12.

1.6K 255 7
                                    

Hanji berdiri di tengah depan meminta seluruh perhatian prajurit survey corps. Ia tak berdiri sendiri, di sebelahnya berdiri (name) yang gugup setengah mati serta kapten terkuat yang tidak peduli dengan apa yang tengah Hanji lakukan.

"Baik aku ingin kalian menyambut prajurit kita yang sempat hilang (name)!"

Ruang makan itu menjadi ricuh karena nya. Sebagian ada yang menanyakan padanya alasan dirinya menghilang adapula yang tertarik dengan perubahan fisik nya yang sedikit berisi.

"Ada kabar bagus sekaligus kabar buruk untuk kalian." Ucap Hanji memecah keramaian.

"Gadis ini tengah hamil usia muda jadi diharapkan kalian bisa bekerja sama."

Ruangan itu kembali ricuh. Sebagian prajurit menanyakan ayah dari calon bayi nya. (Name) menunduk, mood nya sudah mulai tak bagus. Menyadari hal itu Levi menoleh tajam pada Hanji mengatakan lewat ekor matanya seakan ini semua adalah kesalahan nya. Pria itu menghela nafas.

"Hanya sampai disini pertemuan malam ini (name) butuh istirahat." Suara Levi menghentikan mereka. Lantas ia menarik lengan gadis itu untuk mengikutinya di belakang, meninggalkan tanda tanya besar untuk seluruh prajurit yang melihatnya terutama prajurit baru.
Sepertinya untuk prajurit lama mereka sudah bisa menerka ayah calon bayi (name). Ya...mereka hanya bisa menerka tanpa berani berasumsi lebih jauh untuk membuka mulut sebagai obrolan malam. Itu bagus.

Namun tidak bagus jika melihat dari sisi prajurit baru terutama penggemar Levi. Para gadis itu masih berbisik pelan mencoba menerka ayah dari calon bayi (name).

"Bisakah kalian tidak berbisik seperti itu disaat makan?" Tegur Hanji sedikit tegas.

《♡●♡●♡●♡●♡●♡●》

Empat hari ia lewati dengan tinggal di survey corps dalam keadaan perut setengah membuncit tentu saja menjadi tekanan batin untuk dirinya sendiri. Pertama kasus prajurit perempuan baru yang khusus nya menggemari Levi harus beradu mulut dan batin dengan ya. Tak jarang mereka menertawai dirinya entah di sengaja atau tidak, membicarakan di depan atau di belakang nya atau terkadang tak jarang ada yang menyakiti dirinya entah itu disengaja atau tidak.

Kini untuk menghindari hari seperti itu lagi ia memilih menetap di kamar Levi demi keselamatan mental anaknya. Kasus yang paling parah adalah para prajurit perempuan itu menyirami dirinya dengan air bekas rebusan daging yang telah mendingin  entah di sengaja ataupun tidak. Hatinya sakit namun dirinya tak bisa marah mengingat ia adalah senior di tempat itu.

Levi masuk dengan membawa nampan di tangan nya. Ia mengecup kening wanitanya lembut sebelum memberikan nampan makanan padanya.

"Masih memikirkan yang kemarin?" Tanya nya lembut dan hanya sebuah anggukan bisu yang pria itu dapatkan.

"Wajar saja kan jika penggemar mu melakukan hal itu pada ku? Mereka ingin bisa hidup di samping mu akan tetapi terhalang karena diriku yang dipilih oleh mu." Ucap (name) dengan menatap sup hangat di tangan nya. Asapnya masih mengepul menerpa wajahnya, menciptakan hawa hangat untuk udara yang dingin di pagi hari.

"Abaikan saja." Jawab Levi

"Abaikan bagaimana? Aku tidak bisa mengasari mereka balik bukan? Usia mereka jauh di bawah ku Levi." (Name) menoleh menatap pria itu.

"Aku tidak tahu sampai kapan ini semua berakhir." Tangan nya bergerak menyentuh sendok sup untuk menyeruput air nya sedikit demi sedikit.

"Kau menyesal ikut dengan ku?" Tanya Levi.

(Name) membisu di tempatnya dengan tangan masih memegangi sendok sup. Untuk beberapa saat ia membisu.

"Mungkin." Jawab gadis itu beberapa detik kemudian.

Who Will Be Hurt? [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang