49 - Tears under the rain

2.1K 176 29
                                    

Ada banyak cara Tuhan memberikan kebahagiaan pada umatnya, terhitung dari cara yang paling sederhana hingga cara yang paling luar biasa dimana umatnya nyaris menemukan kesempurnaan pada hidup yang ia miliki. Lalu selalu bersyukur adalah salah satu cara berterimakasih paling tulus kepada Tuhan atas semua yang Ia berikan.

Tuhan maha penyayang dan maha pemberi yang baik hati, namun jangan lupakan bahwa semua nikmat yang ia beri kapan saja bisa ditarik kembali. Bahkan hanya dengan satu malam saja, semua kebahagiaan itu bisa berubah menjadi mimpi buruk yang membawa kesedihan luar biasa.

Queen baru saja menyadari, bahwa ia selalu lupa bersyukur dengan segala yang di milikinya kemarin. Queen mungkin saja lupa, bahwa semua yang ia miliki kemarin hanya sebatas titipan dari sang pencipta, yang segalanya bisa diminta kembali kapan saja.

Kristal bening menggenang dipelupuk mata indahnya yang sayu. Sekuat apapun Queen kemarin untuk berdiri tegak melawan angin, pada kenyataannya ia tetap saja rapuh untuk bertahan lebih lama pada situasi yang memaksanya menyerah.

Queen berdiri di depan pintu rumah besar itu, menatap kosong jauh ke dalam sana. Setelah berusaha menahan, pada akhirnya kristal bening jatuh dari sudut mata sebelah kirinya, cairan itu mengaliri wajah cantiknya lalu memberi jejak yang membekas disana.

Queen menongak, menatap langit yang awalnya cerah kini ditutupi awan gelap berwarna hitam pekat. Angin bertiup kencang, menyapu permukaan kulitnya dengan hawa dingin yang menusuk sampai ke tulang-tulang di dalam tubuhnya.

Queen tidak tahu, kemana ia harus membawa langkahnya setelah keluar dari istana yang sudah ia tempati bertahun-tahun itu.

Langkahnya terlihat lemah, meskipun ia telah berusaha tegar untuk meninggalkan semua kenangannya di dalam sana dengan tidak ada siapapun disampingnya sekarang, kecuali rintik hujan yang mulai turun untuk mengiringi kepergiannya.

Hujan menjadi semakin deras, seperti berpesta untuk merayakan sesuatu yang sedang terjadi pada hidup cewek itu sekarang.

Baiklah. Tidak apa, jika memang benar langit sedang merayakan kesedihannya sekarang, setidaknya sang hujan masih berbaik hati untuk menyamarkan deras air mata yang membasahi wajahnya saat ini.

Queen menoleh sekilas ke belakang, hatinya terasa remuk melihat tiga laki-laki berpakaian serba hitam menutup rapat pintu gerbang itu lalu mengantungkan papan dengan tulisan 'disita'.

Air mata Queen terus lolos dari kedua mata indahnya. Rasanya benar-benar menyakitkan, ia tak pernah menyangka bahwa semua ini akan menjadi sebegitu rumitnya untuk dilalui.

Cewek itu masih melangkah tanpa arah, membiarkan tubuhnya basah diguyur hujan lalu diserang dingin yang menusuk tanpa ampun. Pikirannya kosong, bahkan sampai tidak menyadari mobil hitam yang sedang berjalan pelan dengan jarak yang tidak jauh berhenti tiba-tiba di dekatnya.

"Queen." Suara panggilan itu teredam oleh suara deras hujan yang jatuh.

Itu Arga, cowok yang sejak tadi terus menghubunginya, namun satupun tidak ada yang direspon oleh Queen.

Arga yakin yang berjalan lemah di depan sana adalah kekasihnya dan ia memilih turun dari mobil hitam yang dikendarai. Berada di bawah payung berwarna abu yang melindungi tubuhnya dari deras hujan, Arga berhasil mengejar langkah Queen.

"Hei...." Arga mengengam pergelangan tangan kekasihnya, kulit itu terasa sangat dingin sementara wajah yang sedang menatap ke arahnya sekarang tampak begitu pucat.

Tidak ada suara yang menyapa, tidak ada senyum yang melengkung di wajah itu, dan juga, tidak ada binar terang pada kedua mata indahnya.

"Arga...." Queen akhirnya membuka suara dengan lirih, bibirnya bergetar menahan dingin sekaligus berusaha meredam tangis.

Princess SyndromeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang