Part 9

97.2K 7.3K 360
                                    

Banyak yg minta cerita ini yang dilanjut. Mumpung idenya lagi ada, aku lanjut. Oya inspirasi nama Gavin itu tuh dari editorku di dreame haahha. Untuk apresiasi aja coz dia yang pertama kali inbox untuk menawari kerja sama dengan dreame. Kalau di Adira, ada nama Cherise, itu editor di dreame juga n aku sempat chat beberapa kali sama Cherise.

Ini ada cover dari putrimaulidiyani

Silakan yang masih mau urun cover, nanti diganti-ganti covernya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Silakan yang masih mau urun cover, nanti diganti-ganti covernya.

Happy reading...

Rhea mencuci piring setelah sholat Subuh. Rambutnya masih basah karena sebelum Subuh dia mandi keramas, mandi junub. Dadanya masih saja berdebar kala teringat apa yang terjadi semalam. Untuk pertama kali, ia merasa begitu diinginkan oleh Gavin. Ia bisa melihat jejak gairah Gavin bertebaran di tubuhnya. Tanda merah yang orang sebut kissmark... Rhea meraba lehernya, Gavin banyak menjejakkan tanda di sana.

Rhea mengeluarkan beberapa sayuran dari kulkas. Mendadak wajahnya tersipu kala teringat betapa lembut Gavin memperlakukannya, mengingat itu seks pertama untuk Rhea. Satu rahasia yang membuat Rhea tercengang, itu juga yang pertama kali untuk Gavin. Sekeras apapun usahanya untuk terlihat profesional, akhirnya ketahuan juga. Keangkuhan Gavin runtuh kala ia mengaku, itu adalah pengalaman pertamanya.

Meski semalam belum berhasil mengoyak sesuatu yang sudah dijaga Rhea selama ini, tapi pengalaman pertama itu benar-benar mendebarkan untuk keduanya. Hal yang sangat lucu ketika Rhea meminta maaf karena tak bisa menahan sakit, Gavin pun minta maaf karena merasa tidak ahli dan gagal. Maklum, keduanya masih asing dengan satu hal itu, tak terkecuali untuk Gavin yang sebelumnya sudah biasa kontak fisik selain aktivitas ranjang dengan perempuan pun merasa aneh dan bingung. Ia sempat berpikir, malam pertama yang digembor-gemborkan orang sebagai malam hot dan nikmat, ternyata tidak seindah imajinasinya. Ketika teori sudah bertumpuk di kepala tapi nyatanya praktiknya gatot maksimal, maka tak ada pilihan lain selain "mencoba lagi" sampai berhasil. Gavin pikir kalau sudah berhasil mungkin akan membuat kecanduan.

Rhea memasak omelet alias telur dadar, menu simple untuk sarapan. Sebelumnya ia menumis smoked beef bersama tomat yang diiris kecil-kecil, beserta bawang bombay. Rhea mencampur bahan yang sudah ditumis dengan telur kocok, bawang daun yang sudah diiris-iris, garam, merica bubuk, serta keju parut. Selanjutnya Rhea menggoreng di teflon. Aromanya benar-benar menggugah selera.

Di saat yang sama Gavin keluar dari kamar dan duduk di ruang tengah. Dalam hati Rhea bermonolog, tumben suaminya bangun lebih pagi. Rhea meracik secangkir kopi. Aromanya menguar, menelisik indra penciuman Gavin. Laki-laki itu melangkah menuju dapur. Seketika debaran kembali memporak-porandakan hati Rhea. Laki-laki itu yang telah membuatnya mendesah habis-habisan semalam, sampai-sampai Rhea tak peduli dengan rasa malu. Kini menatapnya saja rasanya tak berani. Malu... Canggung... Deg-degan.

Rhea menyajikan secangkir kopi itu di depan Gavin. Ia tak berani menatap Gavin lebih lama. Ia kembali melanjutkan aktivitas memasaknya. Gavin menyeruput kopinya dengan tatapan yang tak lepas menyasar sosok yang semalam membuatnya lupa daratan, melayang, dan memberinya kenikmatan luar biasa. Ia tak menyangka, tubuh yang ia sebut mungil itu ternyata begitu seksi dan menggairahkan. Gavin menggigit bibirnya. Membayangkan apa yang terjadi semalam saja sudah membuatnya cenut-cenut tak menentu. Rasanya ia memang perlu liburan dan mengajak Rhea honeymoon. Barangkali kalau "bikin dedek bayi" di tempat antah barantah bisa langsung goal.

Arranged Marriage (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang