14. Pergi!

334 48 5
                                    

"Ini, sepatuku saat..." mata Jennie selalu memerah saat mengingat kejadian itu. "Jadi perempuan itu adalah Lisa?! Saudara kembar ku?! Jawab Yoongi!!" teriak Jennie sambil menggoyangkan kasar tubuh Yoongi.

Yoongi kembali merasakan pusing berat di kepalanya karena terus menerus menggali ingatannya lebih dalam lagi tentang wanita itu.

"Ku pikir kau mempunyai membawa semua yang ku tahu dari kakakku Jin, ternyata kau hanya ingin membawaku ke masa laluku! Ini yang kau sebut ingin membantuku?!" Jennie mengencangkan suaranya, ia tak peduli jika Jimin mendengar ini.

"Mereka mencari mu, aku akan membawamu tanpa paksaan. Dan ku pastikan kau juga sangat membutuhkan mereka,"

"Tidak!"

"Kau sendirian Jennie! Kau akan hancur..."

"Diam!" Jennie bangkit dari duduknya lalu menatap tajam Yoongi. "Kalau saja aku tahu ini rencana mu, lebih baik aku tidak pernah bertemu denganmu!" Jennie hendak melangkah pergi sebelum Yoongi memeluk kaki Jennie.

"Jen.." panggilnya pelan hingga terdengar seperti desahan. Pusing yang teramat sangat itu telah merajai tubuhnya. Ia serasa sangat tak berdaya sekarang.

"Aku benci kau Yoongi! Pergi dari hidupku sekarang!" Jennie langsung menghempaskan tubuh Yoongi dengan kakinya. Ia kemudian keluar dari kamar meninggalkan Yoongi yang sedang kesakitan.

Yoongi berusaha menguasai tubuhnya sebelum kesadarannya hilang. Ia meraih secarik kertas dan menuliskan sesuatu di sana. Setelah itu, ia meraih ponselnya dan menelpon seseorang.

"Hoseok, jemput aku sekarang," lirihnya.

***

Jennie menggeliat di ranjangnya. Cahaya matahari mulai masuk melalu sela-sela gorden dan berhenti di pelupuk mata Jennie, seolah memaksa Jennie untuk bangun. Akhirnya, Jennie bangun. Ia melihat ke arah jam terlebih dahulu, ternyata sudah jam 9 pagi. Tumben Jimin tidak membangunkannya.

Jennie melihat pigura di atas nakas, lalu mengambilnya. Ia menatap wajah kakaknya di sana. Wajahnya yang hangat dan senyum tipis yang khas selalu ia rindukan. Ia memeluk erat pigura itu seolah-olah sedang memeluk kakaknya. Ia turun dari ranjang dan keluar dari kamar masih memeluk pigura itu.

"Jimin! Jimin!" panggil Jennie. Sepertinya tidak ada orang. Ia kemudian berjalan ke dapur, mungkin Jimin sedang memasak sesuatu. Ternyata ia tidak menemukan Jimin, ia hanya menemukan secarik kertas di meja makan.

Jennie, aku ada di sekolah musik sekarang. Jika kau lapar, di kulkas ada daging dan roti. Tenang saja, saat pembukaan cafe nanti aku akan kembali.

Jimin.

Jennie baru ingat sekarang hari Senin. Dia kemudian menoleh ke kamar yang Yoongi tempati yang memang tak jauh dari dapur. Ia jadi merasa bersalah karena telah meneriaki Yoongi kemarin. Bagaimana pun juga dia adalah gurunya.

Saat hendak mengetuk pintu, Jennie baru sadar kalau pintunya terbuka sedikit. Ia langsung mendorong pintu itu, memperlebar celanya. Tidak ada orang di sana. Lagi-lagi Jennie menemukan sebuah surat yang tergeletak di ranjang.

Maafkan aku Jennie, mereka mencari mu. Aku akan pergi sesuai keinginanmu. Aku akan mungkin tidak bisa membebaskan mu memilih kembali pada mereka atau tidak. Lambat laun kau pasti akan kembali pada mereka. Aku tau kau hanya sedang terluka. Aku tidak akan berhenti membantumu kembali walau mungkin ini sedikit memaksa. Sekali maaf.

Yoongi.

"Yoongi!!" Jennie meletakkan piguranya lalu berlari ke seluruh ruangan yang ada di rumah Jimin. Sebenarnya ia tidak mau Yoongi pergi. Perkataannya kemarin hanya sebuah luapan emosinya saja. Ia tetap tidak menemukan Yoongi. Yoongi benar-benar pergi. Ia langsung membersihkan diri dan siap-siap pergi ke rumah sakit yang biasa Yoongi datangi untuk berobat. Dengan kereta api dan sedikit berlari, akhirnya dia sampai ke rumah sakit tersebut. Dia langsung mendatangi ruang Dokter Hoseok.

Sweet Season (Yoongi X Jennie)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang