17

1.2K 185 36
                                    

Pagi ini dirinya mendapati kabar bahwa Eren serta Historia sudah kembali. Ia bergegas cepat pergi menemui saudara tirinya tersebut. Soal kehamilan nya ini biarlah nanti ia jelaskan toh Mikasa sudah tau terlebih dahulu dan saudari tiri nya itu tidak terlalu mempermasalahkan nya.

Pagi ini juga ia melihat Levi masih terbaring di atas ranjang, mungkin efek misi yang telah ia lewati membuat ayah dari janin nya tersebut lelah bukan main.

Sepanjang jalan menuju kamar Eren ia menjadi pusat perhatian dan ia sama sekali tidak mempedulikan tatapan aneh tersebut.

"Eren." Sapanya ketika berhenti di ambang pintu. Benar saja ia dapat melihat saudara tirinya tersebut dengan beberapa perban yang membalut tubuhnya.

Ada Mikasa dan Armin didalam, kedua teman nya itu melemparkan senyum sebagai sambutan.

"Masuklah." Ucap Eren dengan senyum.

"Bagaimana kabar mu?" Tanya (name) tak ada kecanggungan sama sekali membuat Eren terheran karena nya.

"Ba-baik. Apa kau masih membenci ku?"

"Tidak."

Satu jawaban singkat membuat beberapa orang diruangan itu terdiam. Mereka terheran sekaligus bingung mendengarnya terlebih Mikasa dan Eren.

"Sungguh?" Tanya Mikasa

"Ya. Ah ini ku bawakan buah. Aku tadi sempat membelinya. Anggaplah sebagai ucapan permintaan maaf ku."

"Kau semakin dewasa ya (name)." Eren berucap lembut.

"Terimakasih."

"Duduklah sebentar, aku ingin berbicara dengan mu lebih lama." Ajak Eren dan (name) sama sekali tak sungkan menerimanya. Ia mengambil tempat di sebelah Mikasa dan mulai berbincang ringan seadanya. Terkadang pembicaraan ini berubah panas ketika membahas ke soal perutnya yang membuncit.

"Ini...kesalahan Levi. Mungkin dia hanya terbawa suasana saat itu dan ya kau bisa tau bagaiamana selanjutnya."

"Kalau begitu kenapa kau tetap membesarkan nya?" Tanya Eren penuh kehati hatian. Terdapat guratan tidak suka dan sedih di wajah tampan nya secara bersamaan.

"Dia pantas hidup walau hadir karena kesalahan Levi."

Suasana sempat hening beberapa saat. Armin sedari tadi hanya terdiam menyimak, tak berani ikut berpendapat soal topik ini. Walau sejujurnya pria yang sudah berteman dengan (name) sejak kecil itu juga marah ketika mengetahui kebenaran nya ia tetap tidak bisa mengutarakan pendapatnya. Entahlah mungkin ia hanya tidak ingin menyakiti perasaan (name) yang sejak awal sudah di sakiti banyak orang.

"Lalu bagaimana hubungan kalian?"

"Begitu."

Mikasa langsung faham. Ia mengelus punggung wanita muda tersebut berusaha memberinya kekuatan.

"Terimakasih."

"Kami selalu ada jika pria cebol itu menyakiti mu."

"Boleh aku memeluk mu."

Awalnya Mikasa terkejut mendengarnya. Selama ini ia mengira (name) membenci dirinya karena dilakukan berbeda oleh ibu dan ayah Eren. Selama mereka tinggal bersama juga tatapan (name) padanya begitu tajam membuat Mikasa berasumsi kalau (name) tidak menyukai dirinya. Namun sekarang saudarinya itu berfikiran lain, ia mengangguk dan memeluk (name) terlebih dahulu.

Eren dan Armin tersenyum melihatnya. (Name) yang telah mengubah sifat dingin nya pada mereka bertiga tentu menjadi sebuah kabar baik. Tak ada lagi kecanggungan dan kesalah fahaman nantinya.

Who Will Be Hurt? [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang