Siang itu Levi maupun (name) tengah menikmati waktu senggang masing-masing. Setelah misi penyelamatan Eren kapten cebol itu diberi waktu istirahat untuk memulihkan tenaga. Soal penggulingan raja palsu belum selesai di jalankan, komandan tercinta survey corps masih di tahan di kerajaan. (Name) tahu Levi akan meregang nyawa lagi diluar sana untuk menyelamatkan rekan nya tersebut akan tetapi rasa khawatir dan takut kehilangan itu selalu muncul menggerogoti pikiran nya dan seketika juga ia di ingatkan dengan fakta hubungan Levi yang sebenarnya. Di dalam lubuk hati ia ingin sekali memberitahu Levi namun dirinya belum siap menghadapi kenyataan.
"Ada apa? Kau terlihat gelisah." Suara berat Levi menyadarkan lamunan nya. Ia sedikit tersentak kemudian melanjutkan rajutan nya mencoba mengalihkan pembicaraan.
"Tidak, aku tidak gelisah."
Levi terdiam sejenak, ia menyesap teh nya hingga habis kemudian kembali mengisinya lagi.
"Kau tidak pandai berbohong jadi sangat sulit untuk menipu ku (name)"
"Sungguh aku tak apa." Dirinya semakin gelisah menyadari tatapan Levi yang terus menatap dirinya. Gerakan tangan nya tiba-tiba berubah cepat.
"Tatap aku."
Ditariknya dagu (name) pelan untuk menatap lawan bicara, gerakan tangan na otomatis terhenti. Kedua mata mereka saling memandang dalam satu sama lain, mencoba membaca arti tatapan masing masing.
"Apa yang membuat mu gelisah?" Tanya Levi lembut.
(Name) menjauhkan wajahnya dan kembali melanjutkan aktivitas merajutnya.
"Aku hanya sedikit mengkhawatirkan soal misi mu. Kapan misi mu selesai?"
"Jika raja palsu berhasil digulingkan, jika Erwin sudah pulang, jika seluruh rakyat sudah menganggap survey corps bukan lah buronan pengkhianat."
"Bagaimana jika ku bilang untuk kali ini saja kau tidak ikut?"
"Ha? Ap maksud mu?"
(Name) menghentikan kegiatan nya. Wajahnya menoleh menatap lelaki yang ia ingin cintai itu. Ketika menatap wajah datarnya seketika fakta menyakitkan itu kembali teringat. Ayahnya adalah paman Levi yang secara harfiah hubungan mereka adalah saudara sepupu.
"Ada yang ingin ku tanyakan tentang misi mu."
"Tumben kau tertarik biasanya kau yang paling keras kepala untuk menahan ku agar tidak ikut?"
Situasi mulai serius. (Name) sampai meletakkan rajutan nya di atas meja, mengubah posisi duduk menghadap Levi dan postur tubuhnya yang berubah tegap. Disaat seperti ini melihat perut buncit (name) membuat Levi ingin mengelusnya akan tetapi melihat wajah serius wanitanya membuat ia harus menahan keinginan nya tersebut.
"Aku penasaran soal musuh yang kau hadapi di medan pertempuran."
Levi terdiam tak tahu harus mulai dari mana. Ia berfikir wanitanya ini berhak tahu mengingat ia pernah menjadi anggota squadnya akan tetapi semakin wanita ini banyak tahu maka akan semakin membuatnya mengkhawatirkan dirinya, membayangkan yang tidak tidak sebelum terjadi dan jujur Levi benci akan sifat seperti itu.
"Baiklah dengan satu syarat."
"Apa?"
"Setelah ku beritahu keadaan nya berjanjilah kau tidak menahan ku lagi untuk menjalankan misi seperti kemarin kemarin?"
Tak ada jawaban membuat Levi sedikit menyesali keputusan nya tersebut.
"(Name) aku tak ingin meninggalkan mu dalam keadaan marah seperti kemarin. Kau mengerti kan?"
"Baiklah aku berjanji."
"Anak pintar."
《♡♡●●♡♡●●♡♡●●》

KAMU SEDANG MEMBACA
Who Will Be Hurt? [End]
RomanceDirinya merapatkan mantel yang dikenakan nya guna menghalau rasa dingin. Fikiran nya kosong serta dirinya tak tau harus pergi kemana. Sebuah fakta yang sangat memukulnya ini membuatnya hampir hilang kendali. Ia berhenti melangkah di sebuah jembatan...