Ini extra part terakhir Azka-Mira, jadi di part ini full Azka-Mira. Arham-Irene nanti dilanjut di cerita baru.
Azka mengepak baju-bajunya dalam koper. Dia sudah mantap meninggalkan segala atribut termasuk menyerahkan kembali apartemen yang ditinggali pada ayahnya. Dia siap kehilangan segalanya. Perusahaan sang ayah ia tinggalkan, mobil mewah, berbagai fasilitas, kehidupan yang gemerlap... Dia akan menikahi Mira segera. HPL calon bayi mereka tiga hari kemudian. Namun Azka akan segera bertolak ke Purwokerto hari ini agar tak terburu-buru menyambut kelahiran sang bayi. Ia ingin mendampingi Mira lalui momen krusial tuk menjadi seorang ibu.
Azka menatap ruang apartemennya untuk terakhir kali. Ia akan berangkat menuju rumah orang tuanya, berpamitan dan meminta maaf. Helaan napas terdengar pelan, bercampur kesedihan yang mendalam. Sesungguhnya ia pun berat meninggalkan keluarga. Orang tuanya adalah dua orang yang begitu ia cintai dan hormati. Namun ia juga tak bisa meninggalkan Mira dan calon anaknya.
Azka menguatkan hati. Ia berjalan keluar ruangan dengan berulang kali meyakinkan diri bahwa semua akan baik-baik saja.
******
Azka menggapai tangan sang mama lalu menciumnya pelan. Setitik bulir bening membasah di jari-jari yang sudah agak keriput itu. Tentu Azka tidak lupa, jari-jari itu yang dulu menghapus air matanya setiap menangis. Jari-jari itu yang menuntunnya berjalan kali pertama ia menapakkan kaki. Jari-jari itu yang membentuknya menjadi seseorang yang luas memandang dunia. Jari-jari lembut seorang ibu...
Ada perasaan sedih dan menyesakkan yang menguasai hati sang mama. Sungguh, ia tak ingin kehilangan anaknya. Anak semata-wayang yang sudah ia besarkan penuh cinta. Ia tak bicara apapun, hanya tangis yang berderai dari pelupuk matanya.
"Maafkan, Azka, Ma. Meski mungkin Mama kecewa dengan keputusan Azka. Azka tetap akan meminta doa dari Mama..."
Laki-laki 27 tahun itu beralih meraih tangan sang ayah yang duduk di sebelah sang mama. Tatapan laki-laki paruh baya itu begitu dingin. Hatinya masih diselimuti ego dan amarah.
"Maafkan Azka, Pa. Maaf untuk segalanya. Maaf sudah mengecewakan Papa dan Mama. Maaf jika selama ini Azka selalu menyusahkan dan tak bisa membanggakan Papa dan Mama..." Seketika air mata tumpah semakin deras. Segala kenangan manis bersama kedua orang tuanya berkelebatan di benak.
Lidah Azka serasa kelu untuk kembali berucap. Ditolak dan diabaikan oleh orang tua adalah patah hati tersakit yang ia rasakan selama ini.
"Terima kasih, Pa, Ma, untuk segalanya, untuk kasih sayang dan kesabaran Papa Mama selama ini...." Azka menyeka setitik bulir bening yang jatuh.
"Untuk terakhir kali, Azka mohon doa restu.... Mohon doa untuk kelancaran persalinan Mira..." Rasanya Azka tak sanggup lagi berkata-kata. Hatinya remuk dan terluka.
Hermawan masih bertahan dengan sikap diamnya. Sementara Weni menangis tersedu-sedu.
Azka beranjak lalu mengucap salam. Ia berjalan menuju pintu. Kopernya sudah menunggu di teras, seakan sudah siap bersama tuannya untuk membuka lembaran baru di Purwokerto.
Weni memanggil namanya.
"Azka...."
Azka berhenti dan membalikkan badan, menatap sang mama yang memandangnya sendu.
"Tunggu sebentar." Wanita itu melangkah menuju tangga, mendatangi kamarnya.
Weni mendekat kembali pada Azka. Ia berikan satu jaket rajut berukuran super mini pada Azka.
"Mama iseng bikin jaket bayi untuk mengisi waktu. Pakaikan ini pada bayi kalian kalau sudah lahir." Weni menyeka kembali bulir yang mengkristal di sudut matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arranged Marriage (Completed)
RomansaRank #1-lifestory-21/10/2019 Rank #1-arrangedmarriage-25/06/2019 Rank #1-kehidupan-12/02/2020 Rank #2-hurt-12/02/2020 Rank #3-married-11/11/2019 Rank #3-lovestory-5/12/2019 Rhealita, gadis polos penyuka hujan, teh, dan buku tak pernah membayangkan b...