25.

1.4K 188 29
                                    

Derasnya air sungai mengalir menjadi pengisi suasana hening mereka. Berdiri dengan jarak yang terpaut jauh menciptakan kesan canggung yang terlihat menonjol. Levi menyandarkan tubuh dengan bersender pada pembatas jembatan, memperhatikan aliran sungai yang mengalir hingga dinding Sina sementara seseorang yang berdiri tiga meter di sebelahnya juga melakukan hal yang sama.

Angin sore kala itu dingin, memainkan ujung ujung rambut mereka, membawanya menari dengan indah. Levi akui ia masih kagum melihat wanita itu ketika angin memainkan rambutnya, sederhana namun berkesan.

"Apa yang ingin kau katakan?" Sebuah suara lembut memecahkan lamunan nya. Ie perlahan melirik kemudian menoleh saling tatap.

Ah manik wanita itu sudah tidak secerah dahulu. Hanya ada rasa hampa dan kekosongan yang ia lihat.

"Mengenai anak yang kau kandung itu." Jawabnya dengan menatap perut (name) yang sedikit membesar dari sebelumnya. Ah... anaknya tumbuh dengan cepat.

"Kenapa?"

"Ini mungkin sulit untuk mu tapi bisakah setelah kau melahirkan nya kau berikan hak asuhnya pada ku?"

Beberapa detik tak ada jawaban. Jarak yang terbentang cukup jauh itu menyiratkan emosi masing-masing. Raut wanitanya mulai berubah, semakin menekuk dan pias.

"Jangan konyol, mengurus ku kau saja tidak bisa apa lagi anak ini. Mungkin kau terlantarkan."

"Kau tidak mempercayai ku? Jika kau tidak ingin bersama ku maka biarkan anak itu yang bersama ku."

Wanita itu menatap Levi malas, "aku tidak mempercayai mu."

《♡●●♡●●♡●●》

Ketajaman pedang itu perlahan terkikis, selama tangan kekar itu masih mengayunkan pedang pada tengkuk titan ketajaman pedang itu semakin lama akan hilang. Sebelum benar-benar hilang ketajaman nya pria berjulukan manusia terkuat itu segera menepikan diri untuk mengganti besi pedangnya dengan yang baru. Melihat titan telanjang yang berlarian mengejar Erwin ia tanpa segan menebas tengkuknya, seakan melampiaskan seluruh emosinya pada pedang.

"Terimakasih Levi kau selalu tak terduga." Puji Erwin menatap mayat titan yang tertelungkup.

Levi menggangguk seraya membersihkan pedang dengan sapu tangan kesayangan. "Ah...kau juga."

"Dimana Hanji?" Lanjut Levi setelah selesai dengan kegiatan bersih bersih kecilnya.

"Bersama Moblit memasang jebakan."

Tak ada jawaban dari Levi, pria itu memilih diam menatap anak buah nya yang payah dimakan titan dari jarak sepuluh meter. Biasanya jika Levi melihat kejadian seperti itu ia akan bergegas menyelamatkan, bagai pahlawan kesiangan. Erwin yang melihat nya tentu bertanya tanya di benaknya. Jika di lihat lebih teliti, Levi bukan nya menatap lurus kearah anak buahnya yang termakan titan melainkan termenung. Pria ce-ah pria terkuat itu termenung, matanya kosong tak menyiratkan apapun.

"Jika mencampuri perasaan pada misi hal itu hanya akan menghambat mu. Pikirkan masalah mu setelah di markas nanti, aku mengharapkan hasil yang terbaik pada ekspedisi kali ini." Ujar Erwin seraya menyentuh bahu nya, memberikan sedikit energi positif dari sana.

"Ah...kau benar. Aku harus fokus."

《♡●●♡●●♡●●》

Wanita cantik itu memegang erat pada kayu rumahnya ketika seseorang memaksanya untuk keluar. Ia meneriaki kalimat yang sama supaya sang penarik memahami maksudnya.

"Aku...tak ingin...menemui manusia terkuat itu bibi..!"

"Tapi nona jika saya tidak membawa anda ke hadapan nya saya akan dimarahi."

Who Will Be Hurt? [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang