58 - May i know it?

1.8K 146 6
                                    

"Gue ga akan mau dateng lagi ke tempat beginian!" Queen mengibas-ibaskan tangannya di sekitar kepala. Ia merasa gerah karena ketakutannya sendiri.

Arga dan Queen kini duduk pada kursi panjang berwarna putih di luar ruangan. Baru beberapa menit yang lalu mereka keluar dari rumah hantu yang bertema 'hantu di lorong sekolah' dengan Arga yang paling banyak menahan malu.

Bagaimana tidak, hingga sampai pada akhir dari menjelajah lorong gelap itu, Queen tidak mau turun dari gendongan Arga. Sampai beberapa orang yang menanti kerabat mereka yang berada di dalam, menertawakan mereka secara terangan-terangan dan menatap iba khususnya kepada Arga.

Jangan tanya tentang bagaimana rasa tubuh Arga sekarang, tentu saja rasanya hampir remuk dan pegal sana-sini karena Queen bukan seorang gadis kecil yang beratnya masih bisa ditoleransi.

"Bagus. Gue juga ga mau." Sahut Arga kemudian menengak minuman bersoda di tangannya.

"Lo sebenernya takut juga kan?" Tuduh Queen, mengacungkan jari telunjuknya ke arah Arga.

"Gue ga mau kejadian kaya tadi keulang lagi. Pegel-pegel badan gue ga akan hilang dalam waktu sehari doang."

Queen mengulum senyum melihat wajah masam Arga. Pelan-pelan jari telunjuknya bergerak turun dan Queen langsung tertawa terbahak-bahak sambil menutupi wajahnya sendiri.

"Yaampun! Gue malu banget...." ucapnya di sela-sela tawa itu, kemudian mengintip Arga melalui celah kecil dari balik jari-jari tangannya yang menutupi wajahnya sendiri.

"Apa lagi gue." Jawab Arga dengan ekspresi kesal.

Lagi, Queen melanjutkan tawanya. Bahkan lebih keras dari sebelumnya, sampai menarik perhatian pengunjung lainnya yang ada di sekeliling mereka.

Arga melirik kesal ke arah Queen yang masih setia dengan tawanya sendiri. Perlahan rasa kesalnya dibuat menghilang, terganti dengan senyum kecil di wajahnya karena menyadari bahwa ini pertama kalinya ia melihat Queen tertawa selepas itu.

Arga ingin menarik kedua tangan Queen yang menutupi wajahnya sendiri, namun di tahan oleh Queen sendiri.

"Tangan gue jangan di tarik!" Queen benar-benar malu mengingat bagaimana reaksi berlebihannya yang tidak ingin turun dari gendongan Arga sampai mereka berhasil menemukan jalan keluar dari lorong itu.

Setiap ada hantu yang tiba-tiba mengagetkan mereka, Queen yang paling menunjukan respon berlebihan seperti; semakin memeluk erat tubuh Arga dan menenggelamkan wajahnya pada ceruk leher cowok itu.

Dan yang paling memalukan..., ketika ada mahkluk tanpa rambut sama sekali di kepalanya, sekitar matanya benar-benar hitam, dan mulutnya menganga menunjukan taring-taring menjijikan sedang menyentuh kakinya yang menjuntai, Queen langsung berteriak histeris di sisi telinga Arga, kemudian refleks menendang wajah hantu menyeramkan itu dengan kakinya yang di sentuh.

"Kenapa cuma gue yang di ganggu? Kenapa lo engga? Kan gue jadi panik, makanya gue ga mau turun dari gendongan."

"Karena memang gitu aturannya. Yang takut, bakalan di ganggu sampai pengunjung jadi semakin takut."

"Kalo gitu, kenapa lo ga kasi tau gue dari awal? Kan jadinya gue ga perlu berlebihan kaya tadi."

"Udah terlanjur. Jadi lo harus balas jasa gue."

"Arga lo perhitungan banget!"

Arga menaikan sebelah alisnya, "gampang banget padahal caranya balas."

"Gimana?"

"Gue ga mau liat lo sedih kaya kemarin lagi. Bisa?"

***

Princess SyndromeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang