, gadis gendut ini saja yang aneh", balas Widya tak terima.

"Bun!", Dewo menarik tangan Widya agar mendekatinya, tak lupa diremasnya serta ditatapnya istri pertamanya itu dengan sesekali memberi gelengan.

Widya yang mengerti isyarat suaminya, hanya bisa diam. Rasanya dia ingin cepat pulang namun Dewo nampaknya masih belum ingin pulang.

"Kayaknya ada yang salah sama Hara", ucap Arsen yang diangguki Maya dan Dewo. Mereka bertiga tidak tahu apa yang terjadi pada Hara, namun mereka yakin jika keadaan Hara ada kaitannya dengan Tio.

Miss Gendut (2# Teacher Series) - (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang