29

2.1K 198 26
                                    

Sebelum nya terimakasih kepada para pembaca yang setia menunggu update tan cerita ini. Author mengerti rasanya menunggu lama, maafkan author karena lambat update 😁

Bab ini benar benar akhir dari perjuangan pasangan Levi dan (name) yang masih muda.

Selamat membaca


Teriakan tangis memenuhi ruang bersalin. Di depan pintu Levi terus bergerak gelisah ditambah mendengar suara teriakan (name) yang keras, membuat jantungnya berdegup tidak tenang.

Ia gelisah

Ia ingin mendobrak masuk. Menenangkan wanitanya di dalam sana serta memberi nya kekuatan.

Jangan takut, ada aku disini. Itu yang ingin Levi ucapkan.

Namun...

Namun sekali lagi ia ingin mengutuk keputusan Hange soal menyuruh nya menunggu di luar. Membuat nya tersiksa dengan teriakan (name).

"Kapten..saya yakin nona (name) akan baik naik sa-"

"Memangnya kau pernah memiliki pasangan yang sedang melahirkan?" Potong Levi cepat.

Gelengan kepala Moblit membuat Levi kembali gelisah.

"Hange..apa masih lama?" Teriak nya dari luar ruangan.

Bedebah sialan itu tidak menjawab. Astaga mungkin jika ada Erwin disini ia pasti akan tertawa melihat ekspresi Levi saat ini. Seorang kapten Ackerman yang selalu memasang wajah datar dan tatapan tajam berubah menjadi gelisah dan cemas?

Erwin harus menanyakan pada Moblit bagaimana Levi memasang ekspresi nya jika komandan itu benar-benar penasaran.

Seperti bersiaga pada musuh, kepala Levi sontak menoleh ketika mendengar suara knop pintu yang berputar. Menampilkan Hange dan beberapa prajurit keluar dari sana.

"Dia baik-baik saja, hanya perlu istirahat." Ucap Hange memahami arti tatapan Levi padanya.

Levi masih diam menunggu Hange menjelaskan hal lain atau beberapa peraturan yang mungkin harus ia patuhi untuk menjaga kesehatan wanitanya.

"Kau boleh melihat nya-"

"Terimakasih." Lantas ia menyingkir kan Hange dari pintu, ingin cepat cepat melihat kondisi wanita kesayangan nya itu.

Tuhan jantung nya benar-benar berdegup tidak normal sedari tadi.

Safir obsidian itu menatap lekat wanita yang terbaring lemah. Perlahan ia berjalan mendekat, nafasnya sedikit memburu ketika melihat makhluk kecil yang tengah di dekap (name).

Keduanya saling bertemu pandang, dengan wajah lelah (name) tersenyum lembut padanya.

"Lihat ayah mu datang." Bisik (name) pada sang bayi.

Levi segera menarik kursi untuk mendekat. Mengelus surai (name) dengan perlahan.

Wajahnya sedikit tersipu melihat makhluk mungil yang tertidur pulas di dalam pelukan (name). Ia mencoba menyentuh jari jari mungil nya, sang bayi merespon menggenggam jari besar Levi dengan erat.

"Dia..merespon." ucap Levi sedikit bergetar.

Sekali lagi (name) mengangguk seraya mengelus punggung sang bayi.

Sial..obsidian itu sedikit perih, ia mungkin akan menangis saat ini. Tidak...ia memang ingin menangis.
Mendekatkan wajah pada (name) kemudian mencium keningnya untuk beberapa saat.

"Syukurlah...syukurlah tuhan kalian selamat." Bisik Levi dengan suara bergetar lalu kembali menjauhkan wajah.

"Kau menangis, Levi."

"Aku?"

Ia segera menyeka liquid yang secara tiba-tiba membasahi pipinya, menatap ke arah lain ketika (name) terkekeh pelan.

"Aku tidak menangis."

"Jelas jelas kau menangis."

"Ini hanya debu."

"Di musim dingin? Debu dari luar? Padahal sedang bersalju."

"Baiklah sekarang kau istirahat saja."

(Name) tersenyum membalas tatapan datar Levi. Wanita itu mengangguk patuh namun tetap menatap pria nya.

Pria yang sangat dicintai nya.

"Selamat ulang tahun, Levi." Ucap (name) pelan.

Tak ada jawaban pasti dari pria tersebut, ia hanya terdiam membisu di tengah dingin nya salju. Jari yang digenggam sang bayi di tarik keluar dengan perlahan. Ia lebih mendekatkan diri pada (name), membungkukan tubuh kemudian mengecup bibir pucat itu dengan lembut.

Ia tidak mengharapkan apapun di tanggal 25 Desember ini, ia bahkan tidak ingat sekarang hari ulangtahun nya. Namun sepertinya hari ini akan selalu ia ingat, akan selalu ia lingkari pada kalender duduk di meja kerja.

Sebagai hari ulangtahun dirinya beserta putra kesayangan nya.

Levi tidak akan lagi melupakan hari kelahirnya, hari yang selalu ia lupakan.

Wajah menjauh ia menatap lekat wanitanya dengan lembut.

"Menikahlah dengan ku. Jadilah pendamping hidup ku hingga tuhan sendiri yang memisahkan nya."

(Name) kembali tersenyum, "Kau pun sudah tahu apa jawaban ku."

Untuk pertama kali selama (name) bersama nya, ia baru melihat Levi mengukir senyum di wajahnya. Biarpun sebentar dan tidak lebar ia cukup puas melihat Levi tersenyum.

Kedepan nya ia akan terus melihat senyum pria itu tersungging di bibirnya. Hanya untuk (name) senyum itu diperlihatkan.

Hanya untuk keluarganya.





Tamat



Halimah25

07/03/21



Ekhm...jangan demo jangan demo
Sebenarnya ini mau author selesaikan saat event ultah Levi tahun lalu tapi ya..karena author kena writeblock jadi tertunda.


SELESAI

DAN TERIMAKASIH!! 🌺🌺🌺🌺🌹🌹🌹

Who Will Be Hurt? [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang