Arga mungkin masih kesal dengan ucapan Queen saat mereka terakhir bersama di rumah cewek itu. Namun kekesalannya, entah kenapa sedikit sirna di gantikan dengan kekhawatirannya pada cewek angkuh itu.
Rasa khawatir itu di buktikan dengan cara memaksa Dimas untuk menceritakan semua hal buruk yang menimpa cewek itu.
Beruntung Dimas tidak mengolok-oloknya. Sahabatnya itu langsung menceritakan semua yang ia ketahui dan di cerna baik-baik oleh telinga Arga.
"Menurut gue sih, karna Queen terlalu sombong, jadi ada yang benci banget sama dia sampai nekat buat Queen celaka." Ucap Dimas di akhir ceritanya.
Arga hanya mengangguk singkat. Benar, dari sikap angkuhnya, tentu banyak orang yang tidak menyukainya.
Termasuk dirinya sendiri.
"Tapi, bisa aja memang murni kecelakaan." Sahut Arga, setelah memikirkan kembali cerita Dimas.
"Tau ah! Pusing gue dari tadi mikirin itu di jalan. Intinya, lo tenang aja, dia udah selamat."
Arga tidak lagi menyahut, matanya menerawang jauh seakan membayangkan keadaan cewek itu melalui pikirannya sendiri.
Tidak tahu kenapa, rasa bersalah meliputi dirinya. Arga ingat jelas pesan Papa cewek itu, untuk menjaga anak gadisnya.
***
Tinnn! Tinnn!
Pengendara motor berwarna hitam itu membunyikan klakson motornya di depan gerbang yang menjulang tinggi.
Tidak perlu menunggu lama, seorang security melompat keluar dari pos. Wajahnya terlihat terkejut dan Arga bisa langsung menebak security itu baru saja terbangun dari tidur nyenyaknya.
"Cari siapa ya, Mas?!" Satpam itu sedikit membentak, mungkin kesal tidurnya terganggu karena kedatangan orang asing.
"Bisa tolong bukain gerbangnya? Saya mau masuk." Arga sedikit berteriak, karena wajahnya tertutupi helm fullfacenya.
"Masnya cari siapa? Ada keperluan apa?"
"Saya teman sekolahnya Queen. Tolong bukain gerbangnya, Pak."
Security tersebut langsung bergerak membuka gerbang tinggi yang menghalangi Arga.
"Makasi, Pak." Ucap Arga setelah gerbang terbuka, lalu ia melanjutkan laju motornya memasuki halaman rumah yang luas.
Setelah mempertimbangkan keputusannya, Arga memutuskan untuk datang ke rumah Queen. Rasa bersalah menuntunnya untuk menghilangkan sedikit egonya, ia memilih berkunjung ke rumah Queen untuk sekadar memastikan keadaan cewek itu yang kata Dimas sudah baik-baik saja.
Arga turun dari motornya setelah memarkirkan kendaraan beroda dua itu di garasi pemilik rumah.
Beberapa detik ia habiskan waktunya untuk menyisir rambutnya yang berantakan, kemudian Arga mengalihkan pandangan dari kaca sepion motornya untuk menyapu keadaan sekitar, tidak ada yang berubah dari rumah besar itu, hanya saja tampak lebih lengang dari sebelumnya.
"Selamat malam, cari siapa ya, Mas?" Tanya asisten rumah tangga yang membuka pintu utama rumah Queen setelah Arga berkali-kali membunyikan bel rumah.
"Malam bi, boleh ketemu sama Queen?" Arga menjawab sopan.
"Boleh mas, silahkan masuk dulu."
Cowok itu mengangguk, lalu melangkah lebih dalam memasuki rumah dengan interior yang elegan tersebut.
"Duduk dulu sebentar ya, mas. Biar saya panggilkan nona Queen."
Asisten rumah tangga yang menyambut Arga di depan pintu utama tadi langsung melesat pergi ke arah tangga yang melingkar menuju lantai atas. Sementara Arga sudah duduk dengan tenang di sofa berwarna abu-abu terang di ruang tengah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Princess Syndrome
Teen FictionMungkin karena terlalu dimanjakan oleh kedua orang tuanya sejak kecil, ia tumbuh menjadi cewek angkuh yang segala kemauannya harus di turuti. Dia, Sia Queena. Cewek pengidap 'princess syndrome' yang berwajah super cantik, kulit putih bersih bak po...