10

1.9K 286 59
                                    

3 bulan kemudian

Semua berjalan normal setelah pria itu meninggalkan nya begitu saja. Perasaan nya benar-benar hancur setelah mengetahui niatan Levi yang sesungguhnya. Tiada hari tanpa menangis saat itu, bayangan wajah Levi tak henti-henti nya terbayang di kepala menghantui mimpi malam nya.

Di elusnya perut yang telah sedikit membuncit itu dengan pelan. Ada sesekali niatan untuk menggugurkan nya akan tetapi ia sudah terlalu menyayangi janin yang hidup di dalam sana. Menurutnya jika anak ini lahir ia tak lagi tinggal sendirian, di kota penuh kegelapan ini. Tak peduli jika Levi berniat tanggung jawab atau tidak intinya anak ini harus lahir.

Para tetangga juga tidak terlalu mempedulikan nya. Melihat wanita hamil tanpa seorang suami di kota ini adalah sebuah pemandangan yang lumrah terjadi. Sudah seperti makanan sehari-hari.

Ia menghela nafas. Masalah terberatnya mengurus janin ini seorang diri hanya satu. Jika masa ngidamnya muncul ia tidak tahu bagaimana cara memuaskan nafsu nya terhadap makanan. Pada umumnya seseorang yang mengidamkan sesuatu pasti menginginkan sebuah makanan namun kali ini tidak dengan gadis tersebut. Ia ingin mengelus rambut hitam Levi. Tunggu...

Mengingat pria itu saja muak apa lagi menyentuhnya? Itulah yang di inginkan calon bayi dalam kandungan nya.

Mengelus rambut Levi? Dimana ia bisa mencari pria brengsek itu? Tidak mungkin ia harus ke permukaan hanya untuk mengelus rambutnya kan?

"Inginkan yang lain nak jangan minta yang tidak mungkin bisa di dapat." Keluhnya seraya mengelus perut.

Punggung nya di senderkan pada sofa ruang tengah kemudian memilih tidur. Harap-harap rasa ngidam nya berlalu dan pergi.

《♡●♡●♡●♡●♡●♡●》

Ia terbangun pukul tujuh malam dan terkejut menyadari dirinya sedang tertidur di atas ranjang dengan selimut tebal menutupi. Keningnya berkerut bingung menanyakan pelaku yang memindahkan tubuhnya. Tidak mungkin ia jalan sendiri dalam keadaan tertidur menuju kamarnya.

Selimut nya di singkap ia kemudian turun menelusuri lantai rumah. Ketika pintu kamar di buka nafasnya tercekat seketika. Kamar yang langsung berhubungan dengan ruang tamu itu berhasil menampakkan sosoknya. Seorang pria sedikit berumur tengah terduduk di atas sofa seraya menyeruput secangkir teh. Ketika mata elangnya melirik kearah dirinya, gadis itu dengan cepat menutup pintu kamar kemudian menguncinya.

Beberapa detik kemudian dapat dirasakan sebuah ketukan di punggung nya. Perlahan air mata jatuh membasahi wajah cantiknya. Punggungnya merosot jatuh dan terduduk di lantai kamar. Tangan di gunakan untuk menutup mulut, berusaha meredam isak tangis. Suara berat dari balik pintu itu memanggil namanya berulang kali. Memintanya untuk keluar.

Semakin suara nya terdengar air mata dan sesak itu semakin menjadi.

Levi kembali tapi kenapa?

"Pergilah." Ucapnya dengan suara bergetar.

"Dengarkan penjelasan ku dulu. Keluarlah (name)."

"KELUAR!" Teriaknya dari balik pintu membuat sang pria terbungkam. Tak ada lagi ketukan dari sana membuat suara isak (name) terdengar olehnya.

Sebuah kesalah fahaman dan ke egoisan masing masing membuat sebuah hubungan menjadi lebih rumit. Levi dengan ke egoisan nya sementara (name) dengan kesalah fahaman nya. Kedua insan itu masih terlalu dini dalam sebuah hubungan.

Who Will Be Hurt? [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang