Extra Part 4 (Mira-Azka)

52.9K 4.7K 161
                                    

Btw pondok pesantren di Purwokerto itu banyak, tapi di cerita ini fiksi, nggak mengacu pada pondok pesantren manapun.

Vomen jangan lupa. Aku lanjut kalau udah banyakan.

Happy reading...

Azka tiba di hotel dan langsung menghubungi temannya yang tinggal di Purwokerto. Ia tak mau kehilangan waktu sedetik pun untuk mencari jejak Mira. Ia bersyukur memiliki teman di Purwokerto. Ia meminta bantuan temannya untuk mengantarnya ke Pondok Pesantren yang lokasinya agak jauh dari pusat kota.

Tak sampai setengah jam, temannya sudah tiba di lobi hotel. Azka keluar dari kamarnya dan langsung turun ke lobi dengan tergesa-gesa.

Setiba di lobi ia menghampiri teman lamanya dan saling melempar senyum. Mereka berjabat tangan sembari menepuk bahu dan berbasa-basi menanyakan kabar.

Sebelum melaju menuju pondok, Azka dan teman semasa kuliahnya itu berbincang sejenak. Teman Azka yang bernama Ringgo itu sudah menduga, wanita yang sedang dicari Azka pastilah menempati tempat spesial di hati Azka. Pasalnya sejak kuliah dulu, Azka dikenal tak memiliki teman akrab perempuan, juga tak pernah mendengar bahwa Azka punya pacar. Laki-laki itu cenderung pendiam, tak banyak bicara.

"Namanya Mira? Ampe segitunya kamu nyariin dia, bro. Pasti spesial banget ya. Aku pikir kamu tak tertarik sama perempuan." Ringgo tertawa renyah.

Azka tertawa pendek dan menepuk bahu sahabat dekatnya itu dengan cukup keras hingga Ringgo meringis kesakitan. Kendati jarak memisahkan, dua sahabat itu masih aktif berkomunikasi hingga kini dan tak pernah tersinggung jika mereka saling meledek.

"Ngacau kamu. Aku cowok normal ya jelas tertarik sama perempuan."

Ringgo tertawa sekali lagi.

"Soalnya waktu kuliah, kamu nggak pernah punya pacar. Makanya aku heran, kamu bisa segini frustrasinya nyariin cewek. Selama kita komunikasi, kamu juga nggak pernah bahas tentang Mira. Yang aku tahu, kamu pernah bahas tentang... Siapa itu? Cewek yang dulu suka chat sama kamu, terus pertunanganmu dan Sandra yang gagal. Sekarang ketambahan Mira."

Azka terdiam sejenak lalu menatap Ringgo tajam.

"Kali ini begitu berbeda. Aku benar-benar jatuh sama dia. Ceritanya begitu rumit. Awalnya aku cuma penasaran sama dia karena fisiknya yang menarik dan seksi..." Azka menghentikan gerak bibirnya. Ia kembali menatap Ringgo tanpa ekspresi berarti.

"Karena sudah kepalang tanggung, aku ceritain semua sama kamu. Tapi jangan menghakimi Mira macam-macam, karena ini semua kesalahanku."

Ringgo tersenyum, "Cerita saja, bro. Aku nggak pernah menghakimi orang lain. Aku lihat diriku sendiri aja belum bener, gimana bisa menghakimi orang lain."

Azka tersenyum tipis. Ia mengembuskan napas sejenak.

"Aku memanfaatkan situasi di mana ibunya sakit dan butuh biaya pengobatan yang besar. Ibunya juga punya hutang banyak yang harus dilunasi. Ia pernah bilang kalau dia masih perawan. Aku penasaran dan ingin membuktikan sendiri. Pasalnya aku juga belum pernah berhubungan intim sebelumnya. Jadi aku pikir, Mira bisa jadi partner yang pas untuk seks pertamaku. Meski sebenarnya aku juga nggak  yakin, dia bener-bener masih perawan. Aku menawarkan diri untuk membantu membiayai biaya pengobatan ibunya dan melunasi hutang-hutang ibunya asal dia mau menjadi teman tidurku sampai ibunya sembuh. Aku minta dia tinggal di apartemenku. Dia setuju."

Ringgo masih menyimak cerita Azka. Ia tak heran dengan gaya hidup Azka sebagai CEO muda, di kota besar. Ia malah berpikir pria satu ini sudah berpengalaman dengan banyak perempuan di ranjang. Rupanya ia baru berpengalaman dengan Mira. Pantas saja, Azka tak bisa melupakan perempuan itu.

Arranged Marriage (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang