Sedari tadi ia terus menatap calon ayah dari bayi yang dikandungnya. Dimulai dari ia yang sedang menyiapkan teh, membaca koran, menyiapkan seragam, memakai peralatan manuver hingga akan pergi meninggalkan rumah.
Tatapan tak berarti itu membuat si pemilik rumah menahan kedua kaki untuk tidak beranjak terlebih dahulu. Wanita itu berhasil membuatnya penasaran.
"Katakan alasan yang bagus soal tatapan mu itu nona." Levi melipat kedua tangan di dada.
"Aku hanya ingin memastikan kau tidak melakukan tingkah aneh."
"Apa maksud mu dengan tingkah aneh?"
Wanita itu turun dari kasur kemudian berjalan perlahan menuju kursi makan, Levi sigap membantunya.
"Aku tinggal dengan mu lagi dan berharap ini semua hanyalah mimpi." Ucapnya seraya menuangkan sisa teh kedalam cangkirnya.
"Itu teh hitam."
"Aku tau." Jawabnya dingin seraya menyeruput isi teh.
"Tanpa gula." Sambung Levi.
Sontak wanita itu menyemburkan isi teh karena terkejut dengan rasanya. Membuat lantai dan mejanya sedikit kotor. Levi sangat tidak suka melihat hal seperi itu, ia segera mengeluarkan sapu tangan kesayangan lalu bergerak membersihkan meja serta wajah (name).
"Bego." Celetuk Levi. Ia kembali memasukkan sapu tangan pada saku.
"Ya kan engga tau."
"Masih mau di minum?"
"Engga, buang aja."
Levi menatap datar cangkir teh yang isinya tinggal setengah. Tak ada pilihan, pria tersebut segera menyambar gagang gelas dan menyeruput isinya. Tingkah Levi yang membuat (name) terbungkam adalah posisi bibir Levi pada cangkirnya. Pria itu minum di tempat ia menyeruput teh tadi. Tak ingin berharap lebih (name) segera memalingkan wajah menatap ke arah lain.
"Baiklah aku berangkat."
"Tunggu." Cegah (name) tanpa menatap nya.
Wanita itu perlahan menoleh. "Aku lapar."
Sang pria terdiam sejenak sebelum akhirnya menghela nafas. Beberapa detik kemudian ia melepaskan semua peralatan manuver termasuk seragam kebanggaan nya lalu kembali meletakkan nya di tempat semula.
"Tak jadi kerja?"
"Mengurus mu jauh lebih penting." Levi menggulung lengan baju, bersiap untuk membuat sesuatu.
"Kenapa?"
Suara khas pisau terdengar nyaring. Lengan pria itu bergerak cepat saat memotong sesuatu. (Name) tak dapat melihatnya akibat tubuh Levi yang menghalangi.
"Aku tak ingin dia lahir tanpa melihat ku." Levi menyiapkan panci, menuangkan air kedalam nya lalu memasukkan beberapa bahan.
"Begitu." (Name) tersenyum dengan wajah memerah.
《♡●●♡●●♡●●》
"Levi."
"Hn?" Yang dipanggil menurunkan koran dari wajahnya.
"Ada apa?" Sambungnya.
"Jika aku menginginkan sesuatu apa kau akan mengabulkan nya?"
"Aku bukan tuhan yang selalu bisa mengabulkan semua keinginan mu."
Wajah (name) sedikit menekuk mendengarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Who Will Be Hurt? [End]
RomanceDirinya merapatkan mantel yang dikenakan nya guna menghalau rasa dingin. Fikiran nya kosong serta dirinya tak tau harus pergi kemana. Sebuah fakta yang sangat memukulnya ini membuatnya hampir hilang kendali. Ia berhenti melangkah di sebuah jembatan...