MG ~ 44

7.4K 574 37
                                    

Lingga sengaja tidak langsung masuk ke dalam dan memilih untuk menguping pembicaraan yang terjadi di dalam ruangan itu lebih dulu.

Dia tahu jika dia masuk ke dalam secara tiba-tiba maka pembicaraan mereka akan terhenti seketika. Sedangkan Lingga ingin tahu lebih banyak tentang apa yang terjadi sebenarnya dalam keluarga Hara.

Selama ini Lingga hanya menebak-nebak saja apa yang sebenarnya terjadi pada Hara. Namun pembicaraan di dalam membuatnya mengerti dan kupingnya ikut-ikutan terasa panas. Bisa-bisanya Harya menolak mengakui Hara, bahkan menyalahkan kehadiran Hara di dunia ini.

Lingga tidak menyangka Harya bisa berkata sekasar itu pada Hara. Siapa juga yang hatinya tidak sakit jika dikatakan pengacau apalagi yang mengatakannya adalah ayahnya sendiri. Hara bukanlah pengacau, Harya lah pengacau sesungguhnya.

Hal ini jelas tidak bisa Lingga biarkan. Tidak ada seorangpun yang boleh menyakiti Hara saat dia ada.

Tanpa mengetuk, Lingga langsung membuka pintu ruangan itu, membuat semua orang kaget dan menatapnya tak suka.

Namun Lingga mengabaikan orang-orang itu, tatapannya memindai seluruh ruangan sampai matanya menangkap sosok Hara yang sedang duduk diatas brankar.

Lingga menyadari jika ada yang tidak beres pada Hara. Istri gendutnya itu tidak menoleh padanya, dia hanya menunduk dalam-dalam, membuat wajahnya tertutup rambut.

Dan tiba-tiba saja, punggung Hara roboh kebelakang, menghantam brankar dan hampir merosot jatuh karena posisi badannya yang condong kepinggir brankar.

"HARAAA!!", teriak Lingga seraya berlari mendekati brankar Hara.

Matanya semakin melotot saat mendapati pergelangan tangan Hara mengeluarkan darah, darah yang banyak sekali. Bahkan darah itu sampai menetes dan menggenang dilantai.

"Ra! Kamu jangan bercanda, Ra!", teriaknya sambil memegang tangan Hara hati-hati.

"Ra, bangun, Ra", ujar Lingga dengan suara gemetar. Lingga shock dan ketakutan.

Baru kali ini Lingga dihadapkan dengan kasus bunuh diri seperti ini.

Darah Hara mengalir deras, membuatnya takut. Bukan, Lingga tidak takut dengan darah. Namun sebagai dokter, Lingga tahu jelas resiko apa yang menanti Hara dengan darah yang berceceran banyak seperti itu. Hara bisa mati kehabisan darah.

Dengan hati-hati Lingga mengangkat punggung Hara serta menyibakan rambutnya dengan pelan. Rasanya Lingga mau menangis melihat wajah pucat Hara.

Dia baru menyadari kalau selama ini gadis itu tertekan batin dan bodohnya dia karena tidak tahu tentang hal itu. Lingga mengira kalau kakeknya lah yang membuat Hara tertekan, namun ternyata ayah kandungnya sendiri yang membuat Hara jadi begini.

Selama ini Hara selalu menampilkan wajah baik-baik saja. Kecerewetannya bahkan menyakinkan pada siapa saja kalau dia normal layaknya gadis-gadis lainnya. Padahal biasanya orang yang depresi cenderung tertutup dan sulit bergaul dengan orang lain.

"Ra, aku disini, ra! Kamu harus bertahan, sayang! Kamu harus bertahan ya!", Lingga mengecup kening Hara seraya menaikan tangan kiri Hara setinggi-tingginya agar memperlambat pendarahan.

Lingga semakin kalut saat dirasakannya badan Hara semakin dingin. Dia butuh seseorang untuk membantu sekarang.

"Bangun lo bego!! Bantu gua selimutin Hara! Badannya mulai dingin!", bentak Lingga pada Reza yang tahu-tahu sudah terduduk dilantai.

Reza terlalu shock hingga tanpa sadar dia sudah terduduk dilantai. Kelakuan Hara yang tidak di duga-duga membuatnya shock sampai-sampai lututnya tidak dapat berdiri tegak.

Miss Gendut (2# Teacher Series) - (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang