Sebelum benar-benar pergi meninggalkan panti asuhan, Queen diberikan secarik kertas oleh Eyang Ami yang berisi alamat rumah Karina beserta nomor telepon yang bisa di hubungi. Kata Eyang Ami, hanya bantuan itu yang bisa ia berikan untuk memudahkan Queen mencari keberadaan wanita itu.
Namun sayang sekali, ketika Queen mencoba untuk langsung mendatangi alamat rumah yang diberikan oleh Eyang Ami padanya, Queen tidak menemukan wanita itu pada alamat rumah yang berhasil ia temukan dengan susah payah.
Beruntung, Queen bertemu dengan penghuni baru pada bangunan sederhana yang ia datangi. Penghuni itu mengatakan sempat mengenal Karina karena mereka pernah berhubungan saat melakukan transaksi jual-beli rumah yang ia tempati saat ini.
Queen mendapat informasi tambahan. Seperti alamat baru yang diberikan penghuni yang sempat diajak berbincang, kemudian nomor telepon dengan angka berbeda dengan yang Eyang Ami berikan padanya.
Pencariannya hari ini terbilang cukup berjalan lancar, hanya saja ia tidak langsung berhasil menemukan wanita yang dicari. Queen menatap kosong ke arah jalanan yang padat dengan kendaraan berlalu-lalang, sementara tangan kirinya digunakan untuk menyangga kepalanya yang terasa berat.
"Hidup gue drama banget ya, Ga." Kata Queen, tanpa sedikitpun mengalihkan perhatiannya dari jalanan kota yang ramai.
Arga meliriknya sekilas, lalu kembali memokuskan pandangannya lurus ke arah jalanan.
"Gue ga pernah nyangka kenyataan hidup gue kaya gini. Gue lahir dari dua orang yang belum terikat status sebagai sepasang suami istri. Terus, di tinggal sama bokap dan nyokap kandung sendiri yang harusnya bertanggung jawab atas hidup gue." Queen melanjutkan ucapannya.
"Lo lupa, kalo banyak yang nasibnya lebih buruk dibanding lo. Inget anak-anak di panti asuhan tadi?"
Queen memejamkan matanya sesaat, mengingat wajah anak-anak di panti asuhan itu membuatnya kembali tersadar bahwa jauh dibandingkan mereka, ia masih memiliki banyak keberuntungan.
Queen tidak memiliki keterbatasan fisik.
Queen hidup layak dengan fasilitas yang terjamin.
Queen mendapatkan keluarga baru yang sangat menyayanginya dengan begitu tulus.Lalu mereka? Hidup dengan keterbatasan fisik, fasilitas yang seadanya, dan tidak memiliki keluarga yang menyayanginya selain Eyang Ami. Namun senyum mereka masih tetap bisa terpatri begitu indah di wajah masing-masing.
"Bukan maksud banding-bandingin, tapi gue ga mau liat lo sedih terus. Apalagi sampai nangis, mengurung diri, dan ga makan apapun berhari-hari kaya kemarin. Itu sama aja kaya lo ga menghargai orang yang udah tulus sayang sama lo selama ini."
Queen mencerna kalimat yang Arga katakan dengan hati-hati dan ia mengakui bahwa ucapan itu ada benarnya. Jika Queen terus-menerus terlarut dalam kesedihan dan merutuki selalu takdir yang memang sudah diberikan oleh Tuhan padanya, ia tidak akan pernah tahu yang namanya bersyukur kepada hidup luar biasa yang ia miliki selama ini.
"Masalalu bakalan terus jadi masalalu dan ga akan bisa lo ubah. Tapi lo punya masa depan yang bisa lo rencanain sebaik mungkin. Tentang apapun yang lo alami di masalalu, sebenci dan sedendam apapun lo sama mereka yang ga bertanggung jawab atas hidup lo, lo tetap harus ketemu Ibu kandung lo. Seenggaknya, lo harus berterimakasih sama dia karena udah bawa lo ke dunia ini."
Queen menoleh, membawa perhatiannya ke arah Arga. Wajahnya masih datar untuk beberapa saat memandangi Arga, namun pada detik selanjutnya ia tersenyum samar bahkan nyaris tidak terlihat sama sekali.
Ucapan Arga semua ada benarnya dan Arga membuat Queen semakin memiliki kekuatan sekaligus semangat untuk bangkit dari kesedihannya selama beberapa hari terakhir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Princess Syndrome
Teen FictionMungkin karena terlalu dimanjakan oleh kedua orang tuanya sejak kecil, ia tumbuh menjadi cewek angkuh yang segala kemauannya harus di turuti. Dia, Sia Queena. Cewek pengidap 'princess syndrome' yang berwajah super cantik, kulit putih bersih bak po...