Gavin tak tahu harus membalas apa saat Sandra meminta bertemu dengannya. Ia baca pesan whatsapp dari Sandra sekali lagi. Baru kemarin ia cemburu karena Rhea janjian ketemuan dengan Azka tanpa sepengetahuannya, sekarang Sandra yang ingin bertemu dengannya. Tentu ia tak bisa gegebah, ia harus meminta izin pada Rhea.
Awalnya Gavin memang tak mau melibatkan perasaan pada pernikahan ini. Sebenarnya ia pun berusaha menguatkan diri untuk tak jatuh pada Rhea dan mencoba membuat perempuan itu membencinya dengan bersikap atau berkata kasar padanya. Namun ia manusia yang memiliki hati. Diperlakukan begitu baik oleh perempuan itu, dihormati olehnya, dan terlihat benar usaha Rhea untuk menjadi istri yang baik untuknya, perlahan mengikis keangkuhannya. Kini wanita itu selalu ada dalam pikirannya. Ia akui, hidupnya jauh lebih baik setelah Rhea hadir.
Ia tak ingin menyakiti gadis itu. Ia tipikal yang menghargai komitmen apalagi komitmen pada sebuah ikatan pernikahan. Gavin mengetik pesan whatsapp untuk Rhea. Mungkin lebih baik dia mengirim pesan dalam bahasa tulisan dulu agar lebih tertata bahasanya, setelah itu, dia akan menelepon Rhea.
Sayang, aku mau ngasih tahu sesuatu, tapi jangan marah dulu. Sandra ngajak aku ketemuan, katanya ada yang mau dibicarakan. Ketemuan di tempat publik. Boleh apa nggak? Atau kamu mau ikut? Aku nggak mau ada salah paham.
Tidak ada balasan dari Rhea. Gavin takut Rhea marah. Dia segera menelepon sang istri.
“Assalamu’alaikum.”
“Wa’alaikumussalam.”
“Pesanku kok nggak dibalas? Aku cuma minta izin. Kalau kamu nggak ngizinin, aku nggak akan ketemuan sama Sandra.”
“Ehmm... Kalau memang ada yang penting, nggak apa-apa. Mungkin dia mau membicarakan hal penting. Aku nggak bisa ikut. Tadi Papa Andre telepon, kita diminta ke sana untuk makan malam. Terus papa bilang, aku disuruh ke sana duluan. Ya mungkin aku bisa bantu mama masak. Jadi aku akan ke rumah papa.”
“Kamu beneran nggak keberatan aku ketemu sama Sandra? Ya nanti aku nyusul ke rumah papa.”
“Sebenarnya aku agak keberatan, sih. Tapi kalau aku melarang itu namanya egois. Yang penting kamu jujur sama aku tentang apa yang kalian bicarakan. Jangan ada yang disembunyikan. Aku percaya sama kamu.”
Gavin tersenyum. Ia bersyukur, Rhea mau mengerti dan percaya padanya.
“Okay, kamu jangan khawatir. Nanti aku ceritakan semuanya. Hati-hati di jalan ya. Apa aku perlu minta Pak Anto untuk mengantarmu?”
“Nggak usah. Aku udah pesan taksi.”
“Okay, hati-hati, ya.” Gavin mengulas senyum.
“Iya, sayang. Ya udah aku mau siap-siap dulu. Assalamu'alaikum.”
“Wa’alaikumussalam.”
Gavin merasa lega setelah bicara dengan Rhea. Ia membalas pesan whatsapp Sandra. Ia bersedia bertemu dengan Sandra.
******
Suasana coffee shop terlihat cukup ramai. Gavin dan Sandra duduk saling berhadapan dengan atmosfer yang canggung dan kikuk. Gavin tak bisa membohongi perasaannya. Masih ada desiran kala melihat wanita itu. Ada yang mengatakan bahwa sejatinya laki-laki itu susah move on. Ketika ia menemukan seseorang yang sangat ia cintai, benar-benar dicintai, maka nama itu akan terus bertahta dan tersimpan selamanya di dasar hati kendati sang pria sudah berkali-kali ganti pasangan atau bahkan berpindah-pindah ranjang. Tentu Gavin tak ingin demikian. Ia sadar benar akan statusnya sekarang. Ia tahu tak seharusnya menyimpan rasa untuk perempuan lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arranged Marriage (Completed)
RomanceRank #1-lifestory-21/10/2019 Rank #1-arrangedmarriage-25/06/2019 Rank #1-kehidupan-12/02/2020 Rank #2-hurt-12/02/2020 Rank #3-married-11/11/2019 Rank #3-lovestory-5/12/2019 Rhealita, gadis polos penyuka hujan, teh, dan buku tak pernah membayangkan b...