"Dasar tolol!"
Satu kata itu membuat Queen mau tak mau memberanikan diri untuk mengeluarkan suara karena terlalu kesal. Queen tidak terima dikatai seperti itu!
"Siapa yang tolol? Arga!" Kesal Queen, mengejar langkah Arga yang ada di depannya.
"Arga!" Queen berhasil menghentikan langkah cowok itu, dengan cara mencengkram tangan kiri Arga dari belakang. Cowok itu berhenti, namun sama sekali tidak menoleh ke belakang.
"Lo kenapa sih? Kenapa bisa marah sama gue, coba?"
Arga membalikan tubuhnya, menatap Queen tepat di manik mata gelapnya. "Lepasin." Hanya satu kata itu, lalu ia kembali melangkah.
Queen dibuat melongo dengan jawaban Arga. "Kenapa sih? Heran deh."
"Bacot! Pulang sana!"
Queen berhenti mengikuti langkah Arga dari belakang. Ia terus menatap punggung Arga yang semakin menjauh dari jarak pandangnya saat ini. Sesaat Queen sempat tercekat ketika kalimat bernada kasar keluar dari mulut Arga, membuatnya mengerti bahwa cowok itu memang sedang dalam emosi yang memuncak.
"Yaudah, gue pulang!" Teriak Queen akhirnya. Ia langsung memutar tubuhnya untuk kembali ke arah yang dilewatinya tadi. Kembali ke arena balap, karena mobilnya terparkir di dekat sana.
Queen melangkah sedikit cepat, melewati jalanan sepi dan minim penerangan. Sesekali, ia menunduk untuk memperhatikan jalanan yang berlubang agar tidak tersandung. Kedua tangannya memeluk tubuhnya sendiri untuk menghalau semilir angin yang menerpa tubuhnya.
Sebuah tepukan di bahunya, membuat cewek itu terkejut setengah mati hingga membuat kedua kaki Queen sedikit terasa lemas saking terkejutnya. Hampir saja ia terjatuh tidak sadarkan diri, sebelum akhirnya sebuah suara dingin membuat Queen langsung mengenali seseorang yang menepuk bahunya.
"Kemana?" Queen melirik tangan besar itu yang menempel dibahunya.
"Baliklah. Lo kan suruh gue pulang!" Ketus Queen, "pake nanya." Lanjutnya mencibir.
"Ngapain balik arah?"
"Mobil gue disana! Udah deh. Banyak bacot!" Queen membalas dengan nada kasar juga, seperti yang Arga lakukan sebelumnya.
Puas sekali rasanya bisa membalas.
Queen menepis tangan Arga, lalu melanjutkan langkahnya. Namun sebuah cekalan di tangannya menghentikan langkah ketiga yang akan Queen ambil, membuatnya otomatis berdecak kesal.
Ia menghentakan kakinya, lalu sepenuhnya membalikan tubuh untuk menghadap Arga. "Apa?" Kesal Queen, membalas sorot tajam milik Arga dengan tatapan malas.
"Gue anter pulangnya."
***
Setelah melalui perdebatan kecil dengan cowok disebelahnya, akhirnya Queen tidak bisa melanjutkan keras kepalanya untuk pulang sendiri. Itu karena Arga terlalu memaksa dengan cara merebut kunci mobil Queen.
Ancamnya, jika Queen tidak mau diantar pulang olehnya maka Queen tidak akan mendapatkan kunci mobilnya kembali. Dan bodohnya, hanya dengan ancaman sesederhana itu, Queen mau-mau saja menurut.
Queen sempat beberapa kali melirik wajah cowok itu yang terlihat babak belur karena perkelahian yang terjadi di arena balap tadi, dahinya hanya di tutupi tissue dengan asal agar darah tidak menetes terus menerus. Sementara tulang pipi kanan dan kirinya sedikit membiru dengan ukurannya yang lumayan besar.
"Eh lo mampir dulu deh, gue bantu bersihin luka lo." Queen membuka suaranya sedikit ketus, kini wajahnya benar-benar menghadap ke arah Arga.
"Bisa sendiri." Jawab cowok itu dingin. Pandangannya tetap fokus ke arah depan, agar tidak melewatkan blok rumah cewek yang duduk di sebelahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Princess Syndrome
Fiksi RemajaMungkin karena terlalu dimanjakan oleh kedua orang tuanya sejak kecil, ia tumbuh menjadi cewek angkuh yang segala kemauannya harus di turuti. Dia, Sia Queena. Cewek pengidap 'princess syndrome' yang berwajah super cantik, kulit putih bersih bak po...