I know you'r mind
I know you'r heart
But i don't know anything about you***************
Ruangan sunyi itu terisi oleh dua insan yang saling menyantap makan siang nya dengan tenang. Tidak, hanya satu orang yang makan dengan tenang disana. Jika kalian kira Levi yang menyantap makanan nya dengan tenang kalian salah justru dirinya lah yang gelisah tak karuan akan tetapi perasaan nya itu dapat ia tutupi dengan wajah datarnya. Berpura pura terduduk tegap, gerakan tangan yang tenang seolah ia baik-baik saja namun di hatinya terdapat sebuah perasaan mengganjal, ia ingin sekali bertanya mengenai hubungan anak dan ayah yang Kanny katakan beberapa minggu yang lalu.
Misi kemarin benar-benar Levi tutup rapat, ia tak ingin menceritakan nya pada (name). Sampai kapan pun ia tidak akan pernah menceritakan nya.
"Apa yang kau telan?" Suara berat Levi memecahkan kesunyian
"Muntahkan apa yang baru saja kau telan (name)!"
Kening wanitanya mengerut mendapati tingkah Levi aneh barusan.
"Kenapa kau marah? Aku hanya menelan nanas."
"Justru kau menelan nanas aku marah. Cepat muntahkan."
"Tidak bisa sudah tertelan."
Levi mendengus sebal ia meraih gelas antiknya, menyeruput teh nya untuk tenang. Tiba-tiba saja tangan kekarnya mengambil piring yang berisikan potongan buah nanas di hadapan (name) untuk dijauhkan.
"Jangan diambil aku mau."
"Kau yang mau atau janin mu?"
"Aku." Jawabnya setengah mencicit pelan menciptakan aura tidak mengenakan dari pria yang duduk dihadapan nya.
"Sama saja kau berniat membunuh anak ku."
Kalimat tadi, kalimat yang barusan Levi ucapkan dari bibirnya berhasil membuat (name) terbungkam kaku. Ia hampir tidak mempercayai indra pendengaran nya. Sebuah kalimat yang sejak dulu (name) ingin dengar, sebuah kalimat yang keluar dari mulut Levi secara langsung akhirnya benar-benar terjadi.
Levi mengakui dirinya
Levi mengakui keberadaan janin sebagai anaknya.
Haruskah ia senang? Seharusnya iya namun mengingat sebuah fakta menyakitkan itu membuat ia harus membuang jauh perasaan bahagianya sekarang.
"Oh maaf."
☆☆☆☆☆☆
"Apa yang ingin kau dengar?"
"Semua, aku ingin mendengar semuanya."
Matahari telah menyingsing berganti tugas, rembulan indah bersinar terang di langit gelap, ruangan itu hanya terdapat lampu canting sebagai penerangan namun cukup. (Name) merapatkan selimut demi menghindari hawa dingin yang masuk melalui celah-celah rumah sedangkan Levi menyeruput teh nya dengan setumpuk kertas sebagai teman malam nya. Asisten Hanji tadi sore datang dengan membawa tumpukan kertas tidak berguna itu untuk di periksanya. Jika saja bukan Erwin yang memberinya perintah dia mana sudi menghabiskan waktu istirahat demi membaca laporan laporan menyebalkan tersebut. Waktu istirahatnya habis padahal jika mau jujur ia ingin sekali mengelus calon anaknya.
"Kau sudah tahu ya mengenai hubungan ku dengan Kanny?"
Gerakan pulpen pada tangan Levi terhenti sesaat, ia belum menoleh menatap wanitanya. Dirinya mematung diam berpura pura bersikap biasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Who Will Be Hurt? [End]
RomanceDirinya merapatkan mantel yang dikenakan nya guna menghalau rasa dingin. Fikiran nya kosong serta dirinya tak tau harus pergi kemana. Sebuah fakta yang sangat memukulnya ini membuatnya hampir hilang kendali. Ia berhenti melangkah di sebuah jembatan...