Katakan saja memang tidak ada yang bisa berubah dari seorang Sia Queena. Segala sesuatu yang ada dalam dirinya, selalu saja bisa membius setiap orang yang melihat sosoknya. Queen selalu bisa menjadi pusat perhatian dimanapun ia berada. Baginya membuat cewek lain di sekitarnya menatap iri bukanlah hal yang sulit untuk dilakukan, termasuk membuat orang lain memuji segala yang ada pada dirinya hingga menatap kagum padanya.
Seperti saat ini, meskipun sedang memakai pakaian olahraga yang ukurannya kebesaran dan sama sekali tidak terlihat stylish, Queen tetap bisa menjadi objek yang membuat puluhan pasang mata meliriknya diam-diam bahkan menatapnya terang-terangan.
Queen sudah sangat biasa dengan pemandangan seperti itu disekitarnya, jika biasanya ia akan tersenyum bangga karena kelebihan yang dimiliki oleh dirinya sendiri, saat ini ia sedang tidak mood untuk melengkungkan garis lurus di bibirnya.
Queen hari ini sedang benar-benar badmood.
Hal pertama yang membuat Queen kesal, adalah praktek olahraga mendadak yang dilakukan pada pukul tiga sore hari. Dimana seharusnya saat ini Queen memanjakan tubuh dan matanya untuk istirahat di kamar bernuansa merah muda yang memanjakannya.
Hal kedua yang membuatnya semakin kesal, adalah kelas A—kelas hunian Queen selama satu tahun kedepan— bergabung dengan kelas B, yang seharusnya hari ini hanya kelas B sajalah yang memiliki jadwal praktek olahraga.
Bunyi peluit yang menyakitkan telinga ditiup dengan lantang oleh guru olahraga mereka, membuat semua siswa langsung berlari untuk berkumpul di tengah lapangan dan membuat barisan sesuai dengan kelas mereka masing-masing.
"Selamat sore semuanya!"
"SOREEEEEE!" Jawab siswa dan siswi kompak.
"Karena hari ini saya mengambil nilai praktek untuk dua kelas, jadi untuk mempersingkat waktu pemanasan hari ini dilakukan hanya dengan berlari satu kali mengelilingi lapangan ini. Mengerti?"
"Memang ga bisa hari lain gitu, Pak? Harus banget kelas A gabung bareng kelas B." Celetuk Queen dengan gayanya yang sedang bersidekap.
"Tidak bisa. Karena minggu depan saya akan melanjutkan ke materi berikutnya, kalian sudah kelas dua belas, jadi waktunya singkat sekali untuk menuntaskan semua materi."
"Ada pertanyaan lain, sebelum saya lanjut?"
Tidak ada siswa menjawab, hanya bisik-bisik kecil yang tidak bisa di tangkap jelas oleh kedua telinga guru olahraga laki-laki yang berdiri di depan.
"Baik, jika memang tidak ada. Kita mulai dengan pemanasan lari satu putaran dulu."
Setelah guru olahraga mereka menyelesaikan kalimatnya, masing-masing ketua kelas dari dua kelas yang berbaris saling memimpin barisan kelas untuk bersiap melakukan perintah lari satu putaran di lapangan yang sinar matahari masih bisa dirasakan teriknya.
Bagi sebagian orang, mungkin bisa saja berpendapat jika Queen bukan seorang yang ahli di bidang olahraga, karena berfikir tipe gadis sepertinya bukan orang yang tertarik dengan kegiatan yang disebut 'olahraga'.
Tetapi pendapat atau fikiran mereka bisa lenyap dengan segera ketika melihat bagaimana seorang Queen di lapangan.
Dia sempurna.
Mungkin itu dua kata yang mereka ucapkan untuk berpendapat tentang Queen. Cewek itu mungkin memang pantas dikatakan sempurna, karena bahkan di bidang olahraga yang jarang dikuasi oleh sebagian siswi lainnya Queen mampu mengusai setiap materinya dengan baik.
Baginya, hanya berlari satu putaran bukanlah masalah besar. Buktinya Queen bisa menyelesaikan satu putaran dengan tampang yang santai tanpa tersengal-sengal seperti yang lainnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Princess Syndrome
Teen FictionMungkin karena terlalu dimanjakan oleh kedua orang tuanya sejak kecil, ia tumbuh menjadi cewek angkuh yang segala kemauannya harus di turuti. Dia, Sia Queena. Cewek pengidap 'princess syndrome' yang berwajah super cantik, kulit putih bersih bak po...