Arranged Marriage (Completed)

Part 27

Mira mencoba mencari bukti lain yang menyeret nama Azka dalam masalah yang tengah dihadapi Gavin. Ia tak menemukan apapun. Hanya percakapan Azka dan ibu Rhea di WA yang ia dapat. Mira mencatat alamat itu dalam ponselnya. Ia berharap atasannya segera bisa bertemu istrinya dan berbaikan. Ke depan ia mungkin akan menemukan bukti lain.

Mira melirik laki-laki di sebelahnya. Mata tajam itu terpejam dan begitu tenang. Ia berpikir jika memang Azka terlibat, ada rasa iba yang terpercik jika sampai ia melaporkan pada Gavin. Laki-laki itu yang merenggut harta berharganya, tapi pria itu juga yang membantu semua biaya pengobatan ibunya. Selama berhubungan, Azka juga tak pernah kasar.

Entah disadari atau tidak, ada rasa yang mulai tumbuh. Perempuan mana pun tak akan lupa pada laki-laki pertama yang menyentuhnya. Begitu juga dengan Mira. Kadang ia berharap hubungannya dan Azka bisa berubah menjadi suatu hubungan yang normal. Namun ia menyadari, ia hanyalah wanita yang dibayar. Ia tak akan menuntut apapun.

Mira meletakkan kembali ponsel milik Azka. Segera ia memberi tahu alamat ibu Rhea pada Gavin.

******

Gavin tak jua bisa terpejam. Pikirannya masih kacau memikirkan Rhea. Ia tak bisa tenang sebelum bertemu dengan Rhea dan menjelaskan semuanya. Satu pesan whatsapp yang masuk dalam ponselnya membuat asanya yang sebelumnya terbenam, perlahan terbit kembali. Ia harap pesan itu datang dari Rhea.

Hatinya mencelos saat ia tahu bahwa pesan yang datang bukan dari Rhea, melainkan dari Mira. Namun ia sangat senang setelah membaca pesan whatsapp Mira yang menginformasikan alamat tempat tinggal ibu Rhea.

Gavin melirik jam dinding. Jam tiga dini hari. Gavin memutuskan untuk mendatangi Rhea saat itu juga. Ia tak tahan lagi jika harus menunggu sampai siang. Ia harap Rhea memang berada di rumah ibunya.

Dalam perjalanan menuju rumah sang ibu mertua, ada banyak pertanyaan mengendap. Tempat tinggal ibu mertuanya di perumahan elit milik Azka. Ia bertanya-tanya, apakah Azka sengaja menampung ibu mertuanya di salah satu rumah dalam perumahan itu? Lalu apa hubungannya dengan Mira? Apakah Mira mengenal ibu mertuanya? Atau Mira mendapatkan informasi ini dari Azka? Atau sebenarnya Mira dekat dengan Azka? Ia singkirkan deretan pertanyaan itu dulu karena baginya saat ini adalah menemui Rhea dan menjelaskan semua.

Tak mudah untuk masuk ke area perumahan di jam ini. Penjagaannya cukup ketat. Ia bicara sejujurnya pada satpam bahwa ia ingin menemui Rhea yang tengah menginap di rumah ibu mertuanya. Satpam tak percaya begitu saja. Namun ia masih ingat memang ada nama Rhea di daftar tamu yang menginap di rumah salah satu warga bernama Sekar. Ketika Gavin menunjukkan foto lamanya bersama Azka, juga bersama Rhea, satpam tersebut baru percaya bahwa Gavin memang suami Rhea, juga teman dari Azka, sang pemilik perumahan.

Setelah cukup susah payah menjelaskan semua, Gavin berhasil masuk ke dalam perumahan. Ia berhenti di depan rumah yang ditinggali ibu mertuanya. Gavin turun dari mobil dan berjalan menuju teras.

Gavin menekan bel, lalu mengucap salam. Tak ada balasan. Selanjutnya ia memanggil nama Rhea dengan lantang. Wanita yang tengah berdoa setelah sholat Tahajud itu terkesiap. Tentu suara itu begitu familiar untuknya.

Rhea mematung. Ia belum siap bertemu Gavin. Meski ia harus mengakui bahwa dia sangat merindukan sang suami. Hanya mendengar suaranya saja sudah terbitkan desiran tak menentu. Batinnya meronta memanggil nama sang suami. Namun ia tahan kuat-kuat kerinduan itu.

"Rhea... Aku tahu kamu di sini... Aku ingin bicara." Gavin mengeraskan volume suaranya. Mudah untuknya menebak bahwa Rhea ada di dalam. Selain informasi dari satpam, dia juga melihat ada sepatu istrinya yang masih teronggok di teras.

Rhea melepas mukenanya. Ia beranjak dan berjalan menuju ruang depan. Saat langkah kakinya mendekat ke arah pintu, ia berhenti sejenak dan ragu untuk membuka pintu. Ia mencari jawaban sendiri atas pertanyaan, dari mana Gavin tahu alamat ibunya? Seingatnya, ia belum pernah bercerita tentang alamat sang ibu.