3. Terkunci

608 63 5
                                    

Yoongi berjalan dengan langkah lebar menyusuri koridor yang terlihat sangat terang karena cahaya matahari yang menembus dari jendela. Kini langkahnya terhenti di depan pintu yang sedikit terbuka. Saat melangkah masuk, Yoongi sedikit bingung karena ternyata bukan hanya dirinya yang dipanggil di ruangan Tn. Namjoon.

"Akhirnya kau datang juga Yoongi. Kami hanya tinggal menunggumu, silahkan duduk." Sambut Tn. Namjoon.

Yoongi memilih salah satu bangku yang memutari meja oval di depannya. Tn. Namjoon menyalakan LCD yang menunjukkan sejenis brosur. Di sana tertulis konser tahunan yang diadakan saat pertengahan musim gugur nanti. Sekarang Korea masih memasuki musim panas. Mungkin sampai bulan depan.

"Baiklah seperti tahun sebelumnya, kita akan melaksanakan konser di musim gugur. Yang nantinya kita akan meluluskan beberapa musisi. Dan untuk murid terbaik kita akan menerbitkannya ke luar negeri. Kali ini kita memilih New York." Jelas Tn. Namjoon panjang lebar.

Yoongi hanya mengangguk mengerti. Sekolah ini memasang sangat bagus pikirnya.
"Dan saya akan menampilkan murid yang diprediksi lulus tahun ini serta pembimbingnya." Tn Namjoon menggerakkan mousenya dan mengganti tampilan brosur tadi dengan tabel berisi daftar nama.

Yoongi mengamati tabel itu dari atas hingga matanya berhenti di namanya sendiri. Ternyata dia harus menjadi pembimbing Jennie Kim, murid yang meremehkannya karena Yoongi banyak melupakan notasi piano.

"Yoongi, aku berharap besar padamu. Aku tidak mau lagi dia masih disini. Bukannya apa-apa, aku hanya tidak mau ada murid yang tak pernah lulus hampir 7 tahun. Rata-rata 1 tahun saja mereka sudah cukup pandai." Tn. Namjoon menepuk bahu Yoongi tegas lalu tersenyum.

***

Melodi lembut piano menyambut seorang pria berambut pirang dengan kemeja putih yang melekat ditubuhnya ditambah celana abu-abu yang sedikit ketat. Dia adalah Jimin. Pria ini salah satu dancer yang ikut mengisi konser tahunan. Sudah 6 kali Jimin berlatih bersama Jennie untuk konser. Tapi saat waktunya tiba Jennie malah menghilang.

Jennie yang menyadari kedatangan Jimin hanya menolehnya sekilas.

"Minum dulu," Jimin memberikan kopi kemasan dalam botol tapi Jennie tetap fokus pada pianonya.

Kesal karena tak digubris, Jimin meletakkan botolnya pada tuts piano dan menimbulkan bunyi nada yang tak berirama.

"Baiklah aku akan minum." Jennie meraih botol itu lalu meneguknya sampai habis dan menyisakan noda di sudut bibirnya.

Tangan Jimin tergerak untuk membersihkan noda itu tapi Jennie menepisnya. Jennie langsung membersihkan noda itu sendiri lalu menoletkannya pada kemeja putih Jimin.

"Hahahaha... Sepertinya ini Unpas karena telah meng-gang-gu-ku." Jennie menekan kata-kata terakhirnya lalu melanjutkan alunan indah yang sempat terhenti.

Jimin terkekeh kecil. Jimin tak pernah marah pada Jennie walau dia melakukan kejailan diluar batas sekalipun.

"Aku heran padamu. Kenapa kau sangat suka sekali memakai kemeja putih. Padahal kau tau aku selalu akan menodainya." Sindir Jennie.

Jimin mendekati Jennie melingkarkan tangannya pada leher Jennie, memeluknya dari belakang.

"Karena tertawamu adalah favoritku." Bisik Jimin tepat di telinga Jennie.

Jennie tetap memainkan pianonya. Perlakuan Jimin sudah biasa menurutnya. Jennie hanya menganggapnya sebagai teman walau Jimin menginginkan lebih.

"Ekhem." Kode Yoongi sambil menatap datar mereka berdua.

Jimin melepas pelukannya.
"Kau pasti pelatih baru itu ya." Jimin menyodorkan tangannya dan Yoongi menjabatnya lalu tersenyum. Jimin kembali mendekati Jennie.

Sweet Season (Yoongi X Jennie)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang