6 - The next plan

3.2K 238 7
                                    

Mobil berwarna hitam memasuki gerbang sekolah elit Pelita Raya, padahal masih sangat pagi untuk seorang siswa datang ke sekolah, namun tidak bagi seorang Arga yang sedang mengendarai mobil mewah tersebut.

Sudah menjadi kebiasaannya datang pagi-pagi sebelum sekolahnya ramai karena siswa yang berdatangan, juga sudah menjadi kebiasaan Arga pulang paling lambat diantara yang lainnya. Arga adalah tipe cowok yang lebih banyak diam dan sedikit tertutup, hanya memiliki satu sahabat yang paling dekat dengannya sejak kelas sepuluh, yaitu Dimas.

Alasan Arga datang pagi sebelum banyak siswa di sekolahnya dan alasan Arga pulang lebih lambat dari siswa yang lainnya, adalah untuk menghindari tatapan-tatapan yang membuatnya merasa risih. Demi apapun Arga tidak suka menjadi pusat perhatian.

Namun keberadaan Queen yang entah sudah sejak kapan berdiri di depan pintu mobil Arga, membuat Arga yakin seribu persen bahwa cewek itu akan membuat sebuah drama lagi seperti tempo hari, membuatnya menjadi pemeran sampingan untuk membantu cewek itu menjadi pusat perhatian seluruh penghuni sekolah.

Queen mundur satu langkah dari tempatnya berdiri tadi, karena Arga membuka pintu mobilnya dengan sangat lebar seperti memberi tanda kepada Queen agar pergi dari sana sekarang juga.

Queen fikir, setelah cowok itu keluar dari dalam mobilnya ia akan berdiri di hadapan Queen dan sekadar berbasa-basi untuk menanyakan tentang maksud Queen menghampiri. Namun fikirannya benar-benar melenceng dari kenyataan. Cowok itu malah berjalan meninggalkan Queen tanpa melirik sedikitpun kearahnya. Seperti keberadaan Queen tidak terlihat oleh sepasang matanya.

Memang benar adanya, jika tidak selamanya kenyataan selalu berjalan sesuai ekspektasi. Buktinya, Queen harus berusaha sedikit lebih keras untuk menjalankan rencana keduanya.

"Eh!" Teriak Queen, berlari sedikit kencang untuk menyusul langkah Arga yang belum jauh dari jangkauannya.

Arga enggan menoleh, cowok itu terus melangkah, mengacuhkan Queen yang memanggilnya dengan sebutan 'eh'. Sementara Queen kini berhasil menyamakan langkahnya dengan Arga, kedua insan itu kini melangkah bersampingan di halaman sekolah menuju koridor kelas.

"Lo kok tiba-tiba jadi budek ya?" Queen mengambil tempat dihadapan Arga. Membuat cowok itu menghentikan langkahnya secara mendadak.

"Lo kok bego banget ya?" Tanya Arga sarkas, membuat Queen mendelik tidak terima dengan pertanyaan seperti itu yang diajukan untuknya.

"Gue yang nanya duluan, bukannya dijawab malah nanya balik! Lo kali yang bego! Jelas banget kalo ada pertanyaan ya dijawab, bukan malah kasi pertanyaan balik!" Sungut Queen, menatap Arga dengan mata melotot.

"Gue ga budek." Jawab Arga malas meladeni cewek yang berdiri di depannya saat ini. "Minggir ah, udah gue jawab juga." Arga melangkah, baru saja mengambil satu langkah dari tempatnya berdiri tadi, namun lagi-lagi Queen menghalangi.

Arga berdecak, menatap tajam Queen. "Kalo ga budek, gue panggil kenapa malah jalan terus?" Tanya Queen lagi, tidak terpengaruh dengan tatapan yang diberikan Arga untuknya.

"Bego lo kentara banget." Arga meremehkan, "Yang gue denger cuma kata eh bukan nama gue."

"Ya, ya, ya! Tetap aja eh itu artinya gue manggil lo."

"Terserah." Jawab Arga acuh, kembali melangkah menghindari Queen yang berdiri di hadapannya.

Queen kesal—sangat kesal hingga rasanya ingin menendang Arga hingga terpental ke belahan bumi lain. Bisa-bisanya, cowok itu memperlakukan Queen seperti ini berulang kali. Seperti Queen sebuah parasit saja yang akan merugikan hidupnya.

Sialan sekali.

Queen tidak bisa bertele-tele lagi. Cepat-cepat ia membuka tas bermerek edisi terbaru yang diberikan oleh Papanya sebagai oleh-oleh dari Kota Paris. Ada beberapa lembar cetakan foto di tangannya saat ini.

Princess SyndromeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang