Part 26

59.5K 4.6K 133
                                    

Aku update cerita ini dulu ya sampai tamat. Mungkin tinggal dua part lagi. Kalau udah kelar satu, bisa fokus ke cerita lain..

Yang gak suka aku menyisipkan Mira-Azka lagi, please jangan baca lagi apalagi protes. Mereka akan ada terus sampai nanti tamat karena kehadiran mereka sangat berkaitan dengan konflik yang sedang dihadapi termasuk penyelesaian konflik. Yang protes auto blokir, maaf aku harus tegas.

Happy reading....

Gavin mondar-mandir di balkon kamarnya. Rhea tidak kembali ke apartemen. Nomor ponselnya tidak bisa dihubungi. Ia kelimpungan harus ke mana mencari Rhea. Menghubungi ayah mertuanya atau bahkan papanya Rasanya bukan pilihan tepat karena hal ini akan membuat mereka tahu bahwa antara dirinya dan Rhea tengah bermasalah.

Sayangnya ia tak mengenal satupun teman Rhea karena istrinya ini dulu tipe yang introvert dan tak punya banyak teman. Gavin teringat beberapa hari yang lalu, Rhea bercerita bahwa ibunya meminta bertemu dengannya. Ia menduga, kemungkinan Rhea menemui ibunya. Sayangnya ia pun tak tahu di mana ibu mertuanya tinggal. Rhea hanya mengatakan bahwa ibunya sudah tinggal di rumah baru. Waktu itu ia lupa menanyakan alamat ibu mertuanya.

Gavin mengerang frustrasi. Tiba-tiba nama Azka melintas di benak. Dulu Azka pernah menjadi sahabat terbaik Rhea yang selalu Rhea andalkan untuk berbagi cerita. Namun ia tak yakin, saat dirinya bermasalah dengan Rhea, istrinya itu akan bercerita pada Azka. Rhea tak pernah lagi berkomunikasi dengan Azka.

Saking galaunya, Gavin menulis status di whatsapp-nya.

Sayang... Pulang ya...

Barangkali Rhea kembali mengaktifkan nomornya dan membaca statusnya.

*******

Rhea merenung di satu ruang dengan jendela tertutup tirai berwarna coklat muda. Ia mengenang segala yang bisa dikenang bersama Gavin. Dulu saat Gavin belum jatuh cinta padanya dan masih dingin terhadapnya, Rhea bisa bertahan menghadapinya. Rhea tak mundur meski semesta seolah memintanya menyerah. Namun sekarang, di saat pria itu sudah memiliki rasa cinta padanya dan memperlakukannya begitu baik, Rhea justru jauh lebih terluka dan rasanya sulit untuk bertahan setelah melihat apa yang dilakukan Gavin bersama Gladisa di belakangnya. Ia benci pengkhianatan. Ia benci perselingkuhan.

Air mata itu kembali bergulir untuk kesekian kali. Ia tahu konsekuensi dari jatuh cinta adalah patah hati. Berani jatuh cinta artinya harus berani patah hati. Namun kenyataannya, ia tak pernah siap untuk patah hati. Tak ikhlas rasanya menerima semua kegetiran ini. Ia tahu bukan dia pemilik hati sang suami sepenuhnya. Allah lebih berhak atas semua yang ada pada diri suaminya. Allah lah Maha pembolak-balik hati manusia. Dia bisa apa jika memang hati suami berpindah pada dermaga yang lain?

Rhea menyeka air matanya. Sejenak ia bertanya, apakah ini risiko mencintai? Apa ini risiko mempercayai seseorang? Atau ia harus menjadi Rhea yang dulu. Rhea yang tak pernah memikirkan bagaimana belajar mencintai seseorang dengan cara terbaik yang ia bisa. Rhea yang tak pernah menemukan bahu untuk bersandar selain ayahnya. Isak tangis itu semakin menyayat.

Sekar membuka pintu perlahan dan menyaksikan sang putri mengusap sudut matanya berulang kali. Ia sudah menduga jika putrinya tengah bermasalah dengan Gavin, karena itulah ia menginap di rumahnya.

“Kamu pasti sedang bermasalah dengan Gavin, iya, kan?” Sekar duduk di hadapan Rhea, sementara putri satu-satunya tengah menekuk lututnya dan mendekapnya erat.
Rhea tak ingin ibunya tahu mengenai permasalahannya dengan Gavin. Meski rasanya percuma jika ia mengatakan bahwa ia dan Gavin baik-baik saja. Ibunya pasti tahu bahwa memang ada masalah antara dirinya dan Gavin seiring dengan keputusannya menginap di tempat ibunya.

Rhea tak menjawab apapun. Ia menatap ibunya sekilas lalu kembali tertunduk.

“Ibu tak perlu khawatir.”

Arranged Marriage (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang