Part 1

122K 8.3K 125
                                    

Untuk pengenalan, aku update yang ini dulu.

Azan Subuh berkumandang, sayup-sayup menggetarkan gendang telinga. Rhea terbangun. Diliriknya sang suami yang masih pulas. Ingin ia membangunkan, tapi ada rasa sungkan dan takut. Namun seketika ia teringat nasihat ayahnya, bahwa suami istri itu harus saling mengingatkan dan mendukung dalam kebaikan. Ia tak ingin Gavin telat sholat Subuh. Ia membangunkan laki-laki itu dengan memanggil namanya pelan.

Karena tak enak hati jika hanya memanggil nama, ia tambahkan embel-embel “Mas” di depan nama suaminya. Ayah mertuanya asli Jawa Tengah, dan yang ia tahu panggilan “Mas” ini sudah umum di daerah Jawa Tengah.

“Mas...Mas Gavin...”

Tak ada reaksi. Gavin masih nyenyak dalam tidurnya. Rhea mencoba menepuk bahu Gavin pelan.

“Mas...”

Gavin mengerjap. Ia membuka mata perlahan. Ditatapnya Rhea yang duduk di sebelahnya.

“Kamu gangguin orang tidur saja. Ini masih gelap.” Nada bicara Gavin terdengar ketus. Ia tak suka Rhea membangunkannya.

“Udah adzan Subuh,” balas Rhea terbata. Wajahnya tertunduk.

Dengan kesalnya, Gavin menutup kepalanya dengan bantal dan tidur lagi. Rhea tak berani untuk membangunkannya kembali. Ia beranjak dan bersiap mengambil air wudhu.

Seusai sholat, Rhea melangkah menuju dapur, bersiap merebus air dan memasak. Sebelum menikah, Gavin tinggal seorang diri di apartemen mewah yang juga milik perusahaan sang ayah. Sekarang ia membawa Rhea tinggal bersamanya, tentu bukan karena Gavin menginginkannya, tapi untuk formalitas saja. Akan sangat aneh jika ia tinggal terpisah dengan Rhea. Di depan publik, image-nya harus terbangun sempurna, laki-laki baik yang mencintai sang istri.

Sebenarnya kemampuan masak Rhea terbilang tak istimewa. Asisten rumah tangga yang kerap memasak menu untuknya dan ayahnya. Namun ia tak menutup diri untuk belajar memasak. Minimal mengenal bumbu dapur. Ia membuka pintu kulkas dan mendapati ada brokoli, selada, zucchini, tomat, apel, buah naga, nugget, jus kemasan, telur, dan tiga botol air putih. Rhea berpikir sejenak tentang menu yang akan ia masak. Ia sama sekali tak tahu makanan apa yang disukai Gavin. Rhea memutuskan memasak nasi goreng.

Pukul tujuh, Gavin baru bangun. Ia melangkah gontai menuju kamar mandi untuk mencuci muka dan menggosok gigi. Ketika berjalan keluar kamar, Rhea sudah duduk di sofa dengan rambut sedikit basah, tanda dia baru saja mandi. Apa yang dikenakan Rhea membuat Gavin jengah. Kaos oblong kedodoran dan celana kulot panjang. Ia yakin, sekalipun ayahnya bangkrut, dia masih memiliki baju-baju lama yang bagus dan menarik dipandang. Namun selera pakaiannya begitu buruk.

Gavin melangkah ke dapur dan menyeduh kopi hitam, minuman wajib yang tak boleh absen setiap pagi. Aroma wangi kopi menguar. Kini Rhea tahu, setiap pagi Gavin terbiasa minum kopi.

Laki-laki itu melirik meja makan. Ada dua porsi nasi goreng lengkap dengan telur ceplok, selada, potongan zucchini dan tomat.

Gavin suka nasi goreng, tapi ia tak akan memakan masakan Rhea. Rasanya sulit untuk membayangkan gadis kurus itu bisa menyajikan makanan yang terlihat menarik. Rupanya jari-jari kurus nan lentik itu memiliki keahlian memasak. Ia pikir Rhea sama sekali tak bisa memasak.

Gavin duduk di sofa lain, di sebelah sofa yang diduduki Rhea. Ia menyalakan televisi dengan cueknya, sama sekali tak menyapa atau minimal tersenyum pada sosok yang sudah resmi menjadi istrinya.

Rhea tercenung. Ia pun bingung harus berbuat apa, apakah menyapa sang suami atau menawarkan sarapan? Kedua telapak tangannya ia tangkupkan. Jari-jarinya saling bertaut dan meremas untuk menetralkan kecemasan yang tiba-tiba merajai. Ditolehnya sang suami yang memusatkan penglihatannya pada layar televisi. Atmosfer terasa sedemikian canggung. Ada dua orang duduk dalam ruangan yang sama, tapi tak ada satupun suara yang terlontar dari keduanya.

Arranged Marriage (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang