2. Sister

2.9K 382 74
                                    

Malam begitu tenang, derikan serangga memecah keheningan malam, sang purnama bersinar terang diatas sana. Gadis itu meluruskan kedua kakinya di atas rumput dengan kedua tangan menopang tubuh dan kepala yang mendongak menatap indahnya bintang yang bertaburan menemani sang purnama. Rambut panjangnya tersapu angin malam yang berhembus pelan. Ia menghela nafas menyadari bahwa selama beberapa detik ia menahan nya.

Masih sebuah mimpi kalau ia sudah menjadi anggota prajurit survey corps. Hanya alasan itu ia tidak berfikir dua kali sebelum memasuki fraksi siap mati ini. Ia hanya ingin bertemu Petra. Seorang gadis cantik yang telah menyelamatkan hidupnya. Jika ingin jujur ia sedikit menyukai Petra. Ia menyukai bagaimana caranya gadis itu tersenyum, caranya berbicara lembut, dan sifatnya yang keibuan terhadap dirinya.

"Apa yang kau lakukan?"

Gadis itu sedikit tergelonjak mendapati orang lain yang menghampirinya.

"Kakak." Ia kemudian tersenyum lembut menyambut kehadiran nya. Petra ikut terduduk di sebelahnya dengan santai. Kakaknya itu menatap rembulan terlebih dahulu sebelum menatap dirinya.

Selama kakaknya menatap rembulan ia tak pernah melepaskan pandangan dari kakaknya. Di tatap lamat lamat wajah cantik kakaknya itu hingga membuat ia tak sadar bahwa dirinya kini juga di tatap oleh Petra.

"Kau baik-baik saja?" Tanya Petra lembut menyadarkan nya.

"Ah...um. Aku baik-baik saja hanya saja ada sedikit hal yang mengganggu pikiran ku."

"Apa itu? Katakan pada kakak."

(Name) menarik nafas sejenak sebelum memulai pembicaraan yang mungkin akan berakhir cukup lama.

"Aku masih bingung mengapa kau masuk ke fraksi ini? Masih ada polisi militer atau guardian king bukan? Ya jelas-jelas akan menjamin nyawa mu."

"Jadi pertanyaan itu lagi? Sudah pernah ku katakan bukan kalau aku hanya ingin mengabdikan hidup ku pada umat manusia."

"Hanya itu?"

Petra mengangguk, "hanya itu." Seraya tersenyum.

Angin malam berhembus memainkan  surai kedua gadis itu. Malam semakin larut. Petra merapatkan jaket merahnya seraya menggosokkan kedua telapak tangan berusaha memberikan hawa hangat namun sayang usahanya tak membuahkan hasil sama sekali.

"Kakak kedinginan? Kita bisa masuk kalau kau mau."

"Tidak, aku hanya sedikit kedinginan jangan khawatirkan aku. Tenanglah (name) aku ti-"

(Name) yang menatap Petra menuntut kejujuran itu membuat yang di tatap bergidik ngeri. Petra tau jika adik kesayangan nya sudah menatap nya seperti itu ia tak lagi bisa membohongi nya. Petra menghela nafas mengalah. Ia meletakkan tangan nya dipucuk kepala (name) dan mengacaknya pelan.

"Kau sudah dewasa rupanya nya. Adik ku."

"Aku manusia jadi pasti tumbuh."

Petra tersenyum. Ia bangkit dari duduknya dan menunduk menatap wajah adik kesayangan nya dengan lembut.

"Mau ikut masuk?"

(Name) menggeleng. "Aku masih ingin disini."

"Baiklah kalau begitu aku duluan."

《♤●♤●♤●♤●♤●》

Dirinya terdiam bersama para prajurit survey corps di area persidangan. Menyaksikan secara langsung seorang manusia yang akhir akhir diketahui memiliki kekuatan titan. Dirinya tak begitu terkejut ketika mengetahui siapa pemilik kekuatan titan tersebut. Ia terdiam menyaksikan kapten nya Levi yang tengah menghajar pria di tengah itu dengan brutal.

Who Will Be Hurt? [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang