Part 4

92.3K 7.4K 209
                                    

Update cerita ini lagi, selain ide lagi lancar di sini juga biar part-nya agak banyakan, sama kayak dua cerita lain yg lagi on going. Habis ini insya Allah ngetik cerita lain, terutama Adira.

Btw playlist-nya nggak ada hubungannya sama cerita ini ya hehe. Aku lagi seneng buka youtube soundtrack-nya Aladdin. Suka versi ini, suara Zayn bagus banget, ceweknya juga unik dan khas suaranya. Zayn sendiri yang milih Zhavia untuk jadi teman duetnya.

Selama Ramadhan aku slow update, karena aku tetap ngerjain pesanan cireng.

Happy reading

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Happy reading....

Pagi ini seperti biasa Rhea beraktivitas di dapur setelah sholat Subuh. Gavin masih terlelap, apalagi sekarang hari Minggu, kemungkinan Gavin akan bangun lebih siang.

Rhea memasak sop ayam, telur dadar, dan tumis brokoli. Sebenarnya ia bingung memasak apa. Di rumahnya dulu, Bibi Lilis sering memasak sop dan tumis brokoli. Ia browsing resep di internet dan memilih resep yang menurutnya simple dan mudah dipraktikkan.

Seusai masak, Rhea mandi agar badan lebih segar dan wangi. Ia memilih dress simpel tanpa lengan, kerah yang agak rendah, dan rok dress yang mini, lagi-lagi mengumbar paha mulusnya. Ia mencoba berpakaian sesuai selera Gavin. Lama-lama ia terbiasa dengan model pakaian seperti ini. Ia hanya berani mengenakannya di apartemen, semata untuk tampil lebih menarik di mata Gavin. Ia mengambil sebotol parfum yang dulu diberikan keluarga Gavin untuk seserahan pernikahan. Ia suka wanginya.

Gadis mungil itu kembali ke dapur untuk menyeduh kopi. Sudah jam tujuh, ia menduga, Gavin akan bangun sebentar lagi. Benar saja, suara gemericik air terdengar dari kamar mandi, yang artinya Gavin sudah bangun. Laki-laki itu keluar setelah menggosok gigi dan mencuci muka. Ia terkejut saat aroma kopi menyeruak. Ia melirik Rhea yang meletakkan secangkir kopi di meja makan. Bukan kopinya yang menarik perhatiannya, tapi penampilan Rhea yang semakin hari semakin menantang. Bagaimana tidak? Dress yang ia kenakan berukuran mini, mengekspos paha mulusnya dan gaun itu juga menonjolkan belahan dadanya. Gavin sekuat tenaga menahan godaan di pagi ini. Ia tak mencintai Rhea dan tak akan melakukan sesuatu padanya.

“Aku buatkan kopi dan udah masak juga,” ucap Rhea seraya mengulas senyum manisnya.

Gavin melirik secangkir kopi dan makanan yang tersaji di atas meja. Ia menarik mundur salah satu kursi lalu duduk. Ia menyeruput kopi itu dan menyesapnya dalam-dalam. Rhea duduk di hadapan Gavin. Ia senang karena Gavin mau meminum kopi buatannya.

Kopi itu terlalu manis untuk Gavin.

“Aku biasa minum kopi dengan satu sendok teh gula, itu sudah cukup,” ujar Gavin datar.

Rhea tahu, Gavin tengah mengkritik kopi racikannya yang sepertinya terlalu manis.

“Apa terlalu manis?” tanya Rhea memicingkan matanya.

Gavin hanya melirik Rhea sepintas lalu kembali menyeruput kopinya. Ia tak menjawab.

“Apa Mas mau sarapan juga?” tanya Rhea lagi.

Arranged Marriage (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang