(Name) berkata ia ingin mandi, Levi mengizinkan dengan syarat jangan terlalu lama. (Name) menurut dengan membawa handuk lalu berlenggang pergi ke kamar mandi.
Tidak biasanya nya wanitanya ini mandi malam ia hanya berfikir positif kalau wanitanya itu terlalu lelah sehabis pulang dari kota yang membuat dirinya harus membilas diri untuk menghilangkan penat.
Levi pergi kedapur memulai rutinitas malam nya:membuat teh.
Dengan teko berisikan teh hangat ia duduk dengan cangkir ditangan nya. Dituangkan isi teh tersebut ke dalam cangkir lalu menyeruputnya. Cara seperti ini ia sering lakukan jika sedang menunggu (name) selesai mandi.satu hal yang tiba-tiba terlintas dipikiran nya adalah ia merindukan senyum manis (name). Setelah pertengkaran kecil itu ia tak lagi melihat senyum yang terukir diwajah cantik wanitanya tersebut.Sebentar lagi musim dingin, ia ingat dengan jelas rutinitas malam wanitanya. Merajut sebuah syal yang ia yakini akan diberikan untuknya ketika musim dingin datang nanti. Begitu besar perhatian yang wanita itu berikan akan tetapi dirinya hanya memikirkan soal prajurit dan markas.
Kejamkah dirinya?
Mungkin iya, sebab prinsipnya yang tidak mencampurkan urusan hati dan misi menyebabkan satu orang terluka. Mendekati musim dingin membuat hawa malam terasa lebih dingin, Levi sendiri sadar jika tubuhnya sedikit menggigil akibat angin luar yang masuk dari celah celah rumahnya. Ia kembali menyeruput teh panas untuk menghangatkan diri.
Tidak lama wanitanya itupun akhirnya selesai melakukan aktivitas bersih bersih dirinya. Levi segera pindah ke sofa tak lupa teko dan cangkir teh yang ia bawa juga.
"(Name)." Panggilnya dengan suara rendah.
Yang dipanggil pun menoleh. Rambut (name) yang basah membuat gaun tidurnya basah hingga mencetak lekuk lekuk tubuhnya. Ia berjalan mendekat dan duduk di samping Levi lalu menoleh menatapnya. Tatapan mereka bertemu saling menyiratkan perasaan satu sama lain. Levi pernah pernah bertanya pada Hanji apa yang menyebabkan seseorang menjadi kecanduan terhadap sesuatu. Hanji menjawab sebuah zat aktif, dan kini Levi berfikir (name) adalah zat aktif untuknya karena semakin pria itu menatap mata indah (name) ia ingin terus menatapnya lebih lama.
Entah siapa yang memulai terlebih dulu wajah mereka saling mendekat dan sebuah kecupan ringan mendarat di bibir sang kapten, (name) memberanikan diri untuk melakukan nya terlebih dahulu. Untuk seseorang yang tidak bisa mengapresiasikan perasaan seperti dirinya membuat Levi hanya terkekeh namun tidak keras. Sudut bibirnya ditarik hingga menampilkan deretan gigi putihnya. Wanita dihadapan nya tersebut refleks terkejut melihat respon langka yang ia dapatkan dari seorang kapten.
"Kau tersenyum." Ucapnya
Kekehan Levi terhenti digantikan dengan sebuah senyum kecil namun tidak tipis. Tangan kekar Levi menyentuh sudut kiri wajah wanitanya untuk menariknya mendekat. Dikecupnya bibir lembut itu dengan pelan. Bohong jika ia tidak membalas perbuatan berani (name) beberapa saat yang lalu. Tangan lain nya menarik pinggul (name) untuk lebih mendekat. Kecupan ringan itu berubah menjadi sedikit kenafsuan. Levi meminta wanitanya untuk membuka mulut, memberinya akses lebih untuk menjelajahi mulut. Organ tak bertulang itu beradu di dalam mulut, menggelitik dinding dinding dan serta mengabsen satu persatu deretan gigi wanitanya. (Name) luluh ia melingkarkan tangan pada tengkuk Levi seakan memintanya untuk berbuat lebih.
Levi menghentikan ciuman nya karena merasa menbutuhkan oksigen. Betapa bahagianya ia bisa melihat rona merah itu lagi diwajah cantik wanitanya. Dengan nafas tersenggal ia terlihat menggoda saat ini. Levi berdiri mengambil sisir kemudian kembali duduk di sofa.

KAMU SEDANG MEMBACA
Who Will Be Hurt? [End]
RomantikaDirinya merapatkan mantel yang dikenakan nya guna menghalau rasa dingin. Fikiran nya kosong serta dirinya tak tau harus pergi kemana. Sebuah fakta yang sangat memukulnya ini membuatnya hampir hilang kendali. Ia berhenti melangkah di sebuah jembatan...