Arga dan Queen berjalan beriringan bersama melewati koridor kelas yang masih terlihat sedikit ramai. Banyak siswa yang masih tinggal di luar kelas meskipun jam istirahat sudah berakhir.
Keduanya berjalan tanpa obrolan, mereka sama-sama diam menikmati hembusan angin yang menyejukan dari daun-daun pepohonan besar di sekitarnya. Meskipun begitu, Queen tetap merasa bahagia, rasa senangnya masih tetap bertahan sejak berada di dalam ruang musik bersama Arga.
Kemunculan Putri secara tiba-tiba lalu langsung mengambil posisi di sebelah Arga-lah yang menghancurkan rasa bahagia di hati Queen. Raut wajahnya langsung berubah secepat kilat.
"Arga, gue nyariin lo dari tadi."
"Perasaan lo selalu nyariin Arga. Udah kaya nyokapnya aja." Queen nyeletuk, dengan nada ketus.
"Kenapa nyariin gue?"
"Pelajaran Matematika ada yang engga gue paham. Bantu jelasin dong, hehehe..."
Cih, sok imut banget.
"Yang jadi guru matematika kan Pak Timo, kenapa Arga yang harus jelasin? Harusnya lo cari Pak Timo." Lagi, Queen yang menyela.
"Gue cuma ngerti kalo Arga yang jelasin. Jadi lebih simple aja gitu." Sahut Putri dengan senyum manis di bibirnya.
Halah, taik.
"Jadi Arga, lo mau kan bantu gue?" Putri mendongak, memasang wajah memohon dengan tatapan puppy eyes sebagai andalan.
Queen memutar bola matanya malas, merasa terganggu melihat tingkah sok imut dari cewek itu.
"Kapan lo maunya?"
"Nanti, pulang sekolah. Bisa kan?"
"Gak bisa." Queen yang menyahut dengan cepat. Pandangannya tidak tertuju pada Putri, melainkan tertuju pada Arga dimana saat ini matanya memberi tatapan peringatan.
Arga menaikan sebelah alisnya. "Kenapa jadi lo yang nyahut?"
Ketiga siswa itu kini berdiri di undakan tangga terakhir yang tersambung ke koridor deretan kelas dua belas.
Selepas dari pertanyaan Arga yang seharusnya di jawab, Queen malah mengabaikannya. Cewek itu melangkah ke arah kelas yang di huninya membuat Arga melihat bingung ke arah Queen.
Putri yang menyadari raut bingung Arga ketika melihat langkah Queen yang menjauh, kembali membuka suaranya.
"Jadi, gimana Ga?" Senyum cewek itu, mendongak menatap Arga menunggu jawaban.
Dan tentu saja di dalam hatinya, ia berharap Arga menyetujui permintaan itu.
"Nanti gue kabarin." Sahut Arga seadanya, lalu melangkah meninggalkan Putri yang berdiri diam sendirian di tempatnya.
Putri menatap lurus ke arah punggung Arga yang menjauh.
"Apa karena dia, lo jadi ragu buat iyain permintaan gue Ga?" Bisik Putri yang hanya di dengar olehnya sendiri.
***
Akibat ulah Queen yang terus menganggunya dengan cara mengirim pesan whatsapp berturut-turut untuk menemaninya sepulang sekolah nanti, Arga jadi mengesampingkan permintaan Putri untuk belajar bersama saat pulang sekolah.
Hal yang terjadi setelahnya, Arga dan Queen berada di tempat bermain yang biasa disebut Timezone.
Dengan alasan dia malas berada di rumah besar yang sepi hanya seorang diri, Arga jadi tidak tega untuk menolak paksaan Queen untuk menemani dirinya bermain Timezone.
KAMU SEDANG MEMBACA
Princess Syndrome
Teen FictionMungkin karena terlalu dimanjakan oleh kedua orang tuanya sejak kecil, ia tumbuh menjadi cewek angkuh yang segala kemauannya harus di turuti. Dia, Sia Queena. Cewek pengidap 'princess syndrome' yang berwajah super cantik, kulit putih bersih bak po...