6. Awal

1.8K 301 18
                                    

Beberapa tahun setelahnya Levi maupun anggota siap mati menyerah mencari keberadaan [name]. Pria cebol itu mengambil kesimpulan bahwa dirinya sudah mati di tengah hutan.

Kini sudah tiga tahun setelah kepergian gadis itu. Bagaimana reaksinya? Sedikit terkejut dan merasa tidak percaya bahwa ia akan senekat itu. Jendela kamar terbuka menjadi jejak pelarian nya.

Dirinya terus berlari, terbang dengan manuver 3DMG di antara gedung gedung tinggi. Menghindari berbagai macam hujan tembakan dari belakang. Tubuhnya menerobos masuk sebuah bir dengan pelipis tergenang darah. Ia berdecih. Kehadiran nya yang tiba-tiba membuat si pemilik toko dan beberapa pengunjung tersentak bukan main bahkan ada dari beberapa pengunjung yang terdiam kaku tak percaya melihat kedatangan nya yang rusuh tadi.

Tak lama kemudian seorang pria paruh baya dengan dua pistol di tangan nya datang tanpa di undang. Ia berteriak heboh memanggil nama Levi di iringi dengan sedikit nada.

"Ayolah pria cebol kita bicara sebentar."

Levi mendengarkan dari balik meja bartender seraya memperhatikan gerak gerik pria paruh baya itu dari pantulan bayangan botol wine di hadapan nya.

Percakapan panjang lebar itu terhenti ketika sebuah kursi melayang ke hadapan pria paruh baya itu. Ia tidak memberikan kesempatan melawan padanya. Levi menarik pelatuk senapan dan mengarahkan nya pada bahu pria paruh baya itu untuk di lumpuhkan setelahnya ia dengan gesit naik ke atap kemudian pergi. Beberapa anak buah pria paruh baya itu mengejar Levi.

"Tch."

Levi berdecih menyadari dirinya masih di kejar maka dengan begitu hanya ada satu cara untuk lolos.

Ia terbang di antara gedung-gedung dengan kecepatan tak terduga hingga orang-orang yang mengejarnya kehilangan jejak. Di depan sana ada sebuah gang kecil lantas ia masuk dan bersembunyi sejenak disana.

Nafasnya tersenggal lukanya semakin parah. Beberapa menit menunggu dan merasa situasi sudah aman ia melanjutkan langkah memasuki gang lebih dalam. Dia ingat di gang ini ada sebuah jalan maksudnya lubang yang langsung menghubung kan nya dengan kota bawah tanah.

Tidak ingin kembali tapi hanya itu satu-satunya cara untuk memulihkan kondisi.

Ia menyingkir kan beberapa kotak yang sengaja ia gunakan untuk menutupi jalan masuknya setelahnya ia terjun memasuki lubang itu.

Ia kembali ke rumah asalnya.

《♤●♤●♤●♤●♤●♤●》

Seorang prajurit yang sekarang di kenal sebagai buronan, begitulah nasib survey corps sekarang. Setelah keputusan polisi militer dan kerajaan yang menganggap operasi Erwin adalah sebuah rencana pengkhianatan kedua fraksi itu dengan mudahnya mengecap survey corps sebagai buronan nomor satu di seluruh dinding. Tidak ada ampun bagi survey corps jika tertangkap. Sudah banyak rekan prajurit muda yang tertangkap, di siksa bahkan di bunuh hanya untuk mengorek informasi tentang Erwin, Levi dan Hanji.

Ia berjalan tersenggal senggal dengan dinding sebagai pegangan nya. Ketika menatap sebuah bangunan yang di yakini rumah lamanya memori menyenangkan sekaligus menyedihkan itu seketika kembali berputar di kepalanya. Ia teringat dengan mendiang ibunya dan kedua saudara lamanya yang sudah...ah lupakan.

Setelah menaiki tangga ia meraih kenop pintunya namun terkunci. Ah..benar juga ia bahkan sudah lupa dimana ia letakan kuncinya. Dirinya menyerah, ia bersandar pada kayu pintu seraya menggeram menahan sakit di bahunya.

"Kapten."

Sebuah suara lembut memanggil dirinya. Levi mengangkat kepala kemudian terkejut.

Gadis yang keberadaan nya selalu ia cari kini berdiri di hadapan nya. Dengan pakaian santai lengan panjang dan rok selutut membuat ia terlihat lebih cantik dari sebelumnya di tambah rambutnya yang semakin panjang.

Dengan wajah khawatir gadis itu menjatuhkan barang belanjaan nya untuk menghampiri Levi. Ia meletakan satu tangan Levi di pundaknya. Merogoh saku rok mengambil kunci lalu membukanya membawa dirinya masuk.

[Name] meletakkan Levi pada sebuah ranjang kecil yang di yakini milik gadis itu sekarang.

"Aku tak apa sungguh."

"Dengan luka sebanyak ini? Jangan merasa sok kuat hanya karena julukan mu kapten." Jawabnya sarkastik. Bahkan dingin nya gadis ini masih terasa.

Sepertinya mulai hari ini hidupnya akan jauh lebih menyusahkan.

[Name] tadi pergi dan kembali membawa baskom berisi air hangat. Ia tahu karena terlihat beberapa kepulan asap tipis keluar dari sana. Ia terduduk di samping ranjang. Membuka pakaian Levi tanpa izin kemudian membersihkan lukanya dengan cepat tanpa membiarkan si pemilik tubuh protes. Levi mendesis kecil menahan rasa sakit ketika kain hangat menyentuh lukanya.

"Tahan lah."

"Lakukan saja." Suasana kembali hening menyisakan detik jam yang menggema di seluruh ruangan.

Bayangan tiga tahun itu kembali berputar. Tentang dirinya yang memberi perintah membuang beberapa mayat untuk keselamatan nyawa prajurit. Gadis ini marah besar padanya akan tetapi Levi hanya bergeming tak bicara sepatah kalimat pun. Dia brengsek dan dia tahu itu.

[Name] selesai dengan tugasnya. Ia telah menutupi luka Levi dengan perban dalam lilitan rapih. Gadis itu lalu pergi tanpa meninggalkan sepatah kalimat pun. Ia dapat menilai dirinya masih menyimpan amarah yang besar terlihat dari ekspresi tertekan dari gadis itu. Mungkin kah ia merasa terpaksa menolong Levi? Mungkin saja.

"Selamat beristirahat."

Pintu tertutup tepat ketika bibir Levi bergerak hendak berbicara. Suasana hening, meninggalkan ia dengan luka luka nya. Jadi, apa yang harus ia lakukan? Merasa bersalah karena memberi perintah seperti itu atau pergi agar tak merasakan perasaan bersalah berkepanjangan?

Levi menghela nafas untuk saat ini biarkan ia mengistirahatkan tubuh agar tenaganya pulih. Lagipula dirinya tak bisa lari kemanapun lagi ia kehilangan Eren dan anggota squad barunya. Beban yang di tanggung nya sebagai prajurit sekaligus kapten semakin berat.

Mata nya perlahan terpejam membiarkan nya hingga terlelap lebih jauh kedalam kegelapan.

Bertemu dengan [name] lagi apakah sebuah kesalahan?




-Halimah2501-

Who Will Be Hurt? [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang