Pagi itu dirinya panik mendapati keadaan kamar kosong tak berpenghuni. Ketika mengecek lemari pakaian wanitanya juga tak ditemukan. Apa kesalahan yang ia buat hingga wanitanya memilih pergi lagi?
"Hanji!?" Panggil Levi ketika wanita berkacamata itu melintas dihadapan nya.
Levi menghampiri Hanji dengan wajah tenang. Ia berusaha menutupi kepanikan nya.
"Lihat (name)?"
"Oh iya ku liat."
"Dimana?"
"Beberapa menit yang lalu ia bilang pada ku mau mengunjungi tempat ayah Petra di kota. Mengingat tak ada pasukan militer yang mengenali wajahnya membuat ia bisa berkeliaran di kota sesuka hati."
Mendengar penjelasan tersebut semakin membuat kepanikan Levi bertambah sontak saja ia tak dapat menutupi perasaan nya lagi.
"Kau membiarkan nya pergi seorang diri?" Tanya Levi dengan emosi yang berusaha ia atur.
"Ku suruh Moblit mengawasi nya diam diam."
"Sungguh? Ada anak buah mu?"
"Ya. Memangnya dia tidak izin pada mu?"
"Aku baru pulang dari hutan mana mungkin kami bertemu. Aku pergi disaat dirinya masih terlelap. Wanita itu selalu membuat ku tidak tenang."
"Tenanglah shorty wanita mu sudah berada di tangan yang aman."
Levi mengangguk. Ia bisa bernafas lega sekarang. Dirinya masih tak habis pikir bagaimana (name) bisa pergi begitu saja tanpa ada pembicaraan sebelumnya. Ia mengusap wajah gusar mendapati kelakuan (name). Jantungnya selalu berdegup kencang setiap (name) tak ada di rumah saat dia pulang. Bukan nya ia memiliki perasaan terhadap wanita tersebut hanya saja rasa tanggung jawabnya sebagai pria yang membuatnya seperti ini.
"Terimakasih." Ia kemudian memilih kedalam rumah. Sudah ada Moblit ia bisa mempercayai tangan kanan Hanji tersebut.
《◇☆◇☆◇☆◇☆》
Senyum iba nya tersungging ketika melihat sebuah pondok kayu yang berdiri di tengah tengah lapangan rumput di depan sana. Ketika melihatnya semua kenangan itu tiba-tiba teringat. Kenangan ia bersama Petra, kenangan ayah Eren membawa nya, dan kenangan pertama kali ia menginjakkan kaki di tempat itu. Tanpa terasa matanya tiba-tiba panas, ia menggeleng untuk mengubur perasaan nya saat ini. Dengan membawa buah tangan ia lanjutkan langkah kakinya menuju pondok kayu tersebut.
Ia sengaja berdiam di depan gerbang membuat anak-anak yang bermain di halaman terhenti sejenak demi menatap dirinya. Tatapan polos dan terheran heran itu membuat ia tersenyum gemas. Ia memasuki gerbang seraya menyapa beberapa anak anak menggemaskan tersebut.
"Kak (name)...!!!!" Teriak beberapa anak dari dalam pondok seraya berlari menghampirinya. Ia ingat anak anak itu satu pondok dengan nya dulu, ada yang seumuran ada yang lebih muda darinya.
"Hai kalian apa kabar?"
Berbagai pertanyaan yang tidak bisa (name) jawab satu persatu pun terlontar.
Seorang pria paruh baya tiba-tiba datang menghampiri (name) membuat pembicaraan ringan itu terhenti sejenak. (Name) mendongak menatap pria paruh baya tersebut seraya melempar senyum cerianya.
"Ayah."
"(Name) lama tidak berjumpa bagaimana kabar mu?" Pria yang di panggil ayah tersebut menyambar tubuhnya dengan lembut.
"Maafkan aku yah, karena ku kak Petra-"
"Jangan difikirkan sudah jadi resiko bukan?"
(Name) awalnya terdiam namun beberapa saat kemudian ia mengangguk menyetujui. Tetap saja perasaan bersalah itu masih menghantui dirinya.
Ayah menyuruh (name) masuk dan menawarkan nya menginap akan tetapi (name) menolak. Ia tak enak karena akan merepotkan pria paruh baya tersebut.
"Ngomong-ngomong kau terlihat berisi? Apa aku salah?"
Gerakan tangan nya yang hendak menyuapi sesendok nasi itu tertahan begitu pertanyaan itu terlontar. Ia meletakkan kembali sendok di atas piring kemudian menunduk malu.
"Ayah tidak salah kok aku memang sedang mengisi."
Ruang makan itu hening sejenak. Sang ayah masih memproses jawaban yang di dengarnya. Untuk menghilangkan kecanggungan ia berdehem kecil dan kembali melanjutkan aktivitas makan nya.
"Siapa ayahnya?"
Wanita itu menggigit bibir terlebih dahulu. Ia ragu, sangat ragu untuk memberitahu nya. Maka dari itu ia memilih diam dengan kembali melanjutkan makan nya.
"Jangan takut ayah tidak akan menyalahkan siapapun disini jika itu terjadi karena sebuah kecelakaan."
Tiba-tiba matanya terasa panas. Kelembutan yang ia rindukan akhirnya ia mendapatkan nya kembali. Tangan kecilnya di genggam erat oleh sang ayah untuk memberinya rasa tenang. Suara sesenggukan terdengar berbisik di awal lalu semakin lama semakin menjadi. (Name) menunduk dalam menyembunyikan tangisan nya.
"I-ini terjadi karena sebuah kesalahan..." Ia terdiam sejenak guna menarik nafas.
"...se-setelah kematian kak Petra aku memilih kabur dari survey corps karena merasa kapten Levi benar-benar bersalah..."
"...kemudian a-aku memilih tinggal di kota bawah tanah dan menetap disana."
"Jadi kesalahan ini karena orang-orang di sana?" Tanya Ayah Petra lembut.
(Name) menggeleng. "Saat itu saat aku pulang dari pasar tiba-tiba seseorang yang ku benci ada di depan pintu rumah ku dengan luka memenuhi tubuhnya. Kapten Levi ada disana. Aku tak tega dan akhirnya memilih merawatnya dan sampai akhirnya kesalahan ini terjadi..."
Ruangan itu hening hanya menggemakan isak tangisnya. Ayah Petra benar-benar tidak mempercayai cerita ini. Bagaiman bisa seseorang yang putrinya cintai malah merusak wanita lain? Terlebih adik tiri putrinya tersebut. Ia tak ingin menyalahkan (name) dan juga tak ingin menyalahkan Levi namun rasa kesal itu muncul entah harus ia lampiaskan pada siapa.
"Ma-maaf ayah."
"Kau tidak salah. Yang salah adalah pertemuan kalian. Kenapa kau memilih membesarkan nya?"
"Ka-karena dia pantas hidup. Jika Levi tak ingin menganggapnya sebagai anak nya hal itu tak masalah."
Senyum tersungging di wajah pria paruh baya tersebut.
"Biarlah. Jika sudah lahir nanti bawalah dia kesini biar ibu yang merawatnya."
"Aku juga akan tinggal disini untuk merawatnya."
"Kau tak perlu sedih ya. Jika Levi menyakiti mu pergilah kesini untuk menghindarinya. Kau menginap kan ya?"
"Tidak ayah. Hari ini aku pulang saja karena belum izin pada Levi."
"Baiklah."
《♡●●♡●●♡●●》
Malam ayah Petra menyuruh (name) untuk pergi ke pintu masuk pondok katanya ada seseorang yang ingin bertemu dengan nya. Awalnya (name) ragu dan mengira kalau orang itu adalah Levi yang menjemputnya untuk pulang akan tetapi ayah Petra bilang kalau orang itu bukan Levi. Akhirnya ia pun menurut.
Ketika melihat seseorang yang tengah menunggunya itu tiba-tiba kedua kakinya berhenti berjalan, tubuhnya terdiam kaku dengan kedua matanya yang terbelalak lebar.
Seorang pria tinggi dengan pakaian seragam lengkap menaikkan topi koboinya demi menatap seseorang yang tengah berdiri kaku di hadapan nya. Bibirnya tertarik membuat senyum yang terlihat kaku.
"Lama tidak bertemu putri ku."
Bibirnya bergetar ketika hendak menyebut namanya, nafasnya tiba-ti a terasa sesak. Kenapa orang ini baru kembali setelah semua insiden yang telah ia lalui? Kenapa orang ini muncul disaat dirinya tengah mengalami banyak masalah?
"Ke-Kenny..."
-halimah2501-

KAMU SEDANG MEMBACA
Who Will Be Hurt? [End]
RomansaDirinya merapatkan mantel yang dikenakan nya guna menghalau rasa dingin. Fikiran nya kosong serta dirinya tak tau harus pergi kemana. Sebuah fakta yang sangat memukulnya ini membuatnya hampir hilang kendali. Ia berhenti melangkah di sebuah jembatan...