MG ~ 52

7.1K 576 81
                                    

"Aku rasa udah cukup main-mainnya, ra. Perlawanan kamu justru semakin membuat aku semangat untuk menaklukan kamu"

Dan ucapan Tio bagai bom yang melemahkan tubuh Hara.

Air mata Hara mengalir, dia tidak pernah menyangka kalau nasibnya begitu jelek. Padahal Hara sudah berusaha untuk selalu berbuat baik tapi apa yang dia dapatkan?

Seharusnya waktu itu dia tidak selamat. Seharusnya Lingga tidak datang dan menolongnya. Pasti kejadian ini tidak akan terjadi. Tio tidak akan berbuat senekat ini jika dia mati dalam usaha bunuh dirinya kemarin.

"Jangan nangis, ra. Kamu bakal bahagia setelah ini", ujar Tio sambil terus mendorong Hara untuk memasuki kamar yang ada dihadapan mereka.

Hara menggeleng dan sekuat tenaga menahan dorongan Tio tapi ternyata tubuh gendutnya masih kalah dengan tenaga Tio yang sekuat banteng.

Berulang kali Hara mencoba membenturkan kepalanya ke Tio lagi, tapi laki-laki sudah semakin pintar mengelak. Sehingga usaha Hara sia-sia.

Ditengah kesedihan dan kehabisan tenaga, Hara mencoba kembali peruntungannya. Dia membuka mulut selebar-lebarnya agar jari-jari Tio masuk ke mulutnya. Dan benar saja, jari kelingking laki-laki itu mampir dimulutnya yang terbuka.

Tanpa ragu, Hara menggigitnya keras-keras, membuat Tio spontan menjerit dan melepaskan Hara.

"Sshhhhh akhhhhhhh! Siallll!!! Kamu bikin aku marah, ra!!", teriak Tio sambil mengibas-ngibaskan jarinya yang berdenyut nyeri.

Hara mengabaikan teriakan Tio dan berlari ke arah pintu keluar. Tapi sayang, pintunya terkunci dan kuncinya tidak ada disana.

"Kamu kira saya sebodoh itu, ra? Kalau mau, ambil saja kuncinya di kantong celana saya", tawar Tio pongah.

"TOLONGGGGGGGG... TOLONGGGG", mengabaikan perkataan Tio, Hara kembali berteriak meminta pertolongan sambil menggedor-gedor pintu. Dia berharap ada seseorang yang mendengar teriakannya saat tengah malam begini.

Tentu saja Tio semakin emosi, dia mendekati Hara yang masih membelakanginya.

Diputarnya tubuh Hara ke hadapannya lalu ditamparnya pipi Hara sekeras-kerasnya. Sontak Hara terjatuh karena tidak siap menerima pukulan Tio. Sudut bibir Hara juga pecah karena pukulan itu.

"Kamu yang minta dikasarin ya, ra!!", ujar Tio seraya berdiri menjulang diatas tubuh Hara yang semakin lemah.

Tio menunduk, memulai penyerangan. Dicengkramnya kedua Hara tepat disamping kanan dan kiri kepala Hara, lalu dia mulai mendekati bibir Hara. Tapi Hara jelas mengelak.

Tio tidak putus asa, laki-laki itu terus mencoba menguasai bibir Hara namun kaki Hara lebih dulu menendang inti tubuhnya.

"SIALLLLLL!!", Tio berteriak kesakitan sambil memegangi pusat tubuhnya. Sumpah serapah terlontar dari mulutnya. Sungguh tidak terkira rasa sakit yang diterima Tio.

Hara mematung melihat Tio kesakitan, dia merasa bersalah tapi segera dibuangnya jauh-jauh perasaan itu.

"Bawa sini kuncinya, Mas!!", todong Hara dengan takut-takut.

"Ssssshhhh, ambil sendiri kalau kamu bisa", jawab Tio sambil merintih kesakitan.

Meskipun tengah kesakitan, Tio tetap mendekati Hara. Hasratnya untuk menaklukan Hara semakin berkobar apalagi Hara sudah berani menendang juniornya.

"Kamu harus tanggung jawab, ra! Kamu ga akan bisa kemana-mana!", ancam Tio lagi.

Kali ini Hara tidak menjawab, gadis gendut itu berlari ke arah pintu apartemen dan menggedor-gedornya.

Miss Gendut (2# Teacher Series) - (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang