Extra Part 2 (Mira-Azka)

57.5K 4.8K 179
                                    

Ide lagi ngalir di sini.... Dan sudah saya umumkan sebelumnya bahwa extra part itu khusus menceritakan Mira-Azka,, jadi kalau ada yang minta dibuatkan extra part Gavin-Rhea sampai punya anak, mohon maaf saya nggak bisa buatkan. Bagi yang masih minat membaca, diterima aja ya seadanya. Saya cuma bisa menyuguhkan ini. Nggak semua permintaan pembaca bisa saya penuhi.

Bonus untuk pembaca, barang kali menginspirasi. Lagi  keranjingan  bikin  ginian.

Azka mengedarkan pandangan ke sekeliling kamar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Azka mengedarkan pandangan ke sekeliling kamar. Hatinya teriris kala terbayang akan Mira. Wanita cantik itu seolah berbaring di ranjang dan menatapnya sayu. Perempuan itu masihlah suci, sebelum ia rusak. Entah kenapa rasanya begitu menyakitkan. Di saat ia menyadari kehadiran wanita itu begitu berarti, semua telah pergi.

Azka membuka pintu lemari. Baju-baju wanita itu masih tertata rapi, termasuk gaun-gaun mahal yang ia belikan untuknya. Matanya melirik pada tas-tas branded yang juga ia belikan khusus untuknya. Sepatu rancangan desainer sepatu ternama juga teronggok begitu saja. Apa arti semua ini jika orang yang mengenakannya tak ada lagi di sisi?

Azka mengembuskan napas putus asa lalu duduk di tepi ranjang. Ekor matanya kembali bergerak, kali ini menyasar pada laci nakas di sebelah ranjang. Ditariknya satu laci itu dan ia mengambil dua benda, secarik kertas dan kotak cincin.

Tak bosan ia baca surat itu berulang dan lagi-lagi sorot matanya nanar menelisik kotak cincin di hadapannya. Cincin bertahta berlian itu bernilai fantastis dan Mira mengembalikannya begitu saja. Ia menyadari, wanita bermata indah itu tak tertarik pada uangnya tapi benar-benar mencintainya. Saat ia meyakini bahwa ia juga memiliki perasaan yang sama dengan yang dirasakan sang wanita, semua sudah terlambat. Entah harus ke mana lagi ia mencari jejak Mira.

Hatinya terasa gersang dan mendadak ia merasa asing dengan tempat tinggalnya sendiri. Apa arti sebuah rumah jika seseorang yang menjadi alasannya untuk pulang lebih cepat kini menghilang? Hanya sunyi yang menjadi teman. Ia rindu suara spatula yang berdenting dan menciptakan suara khas kala berbenturan dengan wajan. Tak ada lagi yang memasak. Ia rindu aroma parfum Mira yang begitu menenangkan. Ia rindu suara wanita itu kala memanggil namanya untuk makan bersama. Ia rindu senyum di wajah itu kendati duka masih membalut. Ia rindu sorot mata pasrah Mira setiap kali bercinta tapi mata itu seolah bicara bahwa ada cinta yang tengah membara. Ia rindu desahan-desahan kecil yang terlontar dari bibir Mira dan rasa manis setiap kali bercumbu yang membuatnya tak bosan menjejakkan kecupan di bibir ranum itu. Ia rindu detak jantung Mira yang teratur kala wanita itu terpejam. Ia rindu sentuhan lembut jari-jari Mira yang menelusuri dada bidangnya ketika gadis itu menyandarkan kepala di pundaknya. Ia rindu semua tentang Mira... Sangat rindu...

Azka sudah mencoba mendesak Gavin untuk memberi tahu alamat baru Mira, tapi untuk ke sekian kali Gavin menegaskan bahwa ia tak tahu alamat Mira sekarang. Azka pikir, Gavin sebenarnya tahu, tapi ternyata dugaannya salah. Mira benar-benar melenyapkan jejaknya.

Azka memutuskan kembali ke night club. Ia ingin kembali mencari tahu tentang jejak Mira. Ia tak bisa lagi menahan kerinduannya. Ia ingin menemukan Mira secepatnya.

Arranged Marriage (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang