Part 12

94.6K 7.1K 275
                                    

Azka melayangkan tatapan tertajamnya. Rhea tak bersuara. Pikirannya terus bergelut. Apa iya ada dua orang yang bisa menyampaikan kata-kata yang sama dan punya kisah yang sama juga? Tak pelak lagi, Azka dan Sky adalah orang yang sama. Namun, Rhea tak mau asal menuduh.

"Tujuan utamaku mengajakmu bertemu di sini bukan semata karena novel ini..." Jari-jari Azka mengetuk sampul depan novel karya Rhea yang berjudul "Aku dan Duniaku".

Rhea semakin bingung. Ia tak dapat menebak jalan pikiran Azka.

"Aku rindu kamu Rhe..." tatapan itu masih bermuara pada wajah manis itu.

Rhea tersentak.

"Aku kangen cara kamu menyapaku, Sky my best friend... atau Sky yang baik..."

Rhea terperangah. Benar dugaannya, Azka dan Sky adalah orang yang sama.

"Aku kangen membaca semua cerita kamu. Aku kangen saat kamu menceritakan dengan detail kejadian-kejadian yang kamu alami, entah saat awal kamu masuk kuliah, ketika sedang KKN, termasuk saat mengerjakan skripsi. Aku kangen membaca curhatanmu tentang teman-temanmu atau siapapun yang mem-bully fisikmu," Azka melanjutkan ucapannya. Ada rona kesedihan yang tergambar jelas di wajahnya.

Azka menghirup napas pelan dan mengembuskan kembali. Sementara Rhea masih terpaku dengan tatapan sayu.

"Kamu mungkin nggak akan tahu tentang gimana rasanya patah hati sekaligus tak lagi dianggap oleh seseorang yang begitu berarti. Kamu mana pernah tahu... Saat ini kamu tengah tergila-gila pada Gavin. Pria yang bahkan tak tahu cara menghargaimu bisa membuatmu melupakan sahabat lama..." Azka mengeluarkan segala yang mengganjal hatinya.

Rhea masih tercenung. Ia masih terkejut dan tak percaya bahwa Azka adalah Sky.

"Aku akui aku terlambat. Jika bisa memutar waktu, aku akan mengaku bahwa aku adalah laki-laki saat aku menyadari telah jatuh cinta padamu. Lalu aku akan datang padamu dan memintamu untuk menjadi istriku. Lagi-lagi aku kalah dari Gavin." Wajah Azka terlihat datar. Setiap kata yang meluncur dari bibirnya siratkan kepedihan yang mendalam.

Rhea menghela napas. Ia menatap pria itu tajam.

"Kenapa kamu harus berbohong padaku? Kenapa kamu mengaku kalau kamu perempuan? Selama ini aku merasa nyaman menceritakan semuanya karena aku pikir kamu perempuan. Kamu membohongiku. Sekalipun kamu bisa memutar waktu, belum tentu aku menerimamu. Sejak jatuh cinta pada Gavin, aku pikir aku tidak akan bisa jatuh cinta pada laki-laki lain." Rhea bicara dengan nada tenang meski segala rasa bercampur aduk dan terus-menerus berkecamuk. Ada rasa kecewa, marah, kesal, sekaligus sedih yang saling bertautan.

Azka tergugu. Kata-kata Rhea begitu menyakitkan. Apakah rasa saling respek dan merindukan antar sahabat begitu mudahnya terkikis?

"Aku nggak akan lupa pada jasa-jasamu selama ini, Sky. Lima tahun ini kamu menjadi sahabat baik yang selalu setia menyimak semua ceritaku. Aku merasa memiliki seseorang yang menerimaku sebagai seorang sahabat tak peduli apapun kekuranganku. Aku merasa dianggap dan didengarkan. Bahkan aku mendapat banyak semangat darimu bahwa aku harus meneruskan hidupku apapun yang terjadi. Hanya saja, aku kecewa karena kamu telah membohongiku. Dan aku terkejut karena kamu menyimpan perasaan untukku. Semua tidak ada artinya lagi dan seharusnya kamu tidak menceritakan apa-apa tentang perasaanmu. Aku sudah menikah." Rhea menundukkan wajahnya. Ia tahu, mungkin kata-katanya menyakitkan untuk Azka. Namun ia harus bersikap tegas. Dunianya sekarang tak lagi sama dengan yang dulu. Sekarang, Gavin yang seharusnya menjadi sahabat terbaiknya, bukan Sky.

Azka mengalihkan tatapannya sejenak ke sudut lain, satu cara menyembunyikan luka yang masih basah. Ia tak menyangka, Rhea sanggup melukai perasaannya sedalam ini.

Arranged Marriage (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang