Part 24

62.8K 4.6K 151
                                    

Rhea bergegas menuju tempat tinggal baru ibunya dengan mengendarai taksi online. Begitu ibunya memberi tahu Azka mencarikan rumah untuk ibunya, Rhea tak bisa tenang. Ia ingin meminta penjelasan pada ibunya kenapa ia mau menerima begitu saja kebaikan Azka. Apakah mereka saling mengenal? Sejuta tanya berkecamuk, dari mana Azka tahu bahwa ibunya sudah bercerai dan sedang kesulitan keuangan serta menumpang di rumah temannya.

Taksi memasuki kompleks perumahan yang Rhea tahu, kompleks perumahan ini dikelola oleh perusahaan Azka. Rhea tak mengerti apa maksud Azka berbaik hati pada ibunya. Ia rasa, Azka memiliki tujuan lain.

Sebelum masuk ke dalam, satpam bertanya lebih dulu siapa yang ingin Rhea temui. Satpam menunjukkan rute singkat menuju rumah nomor tujuh belas. Taksi kembali melaju dan berhenti di depan pintu gerbang rumah bernomor tujuh belas. Rhea keluar dari taksi. Ia mengamati rumah itu sejenak. Ukurannya cukup besar dengan halaman yang tidak begitu sempit. Ada beberapa tanaman hias yang diatur berderet dalam pot.
Rhea menekan bel. Rasanya ia tak sabar segera bertemu ibunya. Seorang wanita paruh baya membuka pintu. Ia tersenyum melihat sosok putrinya.

“Ayo masuk, Rhea...”

Rhea duduk di ruang depan. Matanya masih menyapu setiap sudut seakan tengah menilai tampilan ruang tamu itu.

“Kamu mau minum apa?” tanya Sekar pelan.

“Nggak usah, Bu. Rhea ingin bicara sebentar.”

Sekar duduk di sebelah Rhea. Wajah putrinya terlihat gusar. Ia menduga pasti ada sesuatu yang mengganjal perasaan Rhea.

“Ibu kenapa menerima bantuan Azka? Ibu bahkan tidak mengenal Azka sebelumnya. Kenapa ibu tidak bisa bersabar menungguku dan Mas Gavin menjemput Ibu dan membawa Ibu ke apartemen?"

Sekar mengembuskan napas. Ia merangkai kata yang tepat. Wajah Rhea sudah terlihat berbeda. Auranya tak lagi ramah.

“Ibu sudah pernah bertemu Azka. Dulu Hendra, si keparat itu pernah kerja di perusahaan Azka. Azka tahu perceraian Ibu dan Hendra dari Hendra langsung. Azka menemui Ibu dan setelah ngobrol panjang, Azka cerita kalau dia mengenalmu. Bahkan hubungan pertemanan kalian begitu dekat sebelum kamu menikah dengan Gavin. Ibu sedang dalam kondisi terpuruk. Ibu terima bantuan Azka karena ia orang yang tulus.”

Rhea menggeleng pelan.

“Tulus? Ibu belum mengenalnya dengan baik. Bagaimana bisa ibu menilai dia tulus? Bisa jadi dia menolong Ibu karena ada sesuatu.”

Sekar menatap putrinya tajam.

“Dia orang baik, Rhea. Dia begitu sopan, ramah. Dia berbuat baik pada ibu karena menghargaimu sebagai temannya. Dia juga menghargai Hendra meski Hendra sudah tidak lagi bekerja di perusahaannya.”

“Ibu belum tahu siapa dia. Lebih baik Ibu keluar dari tempat ini dan tinggal di apartemen Mas Gavin.”

“Ibu suka di sini. Kamu yang justru harus berhati-hati dengan Gavin. Dia dan ayahnya yang telah merebut perusahaan ayahmu.”

Rhea mengernyit. Bagaimana bisa ibunya mengungkit hal yang telah lalu. Bagaimana bisa ibunya yang bahkan tak ada saat ayahnya jatuh berkomentar tentang usaha ayahnya yang gulung tikar.

“Jangan ungkit hal itu lagi, Bu. Ayah dan Papa Andre maupun Mas Gavin tak ada masalah apapun. Mereka begitu baik memperlakukan Rhea. Cobalah untuk mengenal lebih dekat Mas Gavin. Bahkan Mas Gavin bersedia membiayai hidup Ibu.”

Sekar membisu sesaat.

“Ibu belum bisa sepenuhnya mempercayai Gavin. Azka akan menjanjikan membantu Ibu buka usaha. Itu bagus, kan? Ibu juga tahu diri dan tak enak bergantung sepenuhnya pada orang lain. Azka akan membantu Ibu untuk mandiri.”

Arranged Marriage (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang