MG ~ 36

9.3K 596 62
                                    

Tepat pukul setengah enam pagi, Hara meninggalkan rumah Lingga. Dia sengaja pergi tanpa pamit pada Lingga atau Dewo. Gadis gendut itu memang sengaja menghindari hantu dirumah itu, maksutnya Widya bukan hantu beneran lho.

Pagi-pagi disuguhi muka asem Widya akan membuat moodnya anjlok. Lagipula dia masih sebal melihat wajah Lingga. Bisa jadi dia akan kembali emosi, mengingat bokongnya masih terasa linu gara-gara jatuh kemarin.

"Mbak yang pesan ojek?", tanya satpam saat Hara sudah mendekati gerbang.

"Iya, pak. Saya pamit ya, pak. Orang rumah masih pada tidur. Saya harus ngajar soalnya, takut macet", jawab Hara yang langsung menangkap raut bingung dari satpam rumah Lingga.

Satpam tersebut hanya mengangguk lalu membukakan pintu gerbang untuk Hara. Gadis itu bersyukur dengan kemajuan teknologi. Dia hanya perlu memanggil ojek dari handphone tanpa perlu memasukan alamatnya sekarang. Karena dia memang tidak tahu apa nama daerah tempat rumah Lingga berada.

"Mari, Pak", ujarnya saat dirinya sudah berada di atas motor.

"Iya, Mbak. Hati-hati dijalan", jawab satpam itu sopan.

Hara memandang rumah besar itu sekali lagi lalu menghela nafas. Dia tidak mengira hidupnya akan ruwet seperti ini.

****

Setelah memakan waktu kurang dari setengah jam, Hara sampai di depan gerbang sekolah. Untungnya satpam disekolah itu dua puluh empat jam stand by jadi Hara ga luntang lantung di depan sekolah.

"Miss Hara, saya ikut berduka ya untuk tantenya Miss. Kemarin saya ga bisa ikut melayat, maklum lah harus jaga sekolah", ujar Pak Satpam yang  kaget melihat kedatangan Hara.

"Iya, Pak. Makasih ya. Ga apa-apa, Pak. Saya paham kok kalau Bapak ga bisa ikut melayat", jawab Hara dengan senyum sedih. Dia kembali teringat tantenya, namun segera tersadar kalau Pak Satpam masih memperhatikannya.

"Belum ada yang dateng ya, Pak?", tanya Hara basa basi. Satpam itu berjalan di depan Hara, berniat membukakan ruang guru yang memang masih terkunci.

"Pak Arsen ada tuh di ruang seni. Semalem tidur di sini", jawaban Pak Satpam itu membuat Hara cengo, dia sama sekali tidak menyangka nama Arsen akan keluar dari mulut pria paruh baya tersebut.

"Emang boleh, Pak? Em..maksutnya guru boleh tidur disini, Pak?",

"Ya boleh donk, Miss. Asal berani aja. Pak Arsen mah sering kok tidur disini, Miss. Biasanya dia lembur bikin lukisan karena mau ada pameran. Tapi kadang kalau lagi suntuk juga suka nginep. Lagian siapa yang berani larang. Ibunya punya saham di yayasan sekolah ini. Yang punya bapak tirinya sih, tapi Ibunya dibagi gitulah", Pak Satpam tersebut ternyata bocor juga. Hara sampai terbengong-bengong dibuatnya. Dia benar-benar tidak menyangka akan mendapat info menarik dihari sepagi ini.

"Memang Bapaknya kemana, Pak?", Hara jadi tambah kepo. Untung saja sekolah masih sepi, kalau tidak, mana bisa dia gosip-gosip cantik gini sama Pak Satpam.

"Kalau kata Pak Arsen sih, Bapaknya itu pelaut, Miss. Jadi ya gitu, ga pernah pulang. Gak pernah kasih kabar juga, entah sudah mati atau masih hidup. Atau bisa jadi sudah nikah lagi. Pak Arsen juga ga tahu. Kasihan deh Pak Arsen, Miss", lanjut Pak Satpam lagi.

Hara jadi tercenung di tempatnya, dia tidak menyangka kalau Arsen dan dirinya senasib. Sama-sama punya ayah yang brengsek.

"Bapak tahu dari mana kalau Bapaknya Pak Arsen pelaut?", Hara yang kritis kembali bertanya. Dia mah memang ga gampang percaya sama orang, jadi Hara bakal korek terus sampai orang itu ngaku kalau yang dia bilang itu bener apa bohong.

Miss Gendut (2# Teacher Series) - (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang