Tepukan di bahunya, membuat tubuh Putri menegang. Ia terkejut, tentu saja. Karena pikirnya bahwa ia telah tertangkap basah diam-diam mengikuti Arga dan memperhatikan cowok itu.
Mau tidak mau, Putri terpaksa membalikan tubuhnya dengan gerakan kaku. Nafasnya tercekat sesaat, karena ternyata Dimas yang menepuk bahunya dari belakang.
"D—dimas?" Sapa Putri tersenyum canggung.
"Ngapain disini?"
Putri mengalihkan tatapannya ketika bertemu dengan Dimas, tentu saja ia salah tingkah. Ia takut jika ketahuan dan bisa saja cowok di depannya itu mengadu pada Arga.
Putri masih tergagap, begitu gugup, "ah, eng—enggak ngapain. Tadi, cuma iseng lewat sini."
"Kenapa belum balik, Dim?" Lanjutnya, mengalihkan topik pembicaraan yang tadi dan juga menyembunyikan kegugupannya.
"Gue juga iseng ngikutin lo."
Seperti maling yang tertangkap basah, Putri benar-benar salah tingkah dan wajahnya langsung berubah pucat saking terkejutnya dengan ucapan Dimas. Jika memang begitu, berarti sejak awal ia mengikuti langkah Arga, Dimas juga mengikuti langkahnya? Dan sejak ia berdiri di balik pintu ruang musik, Dimas juga ada di belakangnya?
Kenapa Putri benar-benar bodoh karena tidak menyadari hal tersebut!
Dimas menatap Putri dengan serius, menunggu reaksi cewek itu. Namun Putri sama sekali tidak bergeming, cewek itu malah sedikit menundukan kepala, enggan membalas tatapan Dimas.
"Lo suka sama Arga?"
"Lo pasti bakalan tetep tau jawabannya,'kan? Jadi buat apa nanya lagi, Dim?" Putri memaksakan senyumnya, memberanikan diri membalas tatapan serius Dimas padanya, juga memberanikan diri menjawab jujur pertanyaan sahabat Arga itu.
"Jadi gue engga salah." Kekeh Dimas.
"Dengerin gue, Put," Dimas mengenggam kedua sisi lengan Putri, kekehannya sudah tergantikan dengan raut wajah serius, "gue sahabat Arga, dan gue tau lo satu-satunya cewek yang bisa sedekat itu sama Arga. Karena Arga anggap lo beda dari cewek lainnya, jadi dia anggap lo sahabat juga. Tapi ternyata lo hianatin tanda persahabatan dari Arga."
"Salah kalo gue punya rasa lebih dari sekadar sahabat? Selama ini gue cuma bisa jadi secret admirer Arga."
"Ga ada yang salah dari jatuh cinta." Dimas tersenyum, ini untuk pertama kali dalam hidupnya mungkin bisa menjadi sebijak sekarang.
"Tapi kalo cinta buat seseorang jadi egois, sampai lupa arti sahabat karena cinta. Itu salah besar, lo bakalan nyesel, Put."
Putri tertunduk sesaat, lalu kembali menatap Dimas dengan tatapan sendunya.
"Lo bisa bilang apa aja. Karna lo ga ngerti rasanya, Dim." Ujar Putri, dengan bibirnya yang bergetar.
Cewek itu tidak ingin menunggu kalimat balasan dari Dimas. Ia langsung melengang pergi, meninggalkan Dimas yang berdesis kesal menatap punggung Putri yang menjauh.
***
Awalnya Queen senang bukan main, karena Arga sungguh bertanggung jawab atas perbuatannya yang telah melempar ponsel Queen ke tengah jalan raya beberapa hari yang lalu. Di perjalanan, bibir merah mudanya melengkung sepanjang jalan menuju salah satu mall di pusat Kota.
Namun, lagi-lagi, kenyataan tidak selalu sesuai ekspektasi yang kita bayangkan. Queen tidak diperbolehkan memilih ponsel yang diinginkannya, ia di ancam oleh Arga jika memilih ponsel keluaran terbaru merk terkenal maka Arga akan meninggalkan Queen dan tidak akan membayar ponsel yang terlalu mahal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Princess Syndrome
Novela JuvenilMungkin karena terlalu dimanjakan oleh kedua orang tuanya sejak kecil, ia tumbuh menjadi cewek angkuh yang segala kemauannya harus di turuti. Dia, Sia Queena. Cewek pengidap 'princess syndrome' yang berwajah super cantik, kulit putih bersih bak po...