MG ~ 45

8.2K 624 35
                                    

Lingga berjalan mondar mandir di depan ruang operasi. Wajahnya yang penuh lebam dan emosinya yang tidak stabil membuat rekan-rekannya menolak kehadiran Lingga di ruang operasi. Jadilah dia menunggu dengan gelisah bersama Reza, Arsen dan juga Hanum. Dan jangan lupakan keberadaan Tio. Diam-diam, laki-laki itu juga ikut menunggui Hara sambil berdiri dikejauhan.

"Dok, mari saya obati wajah dokter", salah satu suster mendekati Lingga untuk kedua kalinya namun Lingga tetap menggelengkan kepala.

"Saya baik-baik saja, sus. Terima kasih", jawab Lingga dengan wajah lelah.

Suster tersebut mengangguk paham, dia tidak bisa memaksa Lingga lagi sehingga suster itu memutuskan untuk kembali ke tempatnya.

"Sudah hampir dua jam, kenapa dokternya lama sekali?", tanya Arsen yang juga sudah gelisah ditempatnya.

"Lo pikir sambungin pembuluh darah itu gampang?!", jawab Lingga ketus seraya menatap Arsen dengan kesal.

"Lingga, udah! Jangan bikin keributan-"

"Lo diem!! Semua gara-gara lo! Lo bohongin gua! Lo bilang lo ga tahu Hara dimana, ga tahunya apa?!", sentak Lingga lagi. Padahal sedari tadi mereka larut dalam kekalutan masing-masing tapi sekarang mereka malah bertengkar.

Reza menahan diri, dia tidak membalas perkataan Lingga. Laki-laki itu memang benar, dia yang salah. Seharusnya dia meminta kakeknya untuk bersabar bukannya malah menculik Hara.

Ah, Lingga pasti akan semakin emosi jika tahu Hara diculik oleh kakeknya sendiri demi melihat Hara pulang ke rumahnya.

"Mendingan kalian pergi aja! Jangan disini! Kalian cuma bikin gua emosi!!", usir Lingga seraya menatap Reza dan Arsen.

"Lo ga punya hak buat ngusir kami!", jawab Arsen tenang namun tatapannya menantang Lingga, membuat dokter spesialis penyakit dalam itu segera mendekati Arsen dan hendak menghajar laki-laki pemakai tongkat tersebut.

Namun pintu operasi yang terbuka menghentikan niat jelek Lingga. Ketiga laki-laki itu beserta Hanum segera mendekati Dokter Saka yang keluar dari ruang operasi.

"Bagaimana dok?", tanya Lingga tak sabar.

" Pembuluh darahnya berhasil kita satukan kembali namun status pasien masih kritis. Dia kehilangan banyak darah dan kita masih perlu dua sampai tiga kantong darah tambahan sampai keadaannya stabil", jawab dokter Saka.

"Kalau begitu saya akan suruh suster untuk ambil stok darah yang ada di Rumah Sakit ini", sahut Lingga cepat.

"Disitu letak masalahnya, stok darah di Rumah Sakit untuk golongan darah pasien tidak ada, begitu juga di Bank Darah. Sama sekali tidak tersedia. Siapa disini yang merupakan keluarga kandung? Saya harap bisa mendonorkan darahnya secepatnya", lanjut dokter Saka dengan wajah serius. Membuat semua yang ada disana ikut merasa tegang.

"Apa golongan darahnya?", tanya Arsen kali ini. Dia berharap darahnya bisa ikut membantu menyelamatkan Hara.

"AB negatif"

Jawaban dokter Saka membuat Lingga, Arsen dan juga Reza bungkam. Golongan darah mereka tidak sama dengan golongan darah Hara yang memang langka.

"Golongan darah saya sama dok, ambil darah saya saja. Adik saya juga punya golongan darah yang sama", jawaban Hanum membawa angin kesejukan bagi mereka yang ada disana.

"Silahkan ibu mengikuti suster ya, biar darah Ibu di cek lebih dulu. Sisanya tolong diusahakan secepatnya, dok", ujar dokter Saka pada Lingga.

"Baik, dok. Apa saya bisa masuk dok?", pinta Lingga yang sudah tidak sabar ingin melihat keadaan Hara.

Miss Gendut (2# Teacher Series) - (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang