14

1.4K 220 37
                                    

Levi menghembuskan nafas lega ketika melihat punggung seseorang yang sangat familiar untuknya. Ia berjalan mendekat dan berusaha tenang agar tidak mengejutkan pemilik punggung tersebut.

"Apa yang kau lakukan disini?"

Yang ditanya menoleh padanya dengan memasang wajah polos tanpa merasa bersalah.

"Mengambil air memangnya apa lagi?"

"Di jam seperti ini? (Name) ini sudah hampir malam dan kau justru berjalan ke hutan untuk mengambil air? Tidak bisa kau lakukan besok saja?"

(Name) berdiri dengan mengangkat se ember berisi air penuh.
"Para prajurit membutuhkan air jadi aku inisiatif mengambil nya."

Kening Levi berkerut. Para prajurit yang membutuhkan air? Akan tetapi saat di tanya olehnya tadi tentang keberadaan (name) mereka semua menjawab tidak tahu?

Menyadari apa yang telah mereka lakukan pada wanitanya membuat Levi berdecih kesal. Ia merebut ember dari tangan (name) kemudian menenggerkan jubah pada kedua pundak wanitanya.

"Ayo pulang." Perintah Levi dingin. Ia berjalan terlebih dahulu membiarkan (name) mengekorinya.

"Kau marah?"

Jeda sejenak sebelum yang ditanya menjawab, "tidak."

"Sungguh? Tapi dari nada bicara mu kau terlihat marah."

"Hanya dari nada bicara bukan berarti seseorang merasa kesal."

"Kalau begitu tatap aku."

"Pegang saja tangan ku dan kita pulang."

"Levi."

Yang di panggil tak merespon ia memilih terus berjalan tanpa menyadari kalau langkah wanitanya tersebut telah berhenti beberapa detik dari dirinya. Levi sadar, ia membalikkan tubuh demi menatap wanitanya.

"Kenapa berhenti? Ayo jalan."

Sinar matahari yang terbenam di belakang gadis itu membuat kesan cantik padanya. Kecantikan nya seakan meningkat di saat angin sore mulai berhembus memainkan rambut indahnya. Levi sampai dibuat terpana melihat pemandangan indah tersebut.

"Kau marah."

Suara lembutnya memecahkan ilusi pemandangan indahnya. Levi mengerjapkan mata kemudian menghela nafas pelan.

"Jalan atau ku tinggalkan."

"Jawab dulu baru aku ikut jalan."

"(Name) jangan membuat kita terhambat disini. Sudah malam sangat baha-"

"Yasudah kalau begitu dari awal kau tidak perlu menjemput ku." Sela (name) cepat.

Levi berusaha sabar. Ia menghela nafas untuk yang kesekian kali. Kakinya bergerak melangkah mendekati (name).

"Ku jawab nanti di rumah sekarang kita pulang."

"Baiklah."

Hormon seorang wanita hamil sangat sulit di tebak dan hal itu benar-benar Levi lupakan. Ia tidak ingat jika (name) tengah dalam masa tidak jelasnya dan seharusnya ia bisa memahami hal itu. Tidak ingin pertengkaran berlanjut lebih jauh Levi memilih mengalah. Meredam egonya demi kedamaian isi rumah.
Ketika suasana hati sedang tidak kondusif dalam satu atap yang sama pastinya hal itu akan menjadi beban fikiran sendiri untuk Levi dan juga (name). Demi calon anak nya ia berusaha meredam ego.

《♤●●♤●●♤●●》

Matahari sudah terbenam, berganti tugas dengan sang bulan. Dalam kesunyian malam (name) melakukan aktivitas merajut seperti biasanya. Sebulan lagi masuk musim dingin dan pastinya Levi membutuhkan pakaian hangat untuk bertugas nanti. Sementara itu, Levi memilih mengerjakan tumpukan kertas pemberian Erwin padanya beberapa hari lalu. Di temani secangkir teh dan cahaya lentera ia sudah tenggelam kedalam tugas malam nya. Terlalu banyak laporan membuat Erwin harus berbagi tugas dengan Levi.

Who Will Be Hurt? [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang